Kosong
Terik mentari sore jatuh ke pipinya, angin bertiup pelan menerbangkan rambutnya,pemandangan sore itu kala mentari beradu dengan awan ditemani angin sepoi sangat nyaman,senyaman pelukan doi sebelum jadi mantan. Namun suasana sore itu berbanding terbalik dengan suasana hati gadis itu, dia nampak gusar, kesal, kecewa dan berbagai penyakit kegalauan lainnya.
Matanya pun berkaca-kaca menandakan hatinya telah dihukum dengan cobaan yang amat berat, perempuan memang rapuh ia mudah tersentuh hingga melukai hatinya, dan menangis adalah sistem ekskresi dari toksik diri. sesekali ia mengusap pipi yang telah sembab dengan air mata.
Mencoba terlihat tegar oleh angkasa yang melihatnya dengan jelas. tiba-tiba suara langkah kaki yang berjalan di tangga membuatnya panic tidak karuan dia panik karena takut ada yang melihatnya menangis dan jika dilihat oleh orang lain terlebih teman dekatnya dia akan merasa malu. Segera dia mempercepat mengusap pipi dan matanya lagi.
”ehh ternyata kamu lagi disini Kiki, aku tadi muter-muter mencarimu di jalan padepokan 10 tapi nggak ketemu ternyata lagi menyendiri disini” ucap Tari yang membuyarkan kesedihan kiki tiba-tiba.
“kamu kenapa sih?”
“nggak kok Tar aku ngak papa”
“lah jangan mencoba menyangkal dari temanmu ini,meskipun kita baru 7 bulan berteman tapi aku udah merasa cukup buat paham sama kamu”
Kiki masih tidak menjawab pertanyaan Tari, dia belum bisa untuk mengatakan apa yang dirasakannya pada teman satu kelasnya itu.
“udahlah ki, aku tau kok kalo kamu habis nangis,udah cerita aja sama aku.” kata Tari.
“aku nggak bisa, ini terlalu sakit”jawab Kiki.
“kalo kamu kek gini nggak bisa cerita sama ajah aku belum bisa menjadi teman baikmu, padahal teman yang baik itu adalah teman yang nggak bakal ninggalin temannya disaat dia lagi sedih” kata Tari mulai mengeluarkan kata-kata untuk membujuk kiki bicara.
“sebenarnya gini, udah beberapa hari ini Fian sifatnya berubah ke aku”
“lah berubah kenapa?”
“cara chatnya ke aku udah nggak kayak dulu, dia kayak bosan gitu ama gue” ucap Kiki.
“mungkin kamu nggak ngasih jatah kali?hahaha bercanda kok ki” kata tari yang mencoba menghibur.
“dia emang udah ggak pernah ngajak ketemuan tar, jangankan ketemu chat ajah udah nggak dibalas,bantu gue dong Tar” rengek Kiki.
“kalo menurut ku sih dia tuh lagi sibuk”
“sibuk apa coba? Dia tuh udah bosan sama aku.”
“ya tentunya dia sibuk sama teman futsalnya dong kan bentar lagi ada pertandingan yang mau digelar.”
“tapi kan nggak setiap detik selama 24 jam dia main futsal, dia juga punya waktu luang kenapa nggak chat aku”
“lah, kalo masalah itunya gua nggak bisa menjawab lagi, yang jelas besok atau lusa ataupun nanti malam pasti dia bakal chat lo kok,tenang ajah” kata Tari yang mulai menenangkan.
Sesibuk-sibuknya seorang lelaki pasti dia mengabari wanitanya, tapi ini lain memang tidak ada komunikasi semenjak hari itu. Kiki sangat kesal pada dirinya sendiri dan akhirnya pergi ke gedung mangkrak di belakang kampusnya untuk menumpahkan air mata kesedihannya. mungkin ada sesuatu hal yang membuat Fian berubah dan tidak mau memberitahukannya pada kiki.
Dan benar saja setelah menumpahkan kesedihannya dan kedatangan temannya yaitu Tari dia merasa agak baikan.
“daripada kamu galau terus nanti malam kita pergi ke pasar malam yuk”ajak tari
“dimana Tar?”
“di lapangan, nanti sekalian juga kita cari cowok disana, hehehe” tawa Tari yang kemudian diiringi juga dengan tawa dari Kiki tanda bahwa kKiki setuju dengan ajakan temannya itu.
Mereka kemudian turun dari gedung 4 lantai yang mangkrak itu, rencananya gedung itu dibangun untuk jadi gedung rector kampus mereka namun karena entah kasus korupsi yang tak kunjung diekspos oleh siapapun maka perkembangan pembangunan dan pihak yang bertanggung jawab atas mangkraknya gedung tersebut tak juga menemui titik terang. Pernah satu kali berita mangkraknya dijadikan opini oleh pers mahasiswa di kampus tersebut tapi juga tidak menemui solusi.
Memang pendidikan sekarang sudah lupa dengan tujuan utama pendidkan yaitu memanusiakan manusia, sekarang institusi pendidikan terutama kampus telah menjadi lahan bisnis menggiurkan bagi para elit birokrasi, contoh nyata dating dari kampus kiki perihal gedung mangkrak yang dananya disalahgunakan untuk kepentingan “mereka”.
Keesokan harinya kuliah perdana di kampus Kiki, ramai mahasiswa yang hilir mudik di gerbang, ada yang kumpul di taman, ada pula yang mengopi di secretariat himpunan, di tengah-tengah senior yang sedang asyik mengopi turut serta mahasiswa baru yang diberikan semacam kajian berisi retorika-retorika oleh senior.
