Balada Aktivis Mengejar Bunga Revolusi
Kini kehidupan menjadi permainan sebagian penguasa yang suka menindas, mengundang kepiluan bagi rakyat kecil. Membuat segelintir pemuda terpanggil batinnya untuk menghapus keresahan yang sering terlontar dari mulut kaum marjinal. Berharap permadani kebenaran akan tampak untuk membungkam mulut penuh dusta seorang penindas.
Masih terbesit dipikiran ku ketika pertama kali menginjakkan kaki di salah satu kampus perguruan tinggi di Makassar yang sekarang menjadi tempat saya menimbang ilmu. Saat itu saya disuguhkan dengan segerombolan yang teriak serta membawa spanduk, yaitu aksi demonstrasi yang pertamakali saya jumpai dan menjadi sambutan terhangat yang sampai saat ini selalu menjadikan perjuanganku semakin membara.
Setahun telah berlalu saya sudah menginjak semester 3, mulai tekun di kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler kampus yaitu himpunan jurusan. Nah di sini saya banyak belajar tentang semua proses pengawalan sampai perlawanan tentang penindasan, bukan tanpa alasan dihimpunan saya berada di bagian advokasi.
Mulai dari pengawalan kampus sampai isu-isu nasional kami kawal bersama dengan motto penindasan tak akan mungkin membungkam kebenaran. Mulai saat itu saya dan kawan-kawan sudah sering turun kejalan menyuarakan aspirasi rakyat menumpas ketidak adilan.
Malam itu saya sedang berada dikos, berbaring mengistirahatakan penat dari aktivitas seharian dikampus sesekali mengingat kejadian yang terjadi seharian itu. Tiba-tiba lamunan itu buyar akibat Dering notifikasi hp. Saya langsung membukanya ternyatanya pesan dari ketua bidang saya dihimpunan “dik merapat kekampus, ikut konsilidasi” isi pesan itu. Tanpa pikir panjang saya membalas “siap kanda otw” ucapku membalas pesan itu.
Langsung kunyalakan motorku dan segera menancap gas melaju kearah kampus. Diperjalanan lamunan ku tetap berlanjut tentang kejadian yang kualami seharian ini dibarengi dengan senyum sendiri. Kenapa tidak hari ini saya bertemu dengan seseorang , ahh lamuanan itu kembali buyar saya sudah sampai di kampus tempat kumpul yang kami sebut dengan bale-bale.
Ternyata dibale-bale saya sudah ditunggu Fahrul (kawan dibidang advokasi) juga kabid, setelah mendengar arahan saya dan Fahrul langsung bergegas menuju ke sekret BEM tempat konsolidasi. Ternyata konsolidasi saat ini mengenai isu rancangan UUD yang tidak pro terhadap rakyat. Setelah semua persetuann dan final cek akhirnya ditetapkan kita bertekad menduduki gedung DPR Provinsi bersama bebarapa kawan aliansi dan disitu pula saya ditunjuk sebagai korlap dari jurusan kami.
Tanggal 24 desember telah tiba sesuai kesepakatan hari ini kita akan melakukan aksi protes terhadap DPR, hari itu akan menjadi sejarah dihidupku, aksi yang massanya sangat banyak, dan saya ditugaskan untuk menjadi penanggung jawab dari massa jurusan kami. Bisa dikatakan semua mahasiswa turun kejalan mulai dari mahasiswa yang benar-benar peduli sampai mahasiswa yang ikut panjat sosial.
Tak terkecuali seseoarang yang mebuat saya sering melamun akhir-akhir ini, juga kudapati di barisan massa. Ya seorang perempuan yang bisa membuatku terpana, seketika semangatku bertambah kobarannya, padahal matahari sudah cukup membakar kulitku, ’ahh tidak peduli‘ ucapku dalam hati asal saya bisa bersama berjuang melawan dengan perempuan itu.
Sampailah kami di fly over, ternyata di sana sudah banyak kami lewatkan, terlihat beberapa organ dan polisi terlibat kericuhan, barisan massa kami mulai panik khsusnya massa perempuan, tak sedikit kudapati banyak massa perempuan sudah sangat kelelahan juga ditambah rasa takut akibat kericuhan yang disaksikan tadi.
Pikiran ku langsung terbesit kepada perempuan itu, saya sangat kagum dengan dia tak sedikit pun rasa lelah dan takut ditampakan di muka manisnya itu meskipun dihiasi dengan keringat. Setelah beberapa pembicaraan akhirnya diputuskan mengevakuasi massa perempuan ditempat aman. Majulah kami dangan simpul kuat bersamaan dengan membaca mantra penyemangat “hidup mahasiswa “ tak ada lagi dipikiran selain harus menduduki gedung DPR Povinsi.
Langkah kami terhenti di depan gedung, kulihat gas air mata mengudara tepat diatas kepala menghantam barisan mahasiswa, akhinya semua kocar kacir. Lari menghalau serangan beringasnya polisi, saya langsung lari ketempat evakuasi perempuan membawa massa saya ketempat yang lebih aman lagi. Pikiranku seakan tertampar mengingat keberadaan perempuan itu.
Hari itu banyak rekan kami yang didapati terluka akibat hantaman gas air mata, pikiranku tambah kacau mengingat keadaan perempuan itu yang belum saya lihat. Setelah berada ditempat aman kuambil ponsel mengirim pesan kepadanya “kamu dimana? baik-baikkan?” ucapku diisi pesan tersebut. Hatiku seakan sumringah mendapat balasan dari dia “saya dikos, aman kok, kamu hati-hati ya jaga diri” balasnya pada ku.
September berdarah itu akan saya kenang sepanjang masa, disamping perjuangan ku melawan penindas juga saya bersama semangat perempuan yang saya kagumi. Sampai saat ini kami sering bersama melakukan aksi dan itu menjadi cerita indah kami berdua.
Penulis: Ahmad Rizky, mahasiswa Universitas Negeri Makassar.