Thu, 12 Dec 2024
Esai / Kontributor / Dec 29, 2020

Apa Kabar Pendidikan?

Berbicara soal pendidikan tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan. Karena pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan manusia akan sangat sulit untuk berkembang terlebih lagi untuk maju. Negara maju tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu Negara, maka semakin tinggi pula kualitas Sumber Daya Manusia yang dihasilkan.

Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga Negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh elemen kehidupan, cerdas, kreatif, terampil, aktif, jujur, demokratis, disiplin, bermoral, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan tidak menciptakan perpecahan.

Ada empat hal yang menjadi point dalam pendidikan menurut UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal yaitu : 1) Learning to know (belajar untuk mengetahui); 2) Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu); 3) Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang); 4) Learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Namun sampai saat ini bisa penulis katakan bahwa Indonesia belum sepenuhnya menerapkan point-point yang dicanangkan oleh UNESCO.

Meski dalam UU NO.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilih kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Sebagaimana pendidikan itu sendiri mempunyai makna sebagai “bekal” untuk menjadikan setiap orang bisa berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Walaupun telah dikatakan demikian tetapi masih sangat banyak pelanggaran yang dilakukan baik oleh pemerintah, tenaga pendidik, peserta didik, dan masyarakat itu sendiri. Seperti halnya saat ini, dunia sedang dilanda pandemi yang bernama virus Corona atau COVID-19, membuat sistem pendidikan saat ini sangat memprihatinkan, khususnya di Indonesia.

Sehingga bisa dikatakan bahwa pendidikan saat ini sudah sangat jauh dari tujuan awal pendidikan nasional yaitu “…Mencerdaskan Kehidupan Bangsa…”. Salah satu alasan mengapa saya mengatakan hal demikian adalah karena mahasiswa diharuskan untuk belajar di rumah atau kuliah online.

Kuliah online merupakan pelaksanaan perkuliahan yang dilakukan tidak bertatap muka dalam sebuah ruangan perkuliahan secara langsung, akan tetapi pelaksanaannya melalui perantara atau menggunakan media online. Pelaksanaan belajar online pun dilaksankan untuk mencegah adanya perkumpulan dan upaya untuk mengatasi sedini mungkin penyebaran virus COVID-19 yang sudah mulai mewabah di Indonesia.

Adapun keluhan para mahasiswa UNM yang dihimpun oleh Tim Riset BEM UNM mencatat beberapa keluhan mahasiswa yakni : 1) Terkendala jaringan sebanyak 262 orang; 2) Pembelajaran tidak efektif sebanyak 124 orang; 3) Keluhan biaya internet sebanyak 151 orang; 4) Beban tugas kuliah yang berat sebanyak 66 orang; 5) Mata kuliah yang tabrakan sebanyak 22 orang; 6) fasilitas yang tidak memadai sebanyak 35 orang.

Selain itu mereka tetap membayar UKT dan harus membeli kuota masing-masing. Adapun akses jaringan yang digunakan mahasiswa UNM yang telah mengisi survei yaitu mahasiswa yang menggunakan kuota internet sebanyak 90%, mahasiswa yang menggunakan fasilitas wifi sebanyak 9%, dan mahasiswa yang menggunakan kedua akses jaringan tersebut hanya 1%.

Sedangkan tidak sedikit orang tua mahasiswa harus kehilangan pekerjaannya di tengah pandemi ini, kampus lain telah memberikan subsidi kuota kepada mahasiswanya, sedangkan UNM belum juga merealisasikan hal tersebut sejak kegiatan pembelajaran secara full daring yang dimulai pada 17 maret 2020.

Sehingga hadirlah kalimat “penghasilan orang tua kami menurun, UKT tetap dibayar, kampus tidak menanggung kuota yang harus kami gunakan untuk melaksanakan kuliah daring”. Ataukah kita hanya menyumbang kepada negara? Kemudian belajar sendiri layaknya orang yang tidak sedang kuliah?

