Covid-19 dan Pro Kontra Pembelajaran Daring
Pernahkah kalian membayangkan berada di situasi dimana kalian semua harus dengan terpaksa berada di rumah dan tidak keluar rumah? Ya, begitulah situasi dan kondisi di negara kita sekarang ini, segala sesuatunya harus dilakukan dan dilaksanakan dari rumah. Karena virus corona atau covid-19, kita semua terpaksa berada dalam new normal atau kenormalan baru.
Tentu kita semua tidak pernah membayangkan ini semua akan terjadi di Indonesia. Kenyataannya, kita bisa melihat bahwa banyak sekali kasus positif terpapar virus corona di tanah air kita. Setiap hari kasus positif virus corona di Indonesia melonjak tinggi hingga kasusnya mencapai lebih dari 70.000 kasus.
Ini menunjukkan bahwa saya, kalian, dan negara belum bisa memutuskan rantai penyebaran virus corona sampai detik ini alhasil virus ini membawa dampak yang sangat besar dalam bidang pendidikan, khususnya mengenai proses belajar mengajar antara guru dan siswa.
Kita semua tahu betul bahwa akan semakin banyak kasus positif covid-19 di Indonesia jika kita semua tetap keluar rumah dan tidak menjalankan aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) beserta protokol kesehatanan, yang sudah diatur oleh pemerintah untuk memutuskan rantai penyebaran pandemic covid-19.
Namun, apakah kita semua sudah sadar dan paham bahwa pada kenyataanya kita semua tidak mengikuti aturan-aturan tersebut. Memang, sekarang ini pemerintah sudah membuat aturan bahwa PSBB akan segera berakhir. Tetapi, PSBB tersebut hanya akan berakhir jika kita sebagai masyarakat taat pada aturan.
Secara pribadi, saya melihat bahwa PSBB di Indonesia sangat sulit untuk diterapkan dan diberlakukan. Kenapa? Jawabannya sangat simple yakni karena kita semua hanya mementingkan urusan pribadi kita ketimbang urusan dan kepentingan bersama. Akibat dari semua keegoisan kita masing-masing, dampaknya sekarang ini berimbas pada kegiatan belajar mengajar di bidang pendidikan. Kita bisa melihat bahwa sekarang ini semua jenjang pendidikan mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, sampai ke jenjang perkuliahan terpaksa harus melakukan pembelajaran daring atau pembelajaran yang dilakukan dari rumah.
Dari bulan April sampai detik ini pun semua siswa ataupun mahasiswa dan guru belum bisa melakukan pembelajaran secara langsung (tatap muka). Pembelajaran secara daring ditetapkan oleh pemerintah guna mencegah penyebaran virus. Akan tetapi kebijakan ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pembelajaran daring memang dapat membantu agar kasus Covid-19 cepat berakhir, tetapi tentu tidak semua peserta didik, pengajar, dan orang tua setuju dengan metode pembelajaran daring.
Ada banyak alasan mereka tidak setuju dengan proses pembelajaran secara daring. Alasan pertama adalah kegiatan seperti praktikum dan olahraga tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran daring. Akibatnya, siswa hanya dapat belajar mengenai teori tanpa melakukan praktik secara langsung. Faktanya, ada banyak siswa yang lebih menyukai melakukan praktik ketimbang hanya belajar teori.
Melakukan sesuatu secara langsung dapat lebih membuka wawasan dan tidak hanya terpaku dengan apa yang ditulis dalam buku. Sementara pembelajaran daring hanya menuntut siswa untuk selalu belajar dari buku. Pelajaran seperti olahraga juga tentu tidak hanya belajar mengenai teori namun juga mengenai praktiknya. Tetapi, semuanya tidak akan terjadi jika pembelajaran dilakukan secara daring.
Alasan kedua datang dari pihak pendidik (guru) yakni para pendidik tidak dapat memantau secara langsung para peserta didik. Jika kita melihat secara saksama, banyak peserta didik yang malas belajar apalagi pembelajaran dilakukan di rumah masing-masing. Hal inilah yang membuat mereka merasa cenderung bebas melakukan apa yang mereka inginkan karena tidak terikat pada aturan seperti aturan yang ada di sekolah.
