Fri, 29 Mar 2024
Tips / Jan 01, 2021

Tuangkan Gagasan dalam Tulisan, Siapa Takut!

Tagar #dirumahaja masih duduk di posisi pertama. Virus corona, kata itu yang terus menjadi santapan akhir-akhir ini. Satu per satu nyawa manusia ditelan habis-habisan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menekan penyebaran virus COVID-19 ini, termasuk menghimbau masyarakat untuk tetap berada di rumah.

Banyak cara dilakukan untuk mengurangi rasa cemas dalam menghadapi pandemi ini. Para penikmat media sosial beramai-ramai mengabadikan kegiatan selama di rumah. Ada main game, bikin konten, buat tulisan, main tik tok, karokean, belajar masak, dan masih banyak lagi.

Selama di rumah bukan berarti menjadi ajang rebahan semata. Justru menjadi momentum untuk tetap produktif di tengah pandemi ini. Ungkapan gagasan terbaik yang dikemas dalam ukiran aksara menjadi wadah ekspresi sang penulis. Menulis adalah cara terbaik berkisah, mengusik sunyi yang terus menghakimi.

Berbicara tentang tulisan mengacu pada kreativitas seseorang. Kemauan yang besar, menantang diri untuk melahirkan ide, dan ketajaman pena menjadi langkah awal tuk menabur benih peradaban. Riasan tulisan seseorang akan terlihat menawan, ketika mampu melekatkan pernak-pernik sesuai dengan tempatnya.

Tetap berhati-hati agar tidak berakibat fatal pada tulisan. Alih-alih menciptakan tulisan menggoda pembaca, justru hanya jemu yang terus membucah. Tak menampik, ada kebahagiaan dalam diri penulis, kala pembaca mengikuti jejak padanan kata tulisan hingga titik akhir. Merasa juangnya tak buang-buang energi.

Menjadi penulis, siapa yang tak ingin seperti itu? Meski hanya satu atau dua kata yang ditabur, asalkan ada nilai kebajikan yang tersaji. Bukankah itu lebih apik ketimbang berpangku tangan sembari menanti balasan pesan dari kekasih? Oleh karena itu, mari menabur benih kebajikan, melalui pahatan aksara.

Rasanya tak asik, kala melihat hanya seorang pendaki yang berhasil menaklukkan mega ancala tertinggi. Sementara diri, hanya masih berkutat pada dilema yang berkepanjangan. Tak hanya itu, rasa takut dan cemas saat karyanya ditolak oleh pihak lain menyatu dalam sanubari. Berakhir pada tumpukan ekspresi yang terus tertunda.

Mau jadi penulis, tapi masih bingung memulai dari mana? Pertanyaan ini yang acap kali menghinggapi para pemula. Langkah pertama memang sulit, tapi paling berpengaruh menuju langkah berikutnya. Goresan tinta perdana akan menjadi saksi, kaki langit perdana dalam dunia pena.

Niat dan Motivasi
Sebelum memulai meletakkan goresan tinta perdana, hendaknya meluruskan niat. Kelapangan hati, semangat yang terus membara, bak pendaki yang terus berkilat memancarkan kobaran yang tak pernah padam. Niat yang murni nan tulus akan mengantarkan pada hasil yang berseri. Tambahan bumbu motivasi, kian menggoda riasan tulisan.

Niat dan motivasi harus berjalan bersama. Akan terlihat pincang, tatkala salah satunya tidak ada. Seperti sepasang sepatu, mengiringi bahtera lautan pena. Lalu, bagaimana jika niat mencemburkan diri hanya sekadar sensasi belaka? Ataukah ada niat buruk yang terselubung? Hanya Tuhan dan dirilah yang tahu.

Jika sudah terlanjur, jangan takut. Tak ada kata terlambat untuk meluruskan niat. Luruskan kembali agar ukiran aksara itu mencapai puncak gemilang. Materi dan ketenaran hanyalah bonus. Penulis yang sejati akan menciptakan karya dengan niat murni diiringi motivasi yang bersemi.

