Fri, 19 Apr 2024
Puisi / May 28, 2023

Janji Temu yang Terpendam

Janji Temu yang Terpendam

Waktu terus berlalu…
Kini telah usai, hanya tinggal kenangan
Terpendam janji temu yang tak sempat terealisasi
Hanya berupa bayangan, tiada lagi bersama.

Malam itu, seolah waktu akan terus membersamai
Kita terpesona dengan bertukar janji dan kata-kata,
Rupanya takdir tak serupa dengan harapan
Maut merenggutmu, meninggalkanku dalam kesedihan tiada tara

Janji temu yang terpendam dalam khayalanku
Hanya mampu terucap dalam senyum
Perlahan terkikis seiring berjalannya waktu
Menjadi rindu yang tak pernah terobati

Mungkin takdir tak memihak kita,
Memisahkan dengan jarak yang tak mampu kutempuh,
Tapi dalam hatiku engkau bersemayam,
Senyummu, suara tawamu, akan kukenang hingga akhir hayat.

 *

Negeri Rindu yang Abadi

Di sana terhampar kota nan suci
Madinah Al-Munawwarah
Negeri tempat di mana rasulullah pernah berpijak
Tempat dengan alunan zikir yang tiada henti

Dalam benakku terukir indah
Sebuah rindu yang tak pernah pudar
Dalam setiap helaan nafas yang kuhembuskan
Terlantun doa-doa untukmu, Madinah

Betapa indah, pesonamu
Masjidil haram dihiasi langit yang teduh
Taman surga yang dihiasi sujud permohonan
Sungguh luar biasa, negeri impian setiap ummat muslim

Rindu... Sungguh rindu... 
Dalam heningnya malam, Aku terbangun.
Mengalir air mata ini,
Rupanya alam bawah sadar, mengantarku ke negeri nan penuh rindu. 

Shallallahu ala Muhammad 
Assalamu'alaika yaa Rasulallah..
Akhirnya kusenandungkan kembali,
Terucap lirih di heningnya malam. 

Oh Madinah, kau bersemayam dalam hati
Sebuah kisah cinta dan pengharapan yang takkan terlupakan
Rindu ini menjadi api yang tak pernah padam
Madinah, tempatku berlabuh rindu yang abadi

*

Duka Beriring Doa

Dalam kelamnya malam, ku duduk sendiri,
Seperti bayangan yang merayap dalam hati, duka menghampiri.
Sepi menari-nari di sudut hati yang sunyi,
Seakan duka telah menjadi teman sejati.

Duka… Kini kucoba tuk menjadikan  nya doa,
Terhimpun dalam kata-kata yang hampa,
Agar hadir sebagai bekal kesabaran,
Berharap langit dengan sukarela menyambut derita ini.

Melafalkan doa-doa dengan lirih,
Merangkai luka-luka menjadi benang pengharapan.
Bagai deburan ombak menghantam karang.
Doa menghempaskan harapan pada Sang Ilahi Robbi.

Dalam kekosongan yang menggelayut hati, 
Dalam tiap kepedihan yang menyayat hati,
Kuumpamakan dalam kata-kata doa,
Agar takdir, mampu mengurai duka dengan kekuatan tiada terkira.

Doa adalah sinar di tengah gelap,
Menjadi sinar yang memandu jalan.
Mengalun indah di tengah nestapa,
Mengiringi langkah pada pintu kebahagiaan di balik duka.

Berduka diiringi doa, itulah keseimbangan,
Antara kesedihan yang melanda dan harapan yang terpancar.
Doa menjadi jembatan antara langit dan bumi,
Memohon pengampunan, ketenangan, dan kebahagiaan yang sejati.

 


Penulis: Nurul Hikma, saat ini sedang melanjutkan pendidikan pada jenjang Magister di Universitas Negeri Malang. Dapat dijumpai di media sosial Instagram hikma0221

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.