Perjalanan Panjang Untuk Sebuah Botol Sprite
Perjalanan yang melelahkan untuk mendapatkan sebuah botol sprite minuman yang bersoda ini anggap saja seperti itu, sedikit penggalan untuk ceritaku kali ini.
Karena pada saat itu aku sangat ingin keluar jalan-jalan menghirup udara segar di perjalananku nantinya sebab sudah terlalu lama terkurung digubuk tanpa jendela kaca ini.
2 Mei tepatnya hari sabtu kemarin saya dan teman-teman sudah punya agenda dan memutuskan untuk bertemu dan diresmikan menjadi pengurus organisasi disekolah ku, kebetulan pada hari itu saya sangat jenuh berdiam diri dirumah tanpa aktivitas yang berbeda selain nonton, makan, tidur, membaca, menulis dan semuanya tidak jauh dari rutinitas rebahan.
Karena terlalu lama terkurung dikamar sampai tidak tahu kabar mentari apa masih terbit diufuk timur dan tenggelam dibarat? atau barang kali sudah pindah entah deh yang jelas aku memang lebih suka langit malam yang berisikan bintang-bintang dan merasa sedih jika awan malam menutupnya sehingga sahabat pekatku hilang. "Eh aku bahas apa sih maaf yah ceritaku lari kemana-mana uh uh".
Meskipun awalnya mengurung niat untuk pergi pagi ini, karena ajakan itu sepertinya kurang tepat sebab semalam tidak tidur dan pagi ini mata enggan terbuka dia masih ingin bermain dengan bunga-bunga tidur, tapi karena aku tipe orang yang tidak enakan akupun me-iyakan tanpa melihat ragaku bisa apa tidak.
Dan akhirnya memutuskan untuk pergi dengan menggunakan angkot, angkutan umum yang biasa saya naikin sialnya , masih pagi saya sudah ketinggalan angkot pertamaku sayapun tidak mudah menyerah dengan selalu berprasangka baik terhadap-Nya, tetap menunggu dan mencoba tetap tenang, sabar dan mungkin ujianku memang sudah dimulai se pagi ini.
Angkot keduaku terlewatkan lagi awalnya, aku mencoba menghibur diri dengan membuat video ucapan hari pendidikan niatnya untuk menghibur diri dan nantinya bisa aku upload di sosial media. "Oh tidak angkot kedua ku sudah lewat aku kehilangan jejak untuk mengejarnya" gerutuku, jika aku meneruskan berlari mengejarnya ku rasa hanya sia-sia.
Untuk kali ini saya pasrah dan mencoba untuk tidak menyalahkan siapa-siapa aku lebih menyalahkan kecorobahanku dan kali ini benar- benar berdoa kepada Tuhan.
"ya Allah jika sampai nanti pukul 7:30 aku tidak mendapatkan angkot ketigaku aku akan bergeser, dalam artian masuk dalam rumah dan tidur dan itulah kode yang ku minta untuk ditujukan Tuhan padaku, anggap saja seperti itu", desahku sambil memperhatikan arloji ditangan kiriku.
Yang benar saja sebelum jarum jam paling panjang itu pas dimenit 30,angkot yang kutunggu lewat, tanpa berpikir lama aku beranjak dari tempat duduk ku dan stay dibibir jalan sambil mengancungkan tangan ku padahal angkot masih ada beberapa meter lagi sebelum tepat dihadapan ku sepertinya saya tidak ingin di tinggal lagi dan kode Tuhan bekerja dan aku meresponnya dengan baik. Sayapun menyetopkan angkot " Kiri mas"teriak ku.
Terik tatasurya yang akrab disapa matahari ini cukup menyegat dikulit, angkot pertama membuat ku jerah berdempetan dengan penumpang lainnya, aku memilih untuk menunggu teman-temanku daripada harus menaiki angkot kedua untuk sampai di tujuanku.
Untuk mengusir kejenuhanku saya mulai mengocak-acik hanphone dijemariku, saya hampir membuka semua instastory WhatsApp dan Instagram aplikasi chat yang ada di hpku. Saya mulai tidak nyaman dengan kedunguan ini duduk, dan hanya bertatapan layar hape . Tak lupa saya membeli voucer data ditokoh mas-mas yang punya counter itu, agar tidak terkesan hanya numpang menunggu dan berteduh. "He..? maaf cerita saya jadi kemana-mana.
Saya mulai gelisah, mencoba menelpon dan ngechat teman-teman dikontak hape yang ada hubungannya dan merencanakan pertemuan ini. Awalnya tidak ada yang mengubrisku, aku mulai baper dan air mata itu tumpah juga, dan masker lah yang menyelamatkanku dari pertanyaan orang-orang sekitar " mengapa dia menangis"?, dan aku tidak punya jawaban selain karena memang diriku cengeng.
