Pertengkaran yang Berujung Kekalahan
Pada tahun lalu, yaitu tahun 2023.Aku dan teman-temanku diajak oleh coach futsal kami untuk mengikuti pertandingan street soccer yang diadakan di Center Point of Indonesia (CPI).
Kami setelah mendengar ajakan itu langsung bersemangat dan bergegas untuk melaksanakan latihan pada hari itu juga, Pertandingan itu adalah pertandingan street soccer pertama kami, itulah sebabnya kami sangat bersemangat.
Kami berlatih sangat keras karena sebentar lagi kami akan bertanding. Di pertandingan pertama kami berhasil menang dengan skor yang lumayan jauh, ini berkat latihan keras kami.
Pertandingan berikutnya kami berhasil menang lagi dengan skor yang lumayan tipis dari lawan, jika kami berhasil menang di pertandingan berikutnya, kami akan lolos dari fase grup dan masuk ke perempat final.
Untuk mempersiapkan pertandingan berikutnya kami memperbanyak istirahat karena pertandingan ini hanya dilakukan dalam waktu sehari. Kami memanfaatkan waktu yang diberikan untuk istirahat dan makan siang agar energi dan tenaga kami kembali semula.
Tiba waktu pertandingan kami, kami berlari ke lapangan dan bersiap untuk bertanding, sebelum memulai pertandingan kami berdoa agar tim kami dapat lolos ke semifinal.
Pertandingan pun dimulai, awalan yang baik dan kami berhasil unggul 2-0 di babak pertama, tetapi di babak kedua tim kami mulai kacau, banyak pelanggaran yang di buat dan bahkan kami di susul hingga 2-2.
Untungnya kami berhasil mencetak 1 gol lagi sebelum waktu habis. Coach kami pun marah melihat tim kami yang bermain egois yang ingin mencetak gol sendiri dan bergaya-gaya di depan gawang.
Coach kami berkata “Ini baru perempat final loh, bagaimana dengan semifinal, apakah kalian ingin bermain seperti tadi? Egois dan hanya.”
“Ingin terlihat keren sendiri, saya tidak ingin melihat kalian mengulangi kesalahan yang tadi, perbaiki dan buatlah tim kita lolos ke final," sambung coach.
Kami berpikir apa yang coach kami katakan tadi sudah dapat menyadarkan seluruh tim. Tapi ternyata masih ada rekan tim kami yang masih egois dan tidak mau disalahkan.
Pertandingan pun dimulai. Kami berusaha dengan sekuat tenaga untuk menang walaupun rasanya kepala ini seperti ingin meledak di bawah sinar matahari yang begitu panas.
Ketika tim kami kebobolan satu poin, salah satu rekan tim kami pun marah dan berkata "Kalau ada lawan tuhh di jagain jangan di liatin doang, rebut bolanya."
Padahal gara-gara dia lah bola tersebut dapat direbut musuh, tetapi dia tidak mau mengakui kesalahannya.
Di babak pertama kami bisa mengimbangi lawan kami, tetapi pertengkaran dan perdebatan yang terjadi di antara sesama rekan tim masih saja berlanjut. Ada yang selalu menyalahkan dan ada juga yang tidak mau disalahkan.
Hingga babak kedua dimulai, rekan tim ku masih saja bertengkar. Walaupun sudah berapa kali di nasehati oleh coach kami mereka tetap saling menyalahkan.
Akibatnya tim kami pun gugur di babak semifinal dengan skor akhir 4-2. Walaupun kami mendapat juara 3 tetapi kekalahan yang terjadi itu adalah kekalahan terburuk.
Dari hari itu saya belajar untuk tidak egois dan berusaha untuk mengontrol tim yang sedang marah agar tidak terjadi pertengkaran lagi di dalam tim. Pertengkaran yang membuat kami kalah dalam pertandingan.
Jadi, kita harus selalu ingat, bahwa kekalahan tim adalah kekalahan seluruh rekan tim. Dan kemenangan tim adalah kemenangan seluruh rekan tim.
Jika satu orang berbuat kesalahan maka semuanya juga salah, kita tidak boleh saling menyalahkan tetapi kita harus selalu saling menyemangati. Tim yang kompak pun belum tentu juara apalagi tim yang tidak kompak.
Kekompakan tim adalah hal yang paling penting dalam bermain.
Penulis: Rizky Alif A.