Piano Echo Sounds (Based on The Real Story)
Terkejut, itulah perasaan awal, ketika mendengar ka Sylvia telah pergi jauh untuk selama-lamanya. Ya, aku baru mengenalnya, seminggu sebelum kepergiannya, penyebabnya adalah kanker payudara entah sudah stadium berapa.
Dia adalah salah satu mahasiswi famous di salah satu Universitas swasta di Jakarta, dan banyak para mahasiswa yang menjadi secret admirer di kampusnya. Aku merasa seperti memiliki kenalan baru dari kalangan model.
Tak hanya cantik, selain humble, pengetahuannya juga sangat luas. Satu yang tidak kusuka darinya adalah, dia perokok aktif dan seorang drinker. Seperti tidak cocok denganku yang lugu dan polos ini, hehe..
“Fin there’s an important thing, and I’d like to tell you this ”.
“Apa, ka? “. Aku spontan keheranan.
“Gue punya akun FB, gue mau lu rawat akun gue, nulis status atau upload foto-foto gue terus lu kasih caption uwu juga boleh fin”.
“Kenapa, harus aku kak? “. Aku semakin heran dan penasaran.
Dan… jleggg!!! Aku tersentak kaget, di atas tempat tidur. Lampu di kamar kos-kosan ka Sylvi tiba-tiba mati.
Ka Sylvi, langsung berdiri dari sofa hitam mungilnya dan menyalakan lampu dengan santainya. “ Ya, pokoknya elu rawat aja deh akun gue itu, then you will find something there”. Jawabnya, sambil menyeruput jus stroberi miliknya.
Dan dengan kepergiannya itulah, semakin membuatku merasa, telah memiliki banyak pertanyaan misteri di kepalaku, yang mengutip perkataannya “ kamu akan menemukan sesuatu di dalam akun tersebut” . Hari demi hari berlalu, hampir setiap hari juga, aku menulis kata-kata motivasi sebagai status dan sesekali ku upload foto ka Sylvi yang pernah di kirimkan ke ponselku.
Suatu pagi, kulihat notif dari akun itu, yang tak pernah ku logout. “ Bimo ingin menjadi teman Anda “ . Langsung ku konfirmasi tanpa berpikir panjang, sebab ku anggap itu adalah hal yang sepele dalam berinteraksi di media sosial. Dan ternyata, tidak, ini bukanlah hal sepele . Sebab, mulai saat itu, akun bernama Bimo selalu menyukai, dan berkomentar di setiap postingan status dan foto-foto ka Sylvi yang aku posting.
Sampai akhirnya, kami banyak bertukar pikiran tentang universal news, politic views, bahkan sampai hal- hal religius , menjadi bahan perbincangan kami yang menarik via inbox ataupun SMS.
“That’s amazing vi, we have something in common”, itulah kata-kata yang di ucapkan Bimo ketika kami klik dalam suatu pemikiran dan pandangan hidup. Bimo banyak bercerita tentang hidupnya, perjalanan pendidikannya, yang pernah menyobek secarik kertas yang menyatakan bahwa, dia di terima sebagai mahasiswa di salah satu Universitas ternama di Indonesia di Fakultas Kedokteran. Dia menyobeknya, sebab merasa bahwa menjadi dokter bukanlah dirinya, dia ingin hidup dan berkembang dengan passion yang ia miliki.
Begitu juga dengan kariernya, ternyata dia adalah seorang Audio Engineering, dan Pianist, terlahir di dalam keluarga besar yang mayoritas profesinya adalah dokter. Dan juga memiliki pengalaman pahit dalam bercinta di masa lalu.
“Bim, kenapa akhirnya kamu sekarang bisa melupakannya?“. Tanya aku, penasaran. Saat itu, waktu telah menunjukkan pukul 01:00 pagi, dan kami masih saja punya banyak topik untuk dibahas.
“Kamu tahu? Sebab, ketika seseorang menyakitiku, aku selalu berdoa pada Tuhan, semoga ketika besok pagi, aku bangun . Maka, Tuhan membangunkanku dengan keadaan hati yang biasa-biasa saja”. Jawab Bimo tegas.
Seiring berjalannya waktu, semuanya menjadi sangat asyik, kami menjadi semakin dekat. Namun, di setiap Bimo mengatakan sesuatu dengan panggilan, “ Sylivia, Sylvia sayang, Sylvi setiap malam aku selalu lihat fotomu yang mengenakkan gaun putih, kamu anggun dan cantik sekali, Sylvi aku mau main piano untuk kamu, Sylvia aku mau jemput keponakanku dulu, good night Sylvia..“.
Semua ucapan itu terus menghantui pikiranku bahwa, “Aku bukan Sylvia, aku Finza“. Namun, aku tetap saja meneruskannya, sebab, aku sangat merasa nyaman dengan banyaknya kesamaan yang kami miliki. Bimo pun mengatakan bahwa akulah wanita satu-satunya yang memiliki pola pikir yang sama dengannya. Dan dia bilang benar- benar ingin menemuiku dan menjalin suatu hubungan dengan berkomitmen.
Drreett.. drreett.. !! Astaga, ponselku bergetar. Kulihat 15 kali missed call dari Bimo.
“Hallo Bim, maaf banget aku ketiduran, kenapa?“.
“It’s okay, aku cuma mau bilang sore ini aku mau kita ketemuan, plis jangan di tunda lagi, aku mohon! .
