Lorong
“Isna !’’ panggil liona dari ujung koridor, Isna diam membeku tak bergerak sedikitpun seperti patung. Tanpa basa basi Liona bergerak mendekati Isna, menepuk bahunya,menggoyangkan tubuhnya. Hasilnya tetap sama Isna tidak menggubris bahkan tidak berkedip.
Keadaan iIsna membuat gempar seisi sekolah, semua murid berlarian menuju lorong tak terkecuali guru guru. Liona merasakan pegangan tangan yang sangat kuat, hingga urat uratnya menampakkan diri. Rasa sakit, perih menggoncang Liona. Tak heran jika Liona menjerit menangis tak henti.
“minggir anak anak minggir !” suara bariton dari guru olahraga itu membuat semua anak anak hening. Dengan sigap pak Aryo menangkap tubuh Isna yang kehilangan nyawa. Sekaligus liona yang kehabisan nyawa bersamaan dengan jatuhnya Isna. Kematian akhirnya terjadi lagi di sekolah ini. Kejadian ini bukanlah yang pertama sudah 5 kematian murid terjadi disini dan penyebabnya mistis.
Setiap kematian yang terjadi pasti meninggalkan dua siswa. Segenap pemerintah yang ada sudah memperingatkan pada segenap murid agar tidak mendekati lorong ini. Tapi tetap saja ada yang mendekat dengan alasan penasaran.
Kejadian kejadian mistis itu membuat sekolah ini di tutup dan diganti dengan membangun sekolah yang sama di daerah lain. Dengan ini semua murid terpaksa menghentikan sekolahnya beberapa waktu sampai sekolah baru mereka jadi dan layak untuk digunakan. Sekarang ini sekolah yang telah ditiggalkan selama 4 tahun lebih itu tanpa perawatan dalam kondisi yang sangat menyeramkan bahkan bagi pengguna jalan yang lewat, mereka tidak berani lewat .
Berita mistis ini membuat penasaran seorang pengguna jalan bernama “risma’’. Risma melangkahkan kakinya mencari tahu semua tentang status sekolah “SATYA DARMA 2 ‘’ sekolah mistis itu. Beberapa warga memilih menghindar untuk diwawancai tentang status sekolah ini. Tapi semua itu bukanlah halangan bagi Risma untuk mencari tahu tentang sekolah ini.
Perjalanan Risma sangat jauh tingal satu rumah yang belum di tanyai, warga mengatakan jika pemilik rumah berwarna merah itu dulunya adalah salah satu korban yang berhasil selamat. Tanpa menunggu apapun Risma mengetuk pintu rumah itu. Kepenatan Risma terbayarkan tampak seorang perempuan yang kira kira seusia anak kuliahan .
“siapa itu ? ’’ tanya perempuan itu. Keningnya mengerut ketika melihat seorang gadis SMP berdiri di depan rumahnya dengan keringan yang bercucuran “ emm..mau apa ya ?”.
“anu, perkenalkan saya Risma siswi sekolah SMP Trisakti 1, saya kemari karena saya ingin mencari tahu tentang berita ditutupnya SMP Satya Darma 2. Salah seorang warga memberi tahu saya, jika anda pernah menjadi salah seorang korban mistis yang terjadi pada sekolah itu 4 tahun silam.“ Risma menjelaskan tujuan kedatangannya dengan jelas, perempuan itu kembali mengingat apa yang diucapkan Risma.
“maaf saya sibuk ’’ ujar perempuan itu mencoba mengelak dari Risma .
“tidakkah anda kasihan pada saya. Saya pergi dari tadi pagi hanya untuk mencari tahu perihal sekolah itu, sampai-sampai keringan saya bercucuran. Saya mohon, izinkan saya berbicara pada anda meski hanya 10 menit atau 5 menit’’ gadis itu mengucapkan lontaran kata-kata yang berhasil membuat prempuan itu kasihan, lagi pula gadis itu mengucapkan dengan wajah termelas yang ia punya.