Tunggu apalagi, mulailah menulis. Jangan biarkan gagasan di benak memilih pergi, sebab diri masih berputar di tempat yang sama. Jangan pernah ragu tuk memulai. Jangan pernah menunggu hasil sempurna. Menulis itu berproses dan berprogres.

Baca, Gudang Imaji dan Inspirasi
Ingin jadi penulis, tapi malas membaca? Ketika hal ini terjadi, sisi diri penulis patut dipertanyakan. Banyak bacaan akan menambah pembendaharaan kata yang dimiliki. Kemahiran dalam mengemas kata menjadi kunci utama untuk menghasilkan tulisan yang memesona. Oleh sebab itu, semakin banyak bacaan, akan mempercantik riasan tulisan.

Seorang penulis harus mampu membedakan kosakata mana yang tepat dalam tulisan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan literasi baca dalam diri. Mulailah dengan membiasakan diri melebur dalam dunia baca. Misalnya, baca buku, blog, artikel, cerpen, novel, puisi, dan tulisan lainnya.

Sependapat dengan pepatah “Tak kenal, maka tak sayang.” Olehnya itu, mulailah mencintai dunia baca. Ketika membaca, buatlah diri senyaman diri. Bayangkan, diri berasa di tempat yang ingin Anda kunjungi, sembari menikmati makanan dan minuman favorit. Bukankah itu menyenangkan?

Diksi, Si Penggugah Kalbu
Apa yang ada di benak Anda saat mendengar kata diksi? Pilihan kata, apa itu benar? Ya, diksi ialah pilihan hati. Eh, salah. Maksudnya kata. Tulisan yang baik bukan hanya sekadar pahatan kata bak pujangga sedang dimabuk cinta. Diksi tidak sesederhana itu, seperti Anda mencintai pasangan.

Gagasan bisa sampai dengan selamat kepada pembaca, jika diksi yang digunakan tepat. Beragam rasa akan muncul dalam diri pembaca. Kuncinya ialah perbanyak kosa kata. Kembali lagi pada hasil bacaan Anda. Bersahabatlah dengan kamus, kosa kata akan memeluk Anda. Sungguh manis bukan.

Diksi yang manis ditambah dengan lauk majas semakin lezat rasanya. Akan terlihat berbeda, ketika diksi dan majas lebur bersama, dibandingkan tidak menggunakan majas. Banyak sekali jenis-jenis majas, tapi takkan dibahas kali ini. Silahkan cari referensi, sekalian melatih diri untuk giat membaca. Sekali mendayu, dua pulau terlampau.

Deskripsi Kuat, Semua Senang
Hal unik sebuah tulisan ialah deskripsi yang begitu kuat. Inilah kehebatan penulis. Tak bersuara, tapi mampu memorakporandakakan hati pembaca. Beragam rasa menyatu, ada rasa yang berkobar hingga meledak, boom.... Hanya jemari yang menari. Pembaca seolah merasakan hal yang dirasakan oleh tokoh cerita.

Sentuh sisi terdalam pembaca, akan Anda temukan perubahan. Tunggu apalagi, menulislah, jangan lagi terjebak di tempat yang sama. Terkungkung oleh dilema yang tak pernah usai. Luapkan emosi dalam kata.

Jadi, masih ragu untuk menulis?

Sensasi rasa hanya mimpi bolong, kala menulis hanya bayangan semata. Kerjakan, tantang diri. Abaikan kicauan orkestra yang menghantui. Kalau bukan sekarang, kapan lagi menabur benih peradaban dunia tanpa perlu berteriak. Ayo, langsung praktik. Hasilnya akan Anda petik dikemudian hari. Semoga berhasil.

 

Penulis: Ella, content writer pronesiata.id

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.