Tangis dan Tawa Kita
Di sebuah kota di provinsi Sulawesi Selatan, ada seorang anak perempuan bernama Aluna. Ia memiliki 3 saudara kakak pertamanya perempuan, kakak keduanya laki-laki dan adiknya laki-laki.
Selain itu, ia juga memiliki 3 kucing kesayangan yang diberi nama Caramel, Oyen, dan Mochi. Sebelum berangkat ke sekolah Aluna tidak pernah lupa memberikan makan kucing kesayangannya.
“Oyen, Caramel, Mocha sini ini ada makanan untuk kalian” teriak Aluna, kucinganya pun bergerak mendekatinya.
Saat ini Aluna duduk di bangku SMP, ketika ingin ke sekolah ia hanya cukup berjalan kaki, karena lokasi sekolahnya sangat dekat dengan rumahnya. Sesampainya di sekolah Aluna bertemu guru dan sahabatnya tak lupa ia memberi salam dan salim kepada gurunya.
“Aluna, tolong ambilkan buku matematika di perpustakaan dan bawa ke dalam kelas ya,” ucap ibu Yati guru matematika yang kebetulan akan mengajar di kelas Aluna.
Ia adalah ketua kelas VIII i, Aluna merupakan anak yang rajin, pintar, bertanggung jawab, mandiri, dan tegas.
Di dalam kelas “anak-anak sekarang buka buku matematika kalian halaman 50,”ucap ibu Yati. “ iya ibu,” jawab murid.
“Apakah di antara kalian, ada yang bisa mengerjakan soal nomor 1?,” tanya ibu Yati.
“saya ibu,” jawab Aluna sambil mengangkat tangannya.
Setelah 2 jam belajar akhirnya bel istirahat pun berbunyi “ trinkk…….. trinkk……waktunya istirahat”. Aluna dan sahabatnya bergegas ke kantin.
Sesampainya di kantin Aluna dan sahabatnya mulai memesan makanan dan minuman, ada yang pesan bakso, nasi goreng, batagor, air mineral, dan mie.
“Aluna, kamu jadikan ikut lomba baca puisi dan kaligrafi untuk mewakili sekolah kita,” tanya Tania sambil menepuk pundak Aluna.
Tidak berapa lama makanan pun datang. “In syaa Allah, aku jadi ikut sepulang sekolah ini aku ingin mampir ke toko alat tulis untuk membeli keperluan lomba,” jawab Aluna.
“kamu mau kita temani ke took alat tulis,” tanya Intan.
“tidak perlu Intan,” jawab Aluna.
Di jalan pulang Aluna bertemu dengan seekor kucing yang mengeong seperti kelaparan. Ia mengeluarkan botol yang berisi makanan kucing yang selalu dibawa kemanapun ”kamu lapar yang pus” sambil menuangkan makanan dan mengelus kepala kucing.
1 minggu berlalu 17 Maret di mana perlombaan baca puisi dan kaligrafi di mulai. Aluna sudah ada di lokasi lomba di temani oleh guru dan sahabatnya yang ingin memberikan dukungan kepadanya.
“teman-teman, aku merasa seperti tidak percaya diri untuk tampil,” ucap Aluna.
“kita yakin kamu pasti bisa menampilkan yang terbaik Aluna, kamu harus semangat ya,” ucap Tania sambil memegang tangan Aluna
“selamat siang anak-anak, selamat datang di perlombaan baca puisi dan kaligrafi, langsung saja kita ke acara perlombaannya, Nomor urut 1 dari sekolah SMP CINTA INSAN KAMIL atas nama Aluna, kepada ananda dipersilahkan,” ucap MC perlombaan.
Setelah semua peserta tampil waktunya pembacaan juara, “juara 3 dari sekolah SMP INDAH LESTARI ASRI, juara 2 SMP BUMI PERTIWI dan juara 1 dari sekolah SMP CINTA INSAL KAMIL atas nama Aluna,” ucap MC semua sahabat Aluna berteriak kesenangan dan memeluk Aluna.
“Assalamualaikum, ibu….ayah…kakak…., lihat ini Aluna bawa sesuatu” sambil melepas sepatu dan pakaiannya.
“Ayah ada di belakang rumah Aluna,” jawab Ayah.
Akhirnya ia bergegas ke belakang rumahnya dan melihat keluarganya sedang menggali lubang, di situ ia kaget dan sedih karena melihat kucing yang dirawatnya mati, Mochi itulah nama kucingnya yang mati. Aluna berusaha mengikhlaskan kucingnya yang telah mati.
“Belajarlah ikhlas dari hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup mu, maka kamu akan mendapatkan ketenangan hati”
Penulis: Elvira, seorang anak yang rajin membantu orang tua dan suka memasak.