“baklah, mari masuk’’. Akhirnya perempuan itu mempersilahkan Risma masuk. Risma nampak gembira perlahan kakinya melangkah masuk kedalam ruang tamu yang bernuansa abu-abu dan putih. Risma kemudian duduk berhadapan dengan perempuan itu .
“sebenarnya apa tujuanmu mencari tahu sekolah itu?“ tanya perempuan itu.
“saya hanya penasaran saja, toh mungkin nanti kalau saya udah tahu tentang sekolah itu. Saya bisa menulis artikel tentang sekolah itu, agar warga tidak terlalu resah" jawab Risma dengan lantang. Perempuan itu masih tidak yakin dengan ucapan Risma.
“kamu serius, sungguh penasaran itu menjerumuskanmu, tidak kah kamu menyesal nanti" tanya perempuan itu lagi. Risma menggeleng gelengkan kepalanya “saya yakin, resiko itu nanti saya pikirkan, saya yang akan hadapi" dengan penuh kenyakinan Risma mengtakan keyakinannya.
“baiklah, saya akan mulai’’ perempuan itu mulai menyetujui perintah Risma .
*************
Saat itu pagi hari telah tiba, mentari mulai menyinari seluruh alam, menembus kacamataku. Dengan cepat aku mulai melangkahkan kakiku kearah gerbang sekolah yang didepannya sudah ada pak Santoso yang segera akan menutup gerbang. Kakiku masuk melewati garis gerbang, dengan senyum sapa aku menegur satu persatu teman temanku dengan senyuman. Kembali aku bergerak cepat ke arah kelas 8B tempatnya ada diatas aula. Sebelum itu aku merasakan ada yang menetes di kepalaku, tapi aku tidak peduli, mungkin itu hanyalah embun pagi hari.
Kini aku berada di dalam kelas ketika pelajaran sekolah mulai berlangsung. kring!!!!!! Bunyi bel pada jam istirahat pertama. Adelia teman sebangkuku menarik tubuhku berdiri dari kursi, langkah kaki mulai terdengar dari seluruh penjuru ruangan.
Tujuan pertama adalah koperasi setelah dari koprasi aku dan Adelia pergi menuju kelas. Tiba-tiba saja langkahku terhenti ketika aku melihat dua perempuan yang satu terdiam tanpa suara dan yang satunya mencoba menyadarkannya. Perasaanku tiba-tiba tidak enak, aku terus memandangnya.
“ca , ayo nelamun aja, lihatin apa sih ?” tanya Adelia membuatku sadar.
“nggak nggak ada papa, ya udah ayo “ ujarku pada Adelia, kami berbelok ke arah lorong lain, tepat di ujung koridor ada kaca besar. Aku melihat dua perempuan itu dari kaca, tapi bukanlah suasana di sekolah yang aku lihat melainkan tempat yang kumuh.
“Aaaaaa!!!!!!!!” tiba tiba saja terdengar teriakkan dari perempuan yang diam membeku dari tadi. Teriakkan itu berhasil membuat semua murid berlarian. Dengan cepat aku membalikkan badanku. Ingin ku berlari tapi Adelia menggenggam tanganku, wajahnya seakan melarangku untuk mendekat. Akhirnya aku hanya melihat kejadian itu dari jauh.
Kembali aku memandang Adelia, sorot matanya sangat tajam dan ada bercak darah di ujung matanya, aku terkejut melihat Adelia tiba-tiba berubah seperti itu, dia terdiam tidak bergerak. Kembali aku merasakan tetesan air di keningku, hangat tapi ketika ku raba aku tidak menyentuh apa-apa .
“ad.. adeli!!” teriakku ketika secara bersamaan dengan jatuhnya perempuan disisi lorong lain. Mataku sungguh tidak percaya apa yang terjadi saat ini. Aku berdiri melihat Adelia terjatuh dengan lumuran darah di sudut matanya. Seorang guru berlari menuju ke arahku dan Adelia. Guru itu duduk disamping tubuh Adelia, memegangi pergelangan tangan Adelia.
