Tiga Maret tentang Dia
Langit benar-benar cerah tanpa sedikit pun awan. Sepanjang hari, aku menghabiskan berpikir tentang bagaimana cara memulai obrolan bersamamu. Apakah dengan membalas instastory agar untuk merasa lebih dekat bersamamu. Memang, menjalani kehidupan jauh lebih sulit dibandingkan dengan mendekatkan diri kepada tragedi yang mendatangkan kematian.
Resa adalah anak perempuan tunggal dari seorang perempuan Sumatra dan seorang laki-laki yang berasal dari Yogyakarta. Resa dilahirkan pada 2001, di Yogyakarta. Resa seorang anti sosial yang serba canggung kala berdampingan dengan manusia lain, seperti biasanya resa sering menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca buku novel kesukaannya.
Pada saat itu teman kampus resa memperkenalkan temannya yang jago di dunia industri musik namanya Riski dan Resa pun sangat bergairah mendengar cerita temannya hingga resa mencari akun sosial riski. Karena kamu tidak pernah menjadi apa pun, kecuali menjadi baik pada mataku. Kata resa’’.
Maka, kekhawatiran terbesarku selain menjadi penyekat di antara layunya kuncup-kuncup pengharapan yang belum sempat mengecap, tidak lain adalah resa yang khawatir untuk jatuh cinta. Resa belum benar-benar mengenal Riski hanya tahu dari foto bahwa Riski adalah salah seorang pelaku di industri musik. Pada saat perkenalan tiga maret, Resa pun sedang buru-buru pamitan secara bersamaan.
"aku menyukai suaramu, yang merdu itu."
Resa membalas instastory Riski belum genap tiga menit setelah Resa mendengarkan salah satu lagu pada salah satu media sosial milik Riski. Sebelum kecemasanku datang lagi, seperti jantungku berdetak tidak beraturan, tubuhku terasa lemas, keringat dingin mengucur deras dan membasahi setiap jengkal pada tubuhku.
Belum genap lima menit memandang pesan pertamamu, pesan kedua pun kuterima. Isi pesanmu tidak kalah bercanda. Aku tersenyum. Tidak seperti yang aku bayangkan, namun silakan bertanyalah, balasku. Dan pada akhirnya kamu membuat kehidupanku lebih berwarna dan lebih produktif dan menjadi diriku versi terbaikku.
Aku menikmati waktu bersamamu dengan tenang, hal sederhana yang dilakukan dengan orang yang dicintai memang menyenangkan, hari-hari berlanjut seperti biasanya yang melakukan rutinitas sebagai mahasiswa, dan ia pun juga begitu. Kampus belajar kami tidak sama, namun kami selalu menyempatkan waktu untuk bertemu mengerjakan tugas bersama. Suatu hari dia tidak lagi membalas pesanku.
Saat itu dadaku terasa sangat sesak, serupa ada sesuatu yang menekan. Atau, serupa ada sesuatu yang begitu besar sedang mencoba untuk masuk kedalam. Takut, perasaan itu yang muncul pertama kali untuk menemaniku di saat yang seperti ini. Perasaan tersebut mampu melahap habis keberanian yang ada di dalam jiwaku dan hanya menyisakan sedikit harapan yang kemudian justru menjelma serupa bencana memaksaku untuk menjerit karena ketakutan -ketakutan yang lebih hebat turut hadir tanpa ada suatu pertanda.
Bahkan hal yang tak terduga itu terjadi di akhir tahun 2020 menjadi sebuah peristiwa yang sangat sulit untuk dilupakan setumpuk kenangan yang telah kita buat nyatanya sangat menyusahkan arti yang dalam bagi hidup nya. Dengan berita kehilangan akan seseorang yang pernah mengisi lembaran cerita di dalam hidupnya, membuat harus dengan rela mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal kepadanya.
Melepaskan seseorang memanglah tidak mudah, terlebih mereka yang memberi warna dalam kehidupan kita. Dimana hidup meminta kita untuk mau sabar serta percaya bahwa semuanya terjadi karena sebab, saat ini kita tidak tahu penyebab nya apa, tetapi kita harus percaya bahwa rencana tuhan pasti akan lebih baik. Karena dengan ini, secara tidak langsung semesta mengajarkan kita untuk belajar Kembali dalam mengenal seseorang dari awal.
“Jatuh hati itu biasa saja, hal yang luar biasa hanya ada pada pegadaian. Tidak ada yang salah dengan meninggalkan ataupun ditinggalkan.
Penulis: Shafira Nurullita, saat ini menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala. instagram @shafiranurullitaaa.