Dari Wabah COVID-19 Kita Belajar
Virus Corona memberikan banyak pelajaran bagi manusia. Virus yang diberi nama oleh WHO dengan Covid 19 ini, telah banyak menewaskan manusia diseluruh penjuru muka bumi lebih dari 110 jiwa. Bahkan sampai saat ini telah puluhan ribu yang terinfeksi. Diperkirakan angka ini akan terus bertambah setiap harinya. Pasalnya, sampai saat ini belum dapat ditemukan vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. WHO pun telah menetapkan status darurat. Ini karena virus tersebut telah meluas lebih dari 25 negara.
Hingga (18/4/2020) data real time yang dikumpulkan oleh worldometersinfo menunjukkan angka positif Corona sebanyak 2.252.651 kasus. Dari jumlah tersebut, 154.331 meninggal dunia dan 574.818 pasien talah dinyatakan sembuh. Data tersebut menunjukkan kasus terbanyak saat ini tercatat di AS dan Italia. Kedua negara itu memiliki jumlah kasus lebih banyak dari Cina, negara yang pertama kali mengidentifikasi adanya virus Corona baru di wilayahnya.
Sementara kematian terbanyak terjadi di Amerika disusul Spanyol. Kasus di dua negara ini juga melebihi jumlah kematian yang terjadi di Cina. Sementara jumlah pasien sembuh paling banyak dilaporkan di Cina. Dari 82.719 kasus, 77.029 diantaranya dinyatakan sembuh. Perkembangan masih terus terjadi dan berubah ditiap negara yang terjangkit. Indonesia sendiri berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI hingga (17/4/2020) total kasus COVID-19 mencapai 5.923 kasus. Jumlah pasien yang sembuh sebanyak 607 dan pasien yang meninggal sebanyak 530.
Angka di atas tentu bukan angka yang sedikit dalam perkembangan setiap harinya. Korban semakin bertambah namun belum ada kebijakan tepat untuk mengatasi problema ini. Dalam kondisi pandemik ini, kebijakan yang kini kemudian muncul sangatlah berbeda-beda disetiap daerah dan ini sangatlah tidak efektif. Dimana pola Pak Jokowi yang menyerahkan kepada tiap kepala daerah menangani kasus ini seakan tidak membuat masyarakat jerah dan ingin tinggal di rumah.
Sosial distancing yang selalu diserukan seakan tidak ada artinya bagi warga masyarakat dan masih tetap berkeliaran di luar rumah sehingga tidak memberi efek berkurangnya penularan virus ini. Semestinya ada kebijakan nasional yang diikuti seluruh pihak termasuk seluruh kepala daerah yang ada di Indonesia, agar tiap masyarakat di daerah tersebut tidak begitu ngeyel saat ada aturan yang berlaku.
Ditambah saat ini penyebaran virus Corona tak membuat pemerintah membatasi wisatawan Cina yang ingin masuk ke Indonesia ini ditandai pemerintah hanya menutup penerbangan langsung ke Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei. Padahal di media sosial sudah banyak netizen menolak kedatangan warga asing yang ingin masuk ke Indonesia. Karena jika ini masih dibiarkan maka penyebaran virus ini akan semakin berkembang dengan cepat jika tak ada kebijakan nasional yang dibuat oleh pemerintah.
Cina yang sebelumnya membanggakan diri tidak dapat terkalahkan dengan majunya perkembangan ekonomi yang dimiliki, akhirnya berhadapan dengan virus. Saat perayaan 70 tahun kekuasaan Partai Komunis Cina Presiden ina Xi Jinping sesumbar tidak ada kekuatan yang bisa menggoyahkan Cina.
Jika sebelumnya, Komunis CIna mengisolasi lebih dari 1 juta Muslim Uyghur, di kamp politik Turkistan Timur (Xin Jiang), maka dengan munculnya wabah virus Corona ini kemudian memaksa Cina untuk mengisolasi warganya lebih dari 50 juta penduduknya untuk mencegah menyebarnya wabah lebih luas lagi di Negara tersebut. Dari sini kita melihat bahwa sungguh manusia memang tidak pantas untuk menyombongkan diri. Allah SWT sendiri telah berfirman (yang artinya): Manusia diciptakan dalam keadaan lemah (TQS An-Nisa [4] : 2).