Tubuhku terasa lemas sekali, ada rasa ngeri, ditambah dengan rasa ketidakpercayaan apa yang di katakan oleh guru olahraga barusan mataku menerjunkan air mata dengan derasnyaa, bagaimana tidak ? Guru itu mengatakan bahwa Adelia tidak selamat. Sama dengan perempuan di sisi lorong itu.
Entah apa yang terjadi seakan aku tau apa yang akan terjadi tapi aku tidak tahu apa itu. Kembali aku merasakan tetesan air di keningku, hangat dan semakin deras. Aku mencoba merabanya tapi tidak ada apa apa. Ingatanku memutar kejadian yang baru saja terjadi tadi di sekolah pada jam pertama. Adelia, nama itu terus berputar dipikiranku.
Bagaimana bisa dia meninggal begitu saja? Apa yang terjadi sebenarnya?
****************
3 tahun berlaru, ribuan teriakkan berkelana di telingaku di setiap hariku. Kini aku berdiri di suatu papan kayu pembatas bertuliskan DI LARANG MENDEKAT. Ya tempat ini adalah sumber bencana mistis di sekolahku. Lorong, oh tuhan cobaan apa ini, tak tahu apa yang terjadi padaku tanganku perlahan mengelus papan kayu itu.
Langkah kakiku bergerak sendiri masuk menuju lorong itu, kini hatiku was-was terasa dingin di tanganku. Hembusan angin kencang menerpaku. Kurasakan seseorang berteriak, menggoyangkan tubuhku, seakan memperingatiku sesuatu. Tubuhku tidak bisa digerakkan.
Kembali kurasakan tetesan air itu lagi DARAH selama ini kepalaku dipenuhi darah yang mengalir tiba tiba. Mataku tidak bisa melihat apa-apa. Aku merasakan ada yang masuk di tubuhku, merombak isi tubuhku, mengacak acak, menghisap darahku, jantungku bahkan sulit terdeteksi. Terakhir aku merasakan bisikan tajam di telingaku yang sudah dijilati oleh darah.
Aku lagi melihat lorong tapi yang ku lihat adalah hamparan hutan lebat yang gelap dan kumuh, dadaku sesak sekali. Aku mulai mencengkram batang pohon yang ada disampingku .
“iraca ....” suara halus itu melesat ditelingaku bagaikan angin. Aku menoleh ke arah samping dengan darah yang telah menyelimuti mata kiriku .
“ir...ira “” kata terakhir yang kuucapkan hingga akhirnya darah itu berhasil menyelimuti seluruh kepalaku. Bukan batang yang kucengkeram kuat tapi pergelangan tangan Ira yang sedari tadi menyadarkanku.
Masih ada nafas yang tersisa di paru-paruku, mataku terbuka, mataku bergerak mengelilingi sudut ruangan. Sesorang menangis didekatku dengan kepala bersandar di tanganku. Perlahan tangisnya semakin kencang ketika ia mengatakan IRA SUDAH TIADA. deg!! Gempar hatiku, hancur dan aku adalah satu satunya murid yang berhasil selamat meski harus kehilangan banyak darah.
*********
“jika kamu penasaran lebih lanjut, maka pergilah. Sudah ada jeritan yang menunggumu di depan sekolahitu pergilah! Jangan pernah melewati sekolah itu atau bertanya lagi. Mereka sedang haus darah. Pergi!!" suara perempuan itu mengeras tertuju pada Risma.
Berdidik tubuh risma, ia berlari pulang, karena sedari tadi Risma merasakan hawa panas menyelimuti telinganya. Ya perempuan itu adalah IRACA gadis yang selamat dari kejadian 4 tahun silam. TAMAT .
Penulis: Nadia Aulia, siswa kelas 9 MTS N 1 TUBAN. Hobi menulis, cita-cita guru bahasa. Umur 14 tahun, lahir tuban 10juli 2004. Idola: Asma Nadia.