Jam pertama kuliah Kiki telah usai dan tidak seperti biasanya setelah kuliah ia kumpul-kumpul bersama temannya untuk segera ke kantin untuk makan siang, kali ini sangat lain dari biasanya, dia duduk sendirian dengan ditemani buku berjudul hilang karya nawang nidlo titisari yang juga tidak ia baca. Sekarang ia jadi wanita yang pendiam,penyendiri, dan sesekali emosian pada temannya.
Selepas kuliah jam ke-dua tepatnya kuliah terakhir hari itu, Kiki lagi-lagi menuju tempat duduk favoritnya di sudut taman dekat perpustakaan, sekedar untuk membaca buku patah hati yang ia pinjam dari Hana. Sesekali ia termenung setelah membaca satu halaman buku itu, belum cukup 5 lembar buku itu ditutupnya dan kembali menatap kosong sekelilingnya, tak diduga ditengah tatapan kosongnya dia melihat Fian sedang duduk sendirian di ujung taman ini. Keduanya saling bertatapan entah tatapan itu berarti apa bagi keduanya.
Satu semester berlalu, kini kiki sudah seperti biasanya semenjak dia bertatapan dingin dengan Fian di taman, sikapnya berubah kembali menjadi ceria. Nampaknya dia tidak lagi terlalu memusingkan hubungannya dengan Fian yang telah kandas akibat sikap Fian yang tidak jelas itu. Kiki menjadi wanita yang periang kembali, dan ia tidak lagi pernah berhubugan bahkan chat dengannya di Whatsapp, semua update story Fian di media social juga tidak pernah ia lihat, itu membuat proses pemulihan kembali hati yang sakit jadi lebih cepat.
Hal yang paling ditakutkan Kiki pun terjadi, Fian sekarang punya pacar baru, namanya Dina satu UKM dengan Fian di MAPALA, hubungan mereka diketahui oleh Tari yang sempat melihatnya duduk berdua di kafe depan kampus. Hal ini pun ia ceritakan pada Kiki dan membuat Kiki berang dan galau tak karuan lagi-kini ia kembali ke fase penguras hati itu. Tapi hubungan keduanya tidak berlangsug lama, cuma sekitar 1 bulan dan akhirnya mereka putus baik-baik.
Pada akhirnya pada tanggal tepat hari jadian mereka dulu, Fian dengan suara yang agak parau menceritakan semuanya perihal sebab dia tidak lagi berhubungan dengan kekasihnya itu, di bawah sinar rembulan ditemani suara hewan malam, Fian menceritakan semuanya.
“gue ninggalin loe bukan karena gue udah nggak sayang sama loe” kata Fian
“tapi kenapa fian kamu tega acuh tak acuh lagi dengan ku, tanpa kabar, tanpa penjelasan”.
“sekarang gua mau jawab pertanyaan kamu itu ki, sebenarnya gue ninggalin kamu itu bukan karena gue bosan ataupun karena udah nggak sayang tapi gue punya alasan”
“alasan apa?”Tanya kiki sambil mulai tersedu dan suaranya tersendat akibat tangis yang turun dari matanya.
Hanya ada mereka berdua di taman itu, hanya hewan malam dan katak yang sesekali berbunyi dari danau di ujung sana.
“gue merasa nggak sanggup untuk menjalani hubungan pacaran ini, kamu tau sendiri kan kalo aku dari keluarga miskin, aku nggak bisa ngajak kamu setiap minggu ngedate ke tempat-tempat yang romantik, boro-boro membawamu kesana, bensin motorpun aku tak punya, uang rokok pun aku tak punya, makanya aku menghindar dan menghilang dari kehidupanmu sementara. Kelakianku terasa terhina jika setiap ketemu aku nggak ngajak kamu makan, aku merasa malu jika hanya membawamu ke gedung mangkrak di belakang kampus, aku malu kiki.” jawab Fian penuh kepedihan menjelaskan semuanya.
“itulah sebabnya aku memacari Dina untuk sekedar memporoti uangnya, karena waktu itu aku lagi butuh uang untuk memperbaiki motorku yang rusak.” Tambah Fian sembari menunduk seakan menyesali perbuatan konyolnya.
“tapi kan bisa kamu jelaskan dulu, aku juga tidak menuntut kamu untuk membawaku ngedate ke tempat yang mahal kan? Kalo masalah biaya aku nggak terlalu mau tau, yang penting kamu tidak meninggalkan ku dan terus perhatian sama aku” kata Kiki yang kemudian air matanya di hapus oleh tangan kekar Fian.
Ada kemarahan dan kekecewaan di mata Kiki yang terpancar samar-samar di antara daun-daun pohon yang tumbuh di taman itu, menyiratkan bahwa ia tidak bisa lagi berkata-kata setelah mendegar penjelasan yang sebenarnya kurang masuk akal.
Tapi begitulah kenyataanya, terkadang ada laki-laki seperti Fian diluar sana yang memang merasa tidak mampu lagi melanjutkan hubungan bukan karena bosan melainkan karena uang.
Setelah pertemuan tersebut hubungan mereka kembali seperti dulu dengan Fian yang sudah menemukan pekerjaan paruh waktu sembari kuliah begitupun dengan Kiki yang sibuk mengikuti berbagai lomba tingkat nasional.
Fian bertekad untuk menabung uang tersebut untuk bekalnya nanti di masa depan dan setelah itu melamar Kiki sang kekasih yang setia menuggu dan menerima kekuranggannya.
Penulis: Muhammad Firman, mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.