“Wah si dia udah wisuda, padahal sempro-nya bareng aku.” “Wow si A enak banget hidupnya, udah nikah lagi.”
Berikut di atas merupakan contoh dari kalimat yang sering sekali bukan kita dengar di
kehidupan sehari-hari? Tanpa disadari, mudahnya arus informasi yang kita terima melalui media sosial acap bikin kita lebih sering membanding-bandingkan kehidupan yang kita miliki dengan pencapaian yang didapatkan orang lain. Selain insecure yang sering sekali menjadi bahan bahasan isu penyakit mental , akhir-akhir ini dunia kesehatan mental remaja sedang hangat membahas tentang fenomena FoMO atau fear of missing out.
Dalam Oxford English Dictionary, FoMO diartikan sebagai sebuah perasaan khawatir bahwa peristiwa menarik atau mengasyikkan sedang terjadi di tempat lain. Atau bisa diartikan sebagai ketakutan berlebihan yang dialami oleh seseorang ketika ia tidak dapat mengikuti trend yang sedang berjalan. Bahkan, FoMO ini sudah masuk kategori syndrome yang menyerang kesehatan mental seseorang lho.
Nah, fenomena ini sering sekali menyasar kalangan milenial di usia produktifnya. Menurut asisten profesor Texas A&M Health Science Center College of Medicine, Darlene McLaughlin, gangguan FoMO paling banyak terjadi pada generasi milenial (generasi Y). Hal ini disebabkan karena mulai generasi tersebut sudah lebih banyak intensitasnya dalam terpapar media sosial dibandingkan generasi sebelumnya.
Fenomena FoMO ini diperparah dengan tuntutan baik pendidikan atau pun pekerjaan untuk terus menerus menuntut bermain di media sehingga sulit sekali terlepas dari belenggunya. Terus, apa sih dampak yang dirasakan dari para pengidap syndrome FoMO ini di kehidupan? Yuk simak!
Merupakan salah satu penyebab stress
Hal yang pertama yang akan dirasakan sebagai pengidap syndrome FoMO adalah perasaan tertekan atau yang lebih kita kenal dengan kata “stress”. Kok bisa? Ya, seperti yang kita ketahui, seiring dengan kemajuan teknologi yang luar biasa, perubahan trend akan berjalan begitu cepat, setiap harinya atau bahkan dalam hitungan jam pun pasti akan ada trend baru yang muncul di media sosial.
Meski bisa dilakukan, pastinya akan sulit sekali bagi kita untuk benar-benar dapat menyamai perkembangan trend tersebut, karena kita tetaplah manusia yang membutuhkan proses adaptasi. Dengan tingkat kecemasan tinggi akan ketertinggalan, membuat seseorang akan merasa stress apabila pada akhirnya tidak dapat mengikuti trend terbaru. Jadi ada semacam rasa kecewa atau sedih ketika ia tidak bisa mengikuti trend yang sedang berjalan.
Mengurangi produktivitas
Kedua, syndrome FoMO ini jadi bikin kita kurang produktif lho. Kebanyakan dari rasa cemas yang dimiliki oleh seseorang yang mengidap syndrome ini membuat seseorang terpaku pada kehidupan yang dimiliki oleh orang lain. Besar sekali obsesi untuk memiliki kehidupan orang lain. Hal ini membuat seseorang menjadi tidak fokus terhadap dirinya sendiri.
Kebanyakan waktunya dihabiskan untuk mengamati trend yang terbaru dan pencapaian hidup orang lain, sampai lupa membuat perubahan dan progress pada dirinya. Duh, jangan sampai terjadi sama kita ya!
"Menjadi diri sendiri di dunia yang terus-menerus berusaha menjadikanmu sesuatu yang lain, adalah pencapaian terbesar." - Ralph Waldo Emerson.