Celakanya, masalah ini tidak dapat ditangani dengan mudah oleh para pendidik karena mereka tidak dapat berkomunikasi secara langsung oleh para peserta didik. Jadi, akan sulit bagi para guru untuk memantau kehadiran siswanya selama proses belajar mengajar.
Masalah akan semakin sulit jika sebagian siswa mengerti dengan penjelasan materi namun masih ada siswa yang belum mengerti dengan penjelasan tersebut. Tentu saja hal ini bisa menghambat kelancaran proses belajar mengajar karena pembelajaran tidak dapat dilanjutkan jika masih ada siswa yang belum paham.
Masalah lain yang muncul adalah ketika siswa ingin menanyakan sesuatu kepada gurunya. Dengan komunikasi jarak jauh dan tidak bertatap muka maka akan menyulitkan siswa untuk bertanya. Begitu pun sebaliknya, para guru juga akan menemukan hambatan untuk menjelaskan sebuah materi secara virtual. Terlebih lagi ketika pelajaran matematika, kimia, fisika, dan ekonomi yang menuntut siswa dan guru untuk belajar hitungan.
Tentu tidak mudah menjelaskan rumus-rumus secara virtual. Bayangkan saja saat pembelajaran dilakukan di sekolah pun banyak peserta didik yang sulit untuk memahami rumus-rumus, apalagi sekarang mereka harus belajar semua itu secara daring.
Alasan ketiga dari pihak kontra adalah banyak dari orang tua murid yang mengeluh karena keterbatasan dalam hal keuangan untuk membeli kuota bagi anak-anaknya. Kita semua tahu bahwa sekarang ini semua tarif paket internet semakin mahal. Oleh karena itu, tidak semua orang mampu membeli paket data setiap bulannya.
Terlebih lagi, pembelajaran secara daring mengharuskan peserta didik maupun pendidik memiliki koneksi internet untuk online. Di samping itu, tidak semua tempat di belahan bumi ini memiliki koneksi internet yang bagus. Masih ada banyak tempat yang jaringan internetnya kurang bagus. Hal ini tentu saja menjadi masalah terbesar untuk melakukan pembelajaran secara daring. Belum lagi, masalah jaringan internet yang terganggu karena cuaca.
Walaupun tidak semua kalangan masyarakat setuju dengan pembelajaran daring, namun cara yang paling efektif sekarang ini agar semua peserta didik dan pendidik dapat melakukan proses belajar mengajar adalah dengan melakukan pembelajaran secara daring (dalam jarak jauh). Fakta juga menunjukkan bahwa sebagian siswa lebih berani untuk tampil dan beropini secara virtual.
Selain itu juga, siswa tidak repot lagi untuk berpakaian seragam sekolah karena pembelajaran dilakukan di rumah. Mereka dapat memakai pakaian yang lebih simple dan tidak perlu memakai dasi dan topi sebelum mereka belajar.
Jadi, kesimpulannya adalah segala sesuatu di dunia ini memiliki sisi positif dan negatif. Begitu pun halnya dengan pembelajaran daring. Memang banyak masalah-masalah yang muncul dengan diterapkannya pembelajaran daring, seperti siswa hanya dapat belajar teori tanpa melakukan praktik, komunikasi jarak jauh, dan koneksi internet terbatas, namun kita harus tetap bisa bersyukur dan menikmati itu semua karena kita beruntung masih bisa melakukan proses belajar mengajar seperti biasanya walaupun situasi dan tempatnya berbeda.
Selain itu, pembelajaran daring adalah cara terbaik untuk menghindari kerumunan yang bisa saja menyebabkan kita terkena virus corona. Dengan pembelajaran daring maka secara tidak langsung kita sebagai Warga Negara Indonesia yang baik sudah menaati aturan PSBB yang dikeluarkan oleh pemerintah dan kita pun sudah berusaha bersama untuk memutuskan rantai penyebaran virus corona.
Penulis: Whennie Y. Oeitama, pelajar di SMA Golden Gate School Makassar.