Silang beberapa menit kesekian kalinya aku mulai mengurung niat untuk melanjutkan pertemuan ini, namun tiba-tiba teman-teman melambaikan tangan kira -kira sejauh mata memandang jarakku dengan mereka dan aku mulai tersenyum dibalik masker dan tak berniat membukanya sebab lebam dimata, merahnya hidungku pasti akan membuat mereka melempar pertanyaan dan aku tidak mau membuat teman-teman merasa bersalah atas kemanjaanku.
Kemudian kami berombongan ketempat yang sudah kami rencanakan jauh-jauh hari disekolah X sebut saja begitu dan disini lah kami dilantik, diresmikan menjadi pengurus, dimana pertemuan ini bukanlah inti dari pertemuan kami, melainkan ingin temu kangen serta menghancurkan celengan rindu yang sudah tumpah, mengalir kemana-mana kayak cerita saya ini huhu.
Ada yang mengusik pikiranku iya, pesan ibuku "tidak usah tinggal cerita-cerita dengan teman-temanmu, sudah selesai urusan di sekolah lansung pamit pulang naak" , dan akupun permisi balik duluan dan meminta teman mengantarku sampai halte ditempat orang-orang biasanya nunggu angkot, namun aku mengurung niat untuk lansung balik, kami singgah telebih dahulu melakukan ibadah di mesjid yang ada di sekolah karena waktunya sudah hampir habis.
"Kami duluan yah rin, salam dengan yang lain soalnya aku dan ima buru-buru nih ", pamit ira "ia iya hati-hati dijalan daah"sambil melambaikan tangan. Tak ada yang penting sih untuk di ceritakan ke kalian soalnya kami hanya basa-basi nda jelas kayak cerita saya sekarang.
Mentari sudah sampai puncaknya, matahari melakukan fungsinya dengan baik bahkan sangat baik dan itu membuatku merasakan sesuatu yang jatuh dan mengalir disekujur tubuhku "siang-siang gini enaknya minum yang dingin-dingin, uuh astagfirullah puasa rin tahan, " ucapku.
"Rin kamu yakin dianter sampai disini aja? ", tanya zuul " Iya ia nda papa kok, aku yakin masih banyak kendaraan umum nantinya, kamu pulang duluan aja", mintaku sambil turun dari motor dan melempar senyum ,"oke yang udah, aku duluan yah makasih sudah hadir ", sambil melihat kanan kiri arah kendaraan sebelum putar balik ke arah jalan rumahnya, disusul bunyi klakson motor petanda pamit mungkin.
Sebenarnya sih aku senang jika diantar sampai rumah namun masih ada beberapa kilometer lagi dan membuat ku mengurung niat untuk diantar, nanti zuul kelelahan lagi apalagi cuaca yang panas ditambah sedang puasa.
Akupun duduk dikursi halte menunggu angkutan berwarna biru berharap, segera lewat.
Kira-kira 30 menit kemudian, angkot berwarna biru lewat tapi saya disibukkan dengan tontonan yutup ria ricis official episode 5 yang telah mampu mengontrol fokusku dan baru menyadarinya setelah angkot itu sudah cukup jauh, " aah bodohnya aku ", desahku. Kali ini aku menyimpan hape ditas saja.
25 menit kemudian, tiba-tiba angkutan umum berwarna biru bertuliskan angka 03 menarik perhatianku, meskipun bukan angkot yang biasanya saya naikin namun saya tidak berpikir panjang untuk menyetopkan angkot dan bertanya lebih dulu, " Mas apakah ini angkot kearah jalan kota bunga? ", sebelum menjawabku Mas nya melongo, dan aku rasa sedang berpikir. " Iya ia dek saya lewat sana ko, silahkan naik".Tak ada penumpang lain yang memenuhi angkot ini, aku satu-satunya suasana yang tak luput dari ketidaknyamanan serta kepengapan karena panas disiang hari menjadi santapan siangku kali ini. Mengalihkan pandangan ke jendela angkot dan merasakan hembusan angin membuat semua akhirnya gelap.
Mendengar keributan dan melihat mayat tergeletak, sesosok perempuan paruh baya lari dan menghampiri gadis yang sekilas seusia ku.
Siang itu mendengar keributan dan melihat mayat tergeletak, sesosok perempuan paruh baya berlari dan menghampiri gadis yang kira-kira seusia ku, berlumuran darah disekujur tubuhnya kemudian semua kendaraan berhenti dan semuanya merasa iba melihat sesosok ibu yang menjerit seakan kesakitan melihat anaknya meninggal dan menangis sejadi-jadinya, akupun mendekat "oh tidak mungkin, astagfirullah itu adalah rupaku", seolah tak percaya dan kemudian menatap siapakah perempuan paruh baya yang memeluk jasadku? " tidak salah lagi, itu ibuku kenapa? ada apa? saya disini ibu masih hidup , apakah tak ada yang bisa melihatku.
