Thu, 12 Dec 2024
Esai / Kontributor / Jan 03, 2021

Eksistensi Politisi di Tengah Pandemi

Setelah diketahui adanya virus baru bernama COVID-19 yang diduga berasal dari China, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai persiapan menghadapi COVID-19, Seperti yang dikutip dari Kompas.com 3 Maret 2020, “sejak awal, pemerintah benar-benar mempersiapkan, rumah sakit lebih dari 100 dengan ruang isolasi yang baik” ujar Presiden Joko Widodo.

Pergerakan COVID-19 dari ke hari di Indonesia kian bertambah, persebaran yang tidak hanya terjadi di wilayah Pulau Jawa saja tapi justru telah menyebar luas ke berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia. Selain wilayah persebaran yang semakin meluas, juga diikuti dengan jumlah kasus COVID-19 yang meloncat tinggi dalam jangka waktu yang cukup singkat.

Fenomena ini, menjadi sebuah ujian bagi Presiden dan juga kepala daerah, perkembangan jumlah pasien COVID-19 tidak ditunjang dengan fasilitas kesehatan yang memadai, ketika itu berbagai cara dilakukan pemerintah pusat, mulai dari membangun Rumah Sakit khusus COVID-19 di Pulau Galang Batam Kepulauan Riau, hingga menjadikan wisma atlet sebagai rumah sakit darurat COVID-19.

Kepala daerah sebagai pemegang otoritas kekuasaan tertinggi di daerah juga memutuskan berbagai kebijakan strategis, mulai dari mengalih fungsikan berbagai gedung, rumah sakit, hingga bekerjasama dengan pihak perhotelan sebagai langkah memenuhi fasilitas perawatan dan fasilitas penginapan untuk para tenaga medis.

Selain fasilitas tempat yang tidak memadai, alat kesehatan juga sangat terbatas dibeberapa daerah. Dampak COVID-19 yang memasuki berbagai sektor khususnya perekonomian menjadikan masyarakat kehilangan pekerjaan, hal ini juga menjadi perhatian yang sangat mendasar bagi pemerintah.

Masalah ini, menjadi alasan utama berbagai kalangan masyarakat melakukan aksi solidaritas sebagai perwujudan rasa kepedulian sesama manusia. Masyarakat, pengusaha, pekerja seni, artis, hingga para politisi menggalang kegiatan bertajuk peduli sesama di tengah pandemi.

Seorang jurnalis kondang Najwa Shihab berhasil menggalang dana sebanyak 13 milyar rupiah melalui konser musik #dirumahaja bersama musisi Indonesia dan kitabisa.com. Selain itu musisi papan atas sang maestro Alm. Didi Kempot sebelum berpulang juga sempat melakukan konser amal bersama Kompas TV yang berhasil meraih donasi sebanyak 6 milyar rupiah, YouTuber nomor 1 di Indonesia Atta Halilintar juga mendedikasikan penghasilan YouTube nya untuk membantu sesama di tengah pandemi.

Masih banyak lagi orang baik yang tergabung dalam berbagai komunitas dan lembaga sosial kemanusiaan yang ikhlas menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu sesama sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas sebagai bangsa yang bernaung di bawah Pancasila “Persatuan Indonesia”.

Bagi politisi, pandemi adalah momentum untuk menuntaskan janji kampanye pada pesta demokrasi 2019 lalu, pesta demokrasi yang berlangsung hanya sehari saja menyisakan janji yang harus diwujudkan dan dituntaskan dalam jangka waktu lima tahun.

Politisi dengan geliat yang luar biasa menarik simpati masyarakat dengan berbagai kegiatan, mulai dari aksi bagi-bagi masker, hand sanitizer hingga berkunjung dari rumah ke rumah untuk berbagai bantuan sembako kepada masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Hal ini tiada lain hanya untuk menuntuskan janji kampanye sebelum akhirnya duduk di kursi kekuasaan.

Bagi para politisi yang akan berkontestasi pada pemilihan serentak tahun 2020, yang rencanya akan digelar pada Desember mendatang, tentu dapat menjadikan krisis di tengah pandemi sebagai panggung untuk menggait banyak simpati pemilih. Potret ini sudah nampak terjadi mulai dari masker yang bertuliskan nama calon, hand sanitizer berlabel foto dan nama calon, dan berbagai aksi sosial di masyarakat yang dikemas sedemikian rupa untuk menggait suara pemilih.

Bagi politisi petahana tentu harus bekerja keras untuk mempertahankan elektabilitasnya di tengah masyarakat, keberhasilan menghadapi COVID-19 di daerah kepemimpinannya tentu mendapatkan apresiasi dan penilain tersendiri, sehingga dapat menunjang kekuatannya dalam berkontestasi pada Desember mendatang. Namun sebaliknya, jika petahana tidak mampu meminimalisir dampak COVID-19 di daerah kepemimpinannya maka ia harus bekerja keras untuk mempertahankan eksistensinya di masyarakat dalam menghadapi kontestasi pemilihan.

Momentum ini tentu menjadi peluang tersendiri bagi para politisi untuk memperbaik citra diri dan eksistensinya di tengah masyarakat, bagi masyarakat tentu ini menjadi memontum baik untuk menyeleksi dengan seksama calon pemimpin yang peduli kepada dan bekerja untuk kepentingan masyarakat secara umum.

Hingga akhirnya, pandemi benar-benar menguji kepedulian, kebersamaan, dan solidaritas masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang bersatu, serta menguji para calon pemimpin negeri untuk bekerja dari hati demi kepentingan masyarakat umum, dan juga membuka mata masyarakat untuk lebih jeli memperhatikan para politisi yang hanya sekedar mencari kursi dan kekuasaan.

 

Penulis: Sadri Saputra S, Alumni Sekolah Kader Partisipatif Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.