Penulis menduga subsidi kuota pun hanya bisa dijadikan sebagai janji kampanye saat menjelang pemilihan REKTOR pada April lalu. Jadi, IPK mahasiswa saat ini tidak lagi dilihat seberapa besar pemahaman mahasiswa tersebut tentang pelajaran yang disampaikan, akan tetapi IPK akan bergantung pada seberapa baik akses jaringan yang dimiliki mahasiswa.

Belum lagi banyaknya petisi online dan pamflet yang dibuat oleh para aktivis kampus yang bersikeras untuk menolak membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) semester ganjil mendatang. Menurutnya UKT yang telah dibayar pada semester genap tidak digunakan sebagaimana mestinya yang seharusnya pembayaran tersebut digunakan untuk membayar dosen dan penggunaan fasilitas kampus yang seharusnya digunakan untuk menunjang perkuliahan.

Kuliah online pun dianggap tidak efektif karena tidak semua dosen senang untuk mengajar secara online. Jadi, wajar saja ketika mahasiswa mogok untuk bayar UKT, selain penghasilan orang tua yang menurun kamipun tidak merasakan hak yang seharusnya kami dapatkan dalam pelaksanaan perkuliahan. Lantas bagaimana sistem pendidikan di negeri ini bisa membaik yang pada dasarnya memang sudah bobrok.

Tepat pada tanggal 02 Mei 2020 kita kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional mengikuti tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Pendidikan, biasanya hari ini merupakan momentum yang paling ditunggu-tunggu oleh para aktivis kampus.

Tak sedikit mahasiswa yang turun ke jalan untuk melakukan aksi demonstrasi sebagai bentuk penyampaian aspirasi dan ketidakpuasan terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan oleh pihak birokrasi. Namun sepertinya tahun ini Jl. A.P. Pettarani tidak lagi ditutup tepat di depan kampus UNM Gunungsari karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah diterapkan di kota Makassar.

Sehingga kita dilarang untuk melakukan perkumpulan. Tak sedikit keluhan yang sangat ingin disampaikan oleh mahasiswa namun pandemi yang melanda bumi pertiwi tercinta membuat kita sangat terbatas untuk melakukan pergerakan dan mengawal isu-isu yang tidak pro dengan mahasiswa.

Banyak hal yang penulis rindukan saat harus turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi untuk memperingati hari-hari tertentu salah satunya HARDIKNAS. Yang bisa penulis lakukan saat ini adalah mengenang dan memandang dokumentasi saat aksi demonstrasi yang ikuti selama menjadi mahasiswa Universitas Negeri Makassar.

Berpanas-panasan di bawah terik matahari bersama kawan-kawan mahasiswa. Kedinginan saat hujan menerpa, namun hal itu tidak menyurutkan semangat juang kami untuk menyuarakan kebenaran.

Dari beberapa permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, akan menimbulkan banyak masalah yang mungkin terjadi diantarnya mahasiswa sebagai peserta didik tidak mendapatkan bekal atau keterampilan yang cukup untuk bersaing di dunia kerja, membatasi seseorang untuk berproses dan belajar, sumber daya manusia yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, jumlah pengangguran intelektual akan semakin meningkat, kebanyakan orang akan semakin tidak peduli dengan lingkungannya sendiri, serta menghambat terjadinya efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Harapan penulis pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, dan seorang dosen (pendidik) bisa memberikan penilaian secara objektif agar bisa dipertanggung jawabkan. Pendidikan tak lagi diaanggap sebagai kewajiban melainkan kebutuhan dalam hidup, serta berorientasi pada kualitas karena dengan mengutamakan kualitas, maka kemampuan seseorang bisa membawa perubahan dan berguna untuk kemajuan bangsa.

“Pendidikan Adalah Bekal Terbaik Untuk Perjalanan Hidup”


Selamat Hari Pendidikan Nasional
Hidup Mahasiswa,,,
Hidup Mahasiswa,,,
Dan Hidup Rakyat Indonesia,,,

 

Penulis: Mila Awaliah, mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Makassar.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.