"Dek-dek, dek kita sudah .. seperti ada seseorang yang memanggilku, akupun baru sadar bahwa itu semua hanyalah mimpi,ini pertama kali aku tertidur diangkot mungkin karena semalaman berjaga, hingga seperti jadinya. "Dek, dek turun disini aja yah", "loh kok gitu sih Mas, inikan bukan jalan kota bunga, apa Masnya lupa? ", jawabku bingung
"maaf dek saya buru-buru, adek naik angkot lain saja, banyak kok disini" lugasnya tanpa dosa, kalau saya tau Mas nya tidak sampai depan rumah saya,mas kan bisa kasih singgah saya dihalte selanjutnya, bukan di tengah jalan raya seperti ini dong supaya saya mudah nyari angkot lainnya, saya tidak biasa menunggu disini loh mas"ucapku dengan nada sedikit tinggi.
"Abis adeknya ketiduran dan tidak mendengarkan omongan saya, "jawabnya sebagai pembelaan diri. Akupun nyerah meskipun saya merasa tetap saja kalau Mas nya yang salah karena tidak bertanggungjawab dengan ucapannya untuk mengantar saya sampai di rumah, saya pun membayar kemudian turun dari angkot dengan rasa yang cukup membuat saya sesak dan belajar untuk ikhlas.
"Ya Tuhan banyak penyesalan hari ini"ucapku sekali waktu, tiba-tiba aku teringat sang pencipta tanpa diperintah, otakku memutar kepada semua hal yang mengingatkanku pada setiap rezeki dan bantuan-Nya, kemudian kaki ini melangkah begitu saja tanpa kemauanku, dan akupun berhenti sejenak dan bingung harus apa dan bagaimana?, menunggu angkot disaat matahari mulai tenggelam seperti, menunggu uang yang jatuh dari langit.
Sesuatu yang sulit terjadi namun masih ada secuil harapan karena hal itu pernah terjadi, kemudian aku duduk didepan halaman rumah warga yang tak kukenal sama sekali dan akupun mulai baper lagi, berpikir ngechat teman-teman digroup WhatsApp yang didalamnya sudah kuanggap lebih dari sekedar teman.
Aku mengirimi mereka vn yang berisikan curhatanku tentang sopir mobil yang menurunkanku di tengah jalan dan sama sekali tidak ingin bertanggungjawab layaknya sopir mobil yang kutemui pada umum nya, meskipun saya tau mereka tidak bisa berbuat banyak selain turut bersimpatih terhadap kejadian yang menimpaku seharian ini, selain menangis tidak ada hal yang bisa aku lakukan dan menunggu keajaiban berbalik memelukku petang ini, dan tak lupa selalu menjadi hamba yang berbaik sangka kepada pencipta-Nya.
Lima menit kemudian setelah tangis serta doa tanpa usaha karena hanya menunggu mukjizat, siapa yang sangka ketika doa seorang hamba yang sedang menjalankan ibadah puasa ditambah dizalimi itu terkabul.
Seseorang memanggilku cukup pas dihadapan ku, perempuan kira-kira setengah baya memanggilku sambil melambaikan tangan nya seolah mengenalku, akupun mencoba mereka-reka mencoba mengingat dan memperhatikannya lebih jelas lagi, "oh astagaa, alhamdulillah, Tuhan itu ibu guruku semasa esde, " akupun melangkah kesana dan kemudian menceritakan semuanya tentang nasib yang menimpaku, diapun turut prihatin dilain sisi menertawakan setengah kedunguan ku karena mudah menaruh kepercayaan kepada orang yang baru dikenal dan kepolosanku yang sempat-sempatnya tidur diangkot.
Beliaupun tidak segan-segan mengantarku pulang dan sebelum sampai di rumah aku mengucapkan banyak terima kasih yang selebar-lebarnya dan seluas-luasnya,
Piiit pittt bunyi klakson untuk petanda kepada ibuku bahwa anaknya telah tiba dengan selamat, yang sedari tadi menunggu diteras rumah. "Terima kasih bu.. " kemudian sebelum turun dari mobilnya beliaupun memberiku sebotol minuman berwarna jernih bak air namun bersoda, dan botolnya berwarna hijau pekat yang kalian sapa akrab SPRITE.
Penulis: Supriana, mahasiswa UIN Alauddin Makassar, Kabid Advokasi dan Pengabdian Masyarakat DEMA Fakultas Usluhuddin Filsafat dan Politik