Mau aku jemput di mana vi?“
“Aduhh, gimana ya, aku sakit gigi bim, maaf banget “. Dan saat itulah, hati kecilku mengatakan, semuanya harus disudahi sesegera mungkin.
“Oiya bim, malam ini ada hal serius yang mau aku omongin lewat telpon, stand by ya?“
“Apasih yang engga untuk kamu vi he..he..“
Rasa takut malam itu, mengepung jiwaku. Ya, aku takut kehilangan. Setengah hati menyesal karena, terlalu merawat akun itu. Namun, ku ingat lagi itu adalah sebuat wasiat. Menyesal karena larut dalam kebodohan. Namun, aku juga merasa bahagia. Meskipun aku tahu akan begini pada akhirnya.
Dengan tangan yang penuh keringat menggengam ponsel , hatiku kacau tak menentu. Menunggu panggilanku di angkat oleh Bimo. Dan…
“Ha..halo selamat malam bim“.
“Halo, Sylviku malam juga, jadi bagaimana?“
“Sebelumnya, aku ingin minta maaf dengan penuh rasa penyesalan, dan ketulusan bim, untuk kesalahan yang aku lakukan selama ini, dan aku berharap dengan sungguh, semoga saja setelah kamu mendengar ini, kita masih bisa berteman baik.
Dengan resiko terbesarnya adalah, mungkin kamu akan terluka, tapi jujur, aku benar-benar sangat menyesal. Perkenalkan, nama asliku Finza Claudia, usiaku 19 tahun, dan untuk akun yang bernama Sylvia itu, pemiliknya sudah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Dan aku bisa jelaskan mengapa aku memakai akun itu, semua itu aku lakukan sebab.. “
“Hey.. hey cukup!“. Bimo memotong ucapanku dengan nada tinggi terdengar sangat marah .
“Ya, semua kebohongan Anda saya maafkan. Tapi, saya mohon maaf, untuk Finza Claudia, mulai saat ini, perkenalan kita cukup sampai di sini saja. Pertemanan dan perkenalan kita sangatlah mengesankan. Perlu kamu ketahui bahwa, kamu telah membuat 3 kesalahan. Pertama, kamu lancang menggunakan akun orang yang sudah ditinggal pemiliknya. Kedua, kamu berbohong dan meneruskannya. Ketiga, kamu telah membuat aku salah paham, bahwa kamu adalah jawaban dari doa-doaku selama ini, itu tidak. Aku rasa bukan kamu tepatnya."
Sesingkat itulah percakapan kami, padat, jelas tanpa banyak basa-basi.
Terimakasih telah membuat hari-hariku lebih berwarna, meskipun di selimuti ribuan kepalsuan. Tapi, ingat sekali lagi kamu adalah pembohong. Saya tutup, selamat malam.
Hancur… akhirnya yang kutakutkan benar-benar terjadi. Dan untuk pertama dan terakhir kalinya Bimo memanggil nama asliku disertai dengan definisi yang buruk. Akun milik sylvia dan nomor ponselku langsung diblokir malam itu juga.
Maafkan aku telah menjadi penipu dalam hidupmu. Meskipun, aku kehilangan dentingan piano dan suara darimu, setidaknya, aku pernah merasa sangat bahagia karena Tuhan memberikanku kesempatan untuk mengenalmu melalui perantara ka Sylvia.
Darimu aku banyak belajar tentang perjalanan hidup, menjadi orang yang low-profile, hingga kesabaran dalam menjalin suatu hubungan percintaan, serta kamu membuatku takut untuk melakukan suatu kebohongan lagi, sebab kepercayaan tidak datang dua kali.
Usiaku kini sudah 23 tahun, baik Bimo dan kak Sylvi adalah dua orang yang berharga dalam hidupku. Sangat pantas untuk dibingkai menjadi sebuah kenangan. Senang rasanya , melihat Bimo telah menemukan wanita pilhannya yang menjadi jawaban atas doa-doanya. Dia menikah dengan seorang dokter gigi, setelah pulang bekerja dari Newyork. Memang benar-benar keluarga dokter.
Meskipun Bimo bukanlah seorang dokter, tetap saja, dia adalah dokter dalam hidupku, yang telah menyembuhkan beberapa penyakit yang dapat merusak diriku.
Sekali lagi, terimakasih telah mengajariku makna kejujuran. Semoga saja, kak Sylvi tersenyum cantik di atas sana, karena melihat diriku telah menemukan jawaban dari teka-tekinya. Dan aku juga berterimakasih sebab ka Sylvia telah memilihku.
Dear Bimo,
“Your piano echoes will always in my mind, it reminds me to stop a lie and live happily ever after with honesty. Then you will find and reap the results of life echoes in eternity."
Dulu saat aku sekolah, yang kutahu nada-nada lagu hanyalah do re mi fa so la si do. Namun, ketika aku mengenalmu nada-nada itu bergetar dalam duniaku dan berubah menjadi..
“The precious things of what you do“. Meskipun hanya sebatas lewat obrolan semata, aku mengenali kepribadianmu, aku yang bergeming di awal, menyangka bahwa aku akan melayani pengguna akun maya yang hanya sekedar main-main.
Nyatanya, aku yang bodoh. Beruntungnya dia yang memilikimu saat ini. Aku, mengagumimu melalui maya dengan rasa penyesalan. Kamu, mengenal namaku dengan rasa kekecewaan. You know, it’s worth it, it’s worth it.
Penulis: Nevalina Aisah, dapat ditemui di Instagram @nevalinas.