Jika Memang Mudah, Mengapa Sulit Dilakukan
Lingkungan adalah satu kesatuan yang mencakup keadaan sumber daya alam yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Lingkungan hidup berdasarkan UUPL No. 23 tahun 1997 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan dapat mempengaruhi segala aktivitas kehidupan manusia, mulai lifestyle, behavior, mindset, bahkan kepribadian seseorang. Lingkungan yang sehat akan memberikan dampak positif terhadap civitas akademika yang ada di kampus, termasuk di dalamnya para mahasiswa. Terciptanya lingkungan yang sehat akan memberikan rasa aman dan nyaman dalam melakukan berbagai bentuk kegiatan di kampus baik perkuliahan maupun kegiatan non-akademik lainnya.
Hal tersebut sangat jelas tidak terlepas dari peran berbagai pihak yang berpartisipasi dalam kampus termasuk mahasiswa, hal ini dibenarkan dengan adanya penelitian yang berjudul pengaruh lingkungan terhadap perilaku manusia: studi terhadap perilaku penonton bioskop yang dilakukan oleh Fathul Lubabin Nuqul (2005) yang menunjukkan hasil bahwa lingkungan baik fisik maupun sosial akan mempengaruhi kinerja fisik dan psikis seseorang yang juga akan sangat berpengaruh terhadap perilaku di tempat tersebut, baik perilaku secara individual maupun perilaku secara sosial.
Namun dalam kehidupan sehari-hari di lingkup kampus masih saja ditemukan mahasiswa yang kurang peka dengan lingkungan hidup khususnya lingkup kampus kita sendiri, dalam hal ini banyaknya ditemukan mahasiswa di salah satu kampus yang tidak menjaga lingkungan nya seperti membiarkan sekretariatnya atau lingkungan sekitar sekretariatnya untuk di singgahi sampah-sampah kecil yang akan mengundang sampah sampah lainnya, tidak menutup keran dengan benar padahal dengan menutupnya kita bisa menghemat jutaan liter air, tidak menghemat listrik dengan memadamkan setelah digunakan dan menggunakan seperlunya, juga tidak menjaga fasilitas yang diberikan oleh kampus. Dari sekian banyak mahasiswa di kampus, hanya sekian bahkan sedikit yang masih peduli (semoga lestari makhluk seperti ini).
Dimana kita tahu bahwa kampus merupakan lingkup maupun wadah dalam menuangkan ekspresi, jika lingkungan kurang mendukung atau bahasanya kurang nyaman bagi kita, maka masih ada hal-hal yang yang perlu dipertanyakan pada diri kita yang masih mengagung agungkan dirinya sebagai “mahasiswa” sebagai “agent of change”ataupun sebagai pelopor pergerakan, namun hal-hal kecil saja belum mampu untuk digerakkan.
Perlu kita ketahui bahwa perubahan perubahan besar dimulai dari perubahan perubahan kecil. Mereka mereka selalu mempertanyakan fasilitas-fasilitas yang diberikan kampus namun mereka sendiri tidak mampu menjaganya.
Berdasarkan isu yang diangkat yang dilandasi dengan kecemasan atas ketidakpekaan mahasiswa di kampus terhadap lingkungan yang diangkat penulis yang tadi sudah disinggung oleh penulis dengan data pengamatan penulis selama 5 semester menjadi mahasiswa di UNM, tulisan ini bertujuan untuk menggerakkan hati kecil, maupun nurani dalam diri kita sebagai makhluk yang bergantung terhadap lingkungan hidup khususnya lingkup kampus.
Mereka mendamba-dambakan perubahan dan pergerakan, namun untuk melakukan hal-hal kecil di lingkup kemahasiswaannya masih kurang peka bahkan acuh tak acuh.
Dalam diskursus plato dan aristoteles terkait nilai estetika yang membahas keindahan dari proporsi, keharmonisan dan kesatuan, dalam pembahasannya yang berkesimpulan bahwa nilai estetik bersifat mendasar pada pandangan manusia.
Lingkungan yang sehat sangat penting untuk kehidupan kampus, terciptanya lingkungan yang sehat di dalam sebuah kampus akan memberikan suasana yang nyaman dan proses perkuliahan menjadi lebih optimal bagi para mahasiswa maupun dosen dan proses mengasah soft skill melalui lembaga kemahasiswaan.
Suasana nyaman tidak hanya tentang bagaimana lingkungan yang bersih ataupun sehat tetapi fasilitas yang digunakan dalam proses berkegiatan di kampus baik belajar mengajar maupun berkegiatan di kampus dapat menunjang segala aktifitas juga menjadi faktor penunjang kenyamanan.
Namun mahasiswa kadang masih luput dalam memperhatikan hal-hal tersebut, mereka menuntut sepeser-pun tindak korupsi yang dilakukan pihak-pihak kampus, namun tidak menuntut diri mereka atas tindakan korupsi atas diri yang mereka perbuat. “Sungguh aneh tapi nyata” kata Chrisye dalam lagunya.
Yahh…memang aneh tapi tindakan ini suatu realitas yang sudah terjadi di beberapa kampus kampus yang berada di Indonesia khususnya kampus Universitas Negeri Makassar dan paling spesifiknya Fakultas yang mempelajari terkait hal-hal yang menggerakkan “Jiwa” dan dampak yang dihasilkan dari tindakan jiwa tersebut. Supaya suasana terus nyaman, kesadaran dalam menjaga lingkungan perlu ditingkatkan lagi.
Untuk memupuk kepedulian pada diri masing-masing mahasiswa bukan suatu hal yang mudah, karena hal tersebut cenderung berasal dari kemauan dari dalam diri individu masing-masing. Yang sering ditemui sekarang ini adalah mahasiswa sangat acuh dengan lingkungan disekitarnya, karena mereka berpikir bahwa kebersihan lingkungan kampus sudah menjadi tanggung jawab dari petugas kebersihan yang berada di kampus.
Kebanyakan dari mereka belum mengerti benar akan pentingnya lingkungan kampus yang sehat dan bersih. Padahal mahasiswa sebagai seorang yang berintelektual seharusnya memiliki pikiran yang cerdas akan pentingnya lingkungan yang sehat. Dan mahasiswa seharusnya dapat menjadi panutan untuk masyarakat umumnya dalam menjaga lingkungan sekitar. Setidaknya dapat menjaga apa yang sudah diberikan.
Membuang sampah di tempatnya adalah salah satu dari kesadaran diri dalam menjaga kenyamanan lingkungan, tidak merusak fasilitas yang sudah diberikan, memadamkan listrik setelah menggunakannya, menutup kran setelah digunakan, tidak membiarkan sampah menumpuk di tempat sampah, dan masih banyak perilaku-perilaku kecil lainnya yang sangat berdampak pada kehidupan kita selama di kampus, karena kebersihan dan menjaga fasilitas kampus bukan hanya tugas bagi petugas kebersihan akan tetapi tugas kita juga.
Pada intinya untuