Thu, 12 Dec 2024
Cerpen / Kontributor / May 09, 2021

Lenyap

Dalam lelap gelapku, terbitlah cahaya dari ufuk timur yang bermula setitik lalu perlahan menerobos hingga menjadi sinar. Menerangi dua insan manusia di tengah padang savana, aku dan kamu berjalan hingga berlarian, sesekali saling menoleh melempar senyum hingga memberi tawa.

Lengan kita saling menggenggam, langkah kita sejajar dan larimu selalu menyeimbangiku. Tak peduli dengan medan yang datar ataupun mendaki. Sebab, bersamamu adalah keutuhan. Jiwa kita telah menyatu dan lebur. Tiada ruang untuk cinta dan kasih selain engkau. Aku ingin mencintaimu dengan utuh, tabah, dan lebih ada.

Dalam lega atau kecewa, sehat atau sakit, bahagia ataupun sedih. Engkau begitu mencintaiku, dan aku begitu mencintamu.

Namun ditengah perjalanan engkau meminta dan memohon, untuk aku melepas lenganmu, melepas cinta dan kasihmu. Ruangku kehilangan cahayanya, ketakutan dalam gulita.

Aku semakin menggenggam dan mendekap dengan erat, terlalu takut untuk kehilanganmu. Namun engkau berhasil melepas dengan jahatnya cinta.

Engkau pergi, berlari jauh. Pundakmu semakin hilang untuk terus ku dekap. Aku terus mengejarmu, hingga ke atas tebing, berteriak keras memanggil namamu. Hingga engkau menoleh, dengan lengkung senyummu yang begitu khas. Engkau berdiri disebrangku. dipisah oleh jurang duka yang dalam. Dengan wajah yang separuh nelangsa, aku berusaha untuk melengkungkan garis bibir.

Aku ingin berada didalam dekap lingkar lenganmu. Aku berlari menujumu, bersamaan dengan terbenamnya mentari diufuk barat, dan belum sampai dalam pelukmu, aku telah jatuh ke bawah permukaan. Engkau hanya tetap memandangku, dengan senyum tanpa ubah segarispun, dan aku melayang sampai ujung dasar. Apakah ini mimpi?  Sebab pupus dan lenyapku terasa begitu nyata adanya.

Aku terbangun dengan sekujur tubuh yang gemetar, air mata yang mengalir, serta isak tangis yang telah pecah. Betapa sulitnya menerima kepergianmu, menghentikan segala rasa cinta, dan kecewa.

Tiba-tiba, mulutku bergerak dengan suara yang begitu samar, dengan isak yang tak juga terhenti. Sebenarnya, apa yang sedang ku dekap ?. Hatiku sendiri menjawab. Kekosongan.

Aku terlempar, kedalam percakapan terakhir kita, dengan langit yang kelabu dan perlahan menjatuhkan rintiknya. Masih begitu aku ingat, bagaimana rasa saat pertama kalinya aku mengerti apa yang kamu katakan. Saat pertama kalinya aku mendengar bahwa kamu ingin usai. Tidak ada lagi aku untuk mu dan kamu untuk ku, sudah cukup untuk kita saling memberi cinta.

Tiba- tiba duniaku terasa gelap. Aku gemetar, langit seperti merobohkan atapnya tepat diatas tubuhku. Seakan Sudah tidak akan ada lagi hari, sudah tidak ada lagi waktu. Jiwaku telah lenyap ikut bersama kepergianmu, dan entah harus ku temukan kembali diujung dunia sebelah mana.

Apa yang bisa menengahi dan memberi adil, dari keinginan engkau yang ingin usai dan aku yang tak ingin. Solusi apa yang dapat kita sepakati untuk saling memberi pengertian dan penghargaan. Bukankah, kesepakatan kita diawal memulai adalah saling mengerti, menghargai, serta tak habis menyayangi. Saat ini, kita kehilangan itu semua.

Dengan suara yang bergetar “aku tak ingin usai”, kataku. Namun keputusanmu telah final, langkahmu telah mutlak untuk pergi. Engkau melepaskan genggaman yang selama ini saling menggenggam, saling mendekap, saling membersamai.

Percakapan kita hari itu, tidak menemukan titik tengah. Engkau tetep pergi dengan keputusanmu, sedangkan aku tetap mendekap dengan erat dan lebih erat. Meski aku tak tahu sebenarnya apa yang masih aku dekap.

Inilah aku ditiga dini hari, dengan gemetar dan kepedihan, dengan cinta dan murka. Setelah melewati savana hingga berlari ke ujung tebing, dan tamat tenggelam hingga ke dasar

Semesta seolah berkata, “sudah”. Sudah habis waktu mu dengannya. Lepaskan cinta yang telah sirna. Lepaskan luka yang engkau dekap.

Kini aku melepasmu dengan ketetapan mutlak, dan setelah lenyapku, aku masih tetap ada. Meski dengan cara yang tak sama.

 

Penulis: Halimah Sadiah , pelajar.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.