Sehingga pelajaran pertama yang dapat diambil dari virus ini: Manusia begitu lemahnya dihadapan sang penciptanya Allah SWT. Bahkan manusia sering kali merasa hebat akan ilmu yang dimilikinya. Mereka melupakan Allah, bahkan merasa lebih besar dari Allah SWT. Wabah virus Corona ini memberikan kita pembelajaran betapa kemahabesaran Allah yang menciptakan virus itu yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sehingga manusia ditimpa penyakit. Bahkan ilmuan pun sampai saat ini masih mencari vaksin untuk mengatasi perkembangan virus ini ditubuh manusia.
Pelajaran kedua: Setiap pelanggaran yang melanggar syariah Islam akan menghasilkan kemudaratan, kehancuran, dan kerusakan. Penyebaran virus Corona ini tentu tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan-kebiasaan manusia yang sudah melanggar syariah baik itu masalah kebersihan maupun makanan.
Seperti penyebaran virus ini diawali dengan memakan hewan liar seperti kelelawar, ular dan tikus. Virus Corona ini diduga bermutasi pada kelelawar kemudian berlanjut pada ular kemudian manusia. Pasar Huanan di Wuhan Cina banyak menjual hewan-hewan liar sehingga ditutup oleh Pemerintah Cina karena diduga menjadi tempat penyebarluasan virus ini.
Pada zaman Rasulullah untuk mencegah apabila ada wabah penyakit menular agar tidak meyebar ke daerah yang lain maka dipakailah metode karantina. Sebab disinilah Rasulullah melarang ummatnya untuk mendekati suatu daerah apabila daerah tersebut sedang terkena wabah. Sebagaimana sabda beliau: “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kamu memasuki wilayah itu. Sebaliknya jika wabah itu terjadi di tempat kalian, janganlah kalian meninggalkan tempat itu (HR. Bukhari).”
Islam telah mengajarkan kita bagaimana menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Misalnya dengan makanan, Allah SWT telah memerintahkan umat manusia hanya memakan makanan yang halal dan thayyib; tidak memakan makanan yang menjijikkan (khaba’its). Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim menyebut thayyib adalah sesuatu yang baik, tidak membahayakan tubuh dan pikiran.
Imam Syafii menyebutkan thayyib adalah sesuatu yang lezat dan layak untuk dikonsumsi. Allah SWT pun memerintahkan kita memakan rezeki yang baik yang telah Allah berikan dan tidak berlebihan (QS Thaha [20] : 81). Para ulama menjelaskan "tidak berlebihan" artinya tidak memakan yang haram; tidak mendapatkannya melalui cara yang diharamkan Allah SWT seperti menzalimi pihak lain termasuk kewajiban bersyukur atas segalah yang Allah berikan saat ini baik berupa rezeki makanan yang diberikan secara gratis dari Allah kepada kita. Pelanggaran terhadap perkara itu akan mendatangkan murka Allah SWT (QS An-Nur [24] : 63).
Sehingga dengan ini tentu penguasalah yang memiliki peran utama dalam menjaga keselamatan dan kesehatan warganya. Terutama disaat kondisi virus menular seperti sekarang ini. Tentu rakyat membutuhkan perlindungan yang optimal sehingga tidak ada rasa khawatir saat menghadapi musibah wabah seperti ini.
Seperti kisah di zaman kepemimpinan Rasulullah dan Umar bin Khattab dimana beliau mampu memberikan contoh bagaimana bertanggung jawab jika menghadapi wabah virus menular. Tidak ada jalan lain bahwa yang mampu menyelamatkan Indonesia serta negara-negara Muslim di luar sana dari berbagai musibah yang terjadi hari ini tentu dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh) di bawah naungan Khilafah Islam ‘ala minhaj an-nubuwwah.
Masyarakat akan mampu taat pada aturan jika ada yang mengatur mereka. Pemimpinlah yang mampu membuat aturan itu untuk dipatuhi rakyatnya. Sehingga jika anda ingin sesuatu terjadi di muka bumi ini, maka anda harus membuat orang mampu, dan anda harus membuat mereka mau.
Penulis: Siti Herliah, guru honorer.