COVID-19 untuk Warga +62
Daerah yang kerap kali disebut tropis mendapat sambutan baru di tahun 2020 yakni Covid-19 atau disebut virus corona. Tak asing lagi di setiap pelosok rumah pasti mengenal virus ini secara baik. Karena telah menjadi trending topic di tingkat nasional yang sangat bersahabat dengan penyebarannya yang signifikan cepat. Berdasarkan data center bahwa penderita corona ini hanya diawali 2 orang yang secara cepat meningkat menjadi ratusan penderita.
Presiden Jokowi dalam sebuah pidatonya di istana berkata “Saya minta kepada seluruh gubernur, kepada seluruh bupati, kepada seluruh walikota untuk terus monitor dan berkonsultasu dengan pakar medsi dalam menelaah setiap situasi yang ada. Jokowi mengawali perintah ini dengan memaparkan perhial kondisi berbagai negara dalam menangani COVID-19.
Ada negara yang melakukan lockdown, ada pula yang tidak. Namun Jokowi mengaskan pemerintah terus berkomunikasi dengan protokol kesehatan WHO serta berkonsultasi dengan para ahli untuk menangani COVID-19. Soal status bencana Jokowi memerintahkan kepala daerah dan BNPB menentukannya.
Dalam kondisi pandemik, kebijakan yang berbeda-beda tidak efektif. Pola Pak Jokowi menyerahkan pada kepala daerah seperti lepas tanggung jawab. Mesti ada satu kebijakan nasional yang diikuti oleh seluruh pihak, termasuk seluruh kepala daerah. Ujar Ketua DPP PKS mardani Ali Sera.
Hal ini sangat tidak efektif dalam menangani wabah penyakit negeri ini. Penyebaran virus corona yang makin meluas juga tak membuat pemerintah membatasi wisatawan China ke Indoensia. Terbukti, pemerintah hanya menutup penerbangan langsung ke Wuhan, ibukota Provinsi Hubei. Lebih aneh, Wakil Menteri parekraf Angela Tanoesoedibjo mengatakan, tahun lalu terdapat sebanyak kurang lebih 1,9 juta wisatawan dari China.
Meski begitu, hingga saat ini pihaknya masih dalam proses perhitungan berapa potensi devisa jika wisatawan dari China berkurang. Padahal di media sosial banyak netizen meminta pemerintah untuk sementara menolak kedatangan warga China ke Indonesia karena khawatir penularan virus corona. Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr. Achmad Yurianto, malah meyakinkan bahwa virus bisa dicegah tanpa harus ada penolakan.
Islam menunjukkan keunggulannya sebagai agama sekaligus ideologi yang lengkap dengan aturannya. Memberikan solusi terhadap setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Islam telah lebih dulu dari masyarakat modern membangun ide karantina untuk mengatasi wabah penyakit menular. Hal ini terjadi pada masa Rasulullah saw. Wabah itu ialah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut Rasulullah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Saat itu Rasulullah memerintahkan untuk tidak dekat atau melihat para penderita kusta tersebut.
Metode karantina ini telah diterapkan sejak zaman Rasulullah untuk mencegah wabah penyakit menular agar tidak menyebar ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul SAW membangun tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah. Rasulullah juga pernah memperingati ummatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka untuk keluar. Beliau bersabda:
“Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknyaa jika wabah itu terjadi di tempat tinggal kalian, janganlah kalian meninggalkan tempat itu (HR. Bukhari).
Dalam Islam memang telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktikkan gaya hidup sehat. Misalnya, diawali dengan makanan. Allah SWT telah berfirman:
“Makanlah oleh kalian rezeki yang halal lagi baik yang telah Allah karuniakan kepada kalian.” (TQS an-Nahl : 114).
Selain memakan makanan halal dan baik, kita juga diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan. Apalagi sampai memakan makanan yang sesungguhnya tak layak dimakan, seperti kelelawar. Allah SWT berfirman:
“Makan dan minumlah kalian, tetapi janganlah berlebih-lebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (TQS al-A’raf: 31).
Islam pun memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar. Untuk itulah Rasulullah SAW pun, misalnya, senang berwudhu, bersiwak, memakai wewangian, menggunting kuku dan membersihkan lingkungannya.
Namun demikian, penguasa pun punya peran sentral untuk menjaga kesehatan warganya. Apalagi saat terjadi wabah penyakit menular. Tentu rakyat butuh perlindungan optimal dari penguasanya. Penguasa tidak boleh abai. Para penguasa Muslim pada masa lalu, seperti Rasulullah SAW dan Khalifah Umar bin al-Khaththab RA, telah mencontohkan bagaimana seharusnya penguasa bertanggung jawab atas segala persoalan yang mendera rakyatnya, di antaranya dalam menghadapi wabah penyakit menular. Dan begitulah contoh kepemimpinan di masa lalu yang seyogyanya menjadi refleksi dengan kondisi yang sekarang terjadi.
Penulis: Rahmi Ekawati, alumni UIN Alauddin Makassar.