Pantai dan Wujud Kepedulian Kita
Pandawara Group menjadi perbincangan yang hangat di sosial media berkat aksi-aksi heroiknya dalam membersihkan sampah. Pandawara Group beranggotakan lima orang yang terdiri dari Ikhsan Destian, Gilang Rahma, Muhammad Rifqi, Rafly Pasya, dan Agung Permana.
Mereka sering membagikan dokumentasi aksinya ke kanal YouTube, Instagram, dan TikTok. Aksi membersihkan sampah yang dilakukan Pandawara Group menyampaikan pesan pada masyarakat untuk turut serta turun lapangan membersihkan sampah di lingkungan sekitar.
Aksi-aksi membersihkan sampah oleh Pandawa Group menjadi viral dan menginspirasi. Pandawa Group memenangkan penghargaan “Indonesia Green Awards 2023”. Pandawara Group juga pernah mendapatkan penghargaan Year on TikTok 2022.
Aksi membersihkan sampah yang dilakukan oleh Pandawara Group yang awalnya membersihkan sungai kini kian melebar, mereka juga turut membersihkan sampah-sampah di pantai dengan mengumpulkan para relawan.
Pandawara Group telah membersihkan empat pantai di Pulau Jawa, yaitu Pantai Teluk Labuan Banten, Pantai Jalan Ikan Selar Lampung, Pantai Kesenden Cirebon, dan Pantai Cibutun Loji Sukabumi.
Sampah-sampah di pantai tersebut jumlahnya tidak main-main karena harus melibatkan ribuan relawan untuk membersihkan pantai. Lantas apa yang menyebabkan pantai dapat tertimbun sampah? Dari mana sajakah asal sampah-sampah tersebut?
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon, R. M. Abdullah Syukur menjelaskan bahwa sampah-sampah di pantai disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya berasal dari hulu atau sungai. Masyarakat biasanya membuang sampah di sungai atau membuang sampah sembarangan yang akhirnya terbawa oleh air hujan ke sungai.
Sudirman, nelayan di Pantai Sukaraja saat diwawancarai tim Republika pada 12 Juli 2023, menyampaikan bahwa warga Kampung Nelayan Sukaraja pernah membersihkan sampah-sampah di pantai. Namun, volume sampah di pantai kian bertambah karena sampah-sampah dari kota yang terus berdatangan terbawa aliran sungai saat hujan.
Warga sekitar tidak bisa berbuat banyak dengan sampah-sampah yang terus bertambah dan aksi bersih-bersih pantai juga akan sia-sia jika sampah-sampah di kota terus berdatangan. Pemerintah sebenarnya telah memberi akses pembuangan sampah bagi masyarakat dengan adanya Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah yang diangkut oleh petugas sampah akan dibawa ke TPS, lalu diteruskan ke TPA. Namun, kebijakan dari pemerintah masih belum terlaksana dengan maksimal karena sarana dan prasarana serta kurangnya kepedulian masyarakat terhadap sampah.
Banyak TPA di Indonesia yang hanya membiarkan sampah menggunung, akhirnya menimbulkan bencana. Insiden mematikan pernah terjadi di TPA Leuwigajah di Cimahi, Jawa Barat pada 21 Februari 2005, TPA tersebut meledak akibat sampah yang menggunung bahkan juga terjadi longsoran sampah yang menenggelamkan desa Cilimus dan Pojok.
Di tahun 2023 ini pun juga terjadi kebakaran di TPA Jatibarang, Kota Semarang yang sudah terjadi empat kali selama bulan September. Kejadian miris pernah terjadi di Kabupaten Jember pada tahun 2021, rombongan petugas sampah yang membuang sampah angkutannya ke sungai di bawah jembatan dekat MAN 1 Jember, padahal jarak 20 meter dari jembatan sudah disediakan tempat pembuangan sementara.
Kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan sampah di kota harus segera diperbaiki agar tidak berdampak jauh ke pantai.Sarana dan prasarana pengelolaan sampah, seperti gedung, lahan, truk pengangkut, tempat sampah terpisah, dan lain-lain harus disediakan dengan baik.
Pengelolaan sampah secara profesional juga tak kalah penting. Pengelolaan sampah akan berjalan maksimal jika ditangani oleh orang yang profesional dan ahli di bidang pengelolaan sampah. Permasalahan pengelolaan sampah terbesar dan tersulit saat ini berasal dari pola pikir dan kepedulian masyarakat terhadap sampah.
Paradigma sampah yang masih dianut masyarakat, yaitu kumpul-angkut-buang. Masyarakat harus beralih ke paradigma baru, yaitu kumpul-pilah-angkut-buang.
Saat ini isu lingkungan memang tengah hangat diperbincangkan karena dampak-dampak dari kurangnya kepedulian terhadap lingkungan khususnya permasalahan sampah mulai dirasakan masyarakat. Langkah kecil dan sederhana yang dimulai dari sendiri, yaitu mencegah barang-barang baru yang berpotensi menjadi sampah, mengurangi barang-barang yang tidak dibutuhkan, serta memilah dan mengolah kembali sisa konsumsi.
Membawa minuman sendiri menggunakan botol tumbler, mengurangi penggunaan sampah sekali pakai, dan tidak membuang sampah sembarangan merupakan contoh-contoh sederhana yang dapat dilakukan oleh diri sendiri. Edukasi mengenai kepedulian terhadap lingkungan juga menjadi faktor terpenting dalam membangun kesadaran masyarakat.
Penulis: Felita Sukanti, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan jurusan Kimia di Universitas Jember. Dapat ditemui melalui instagram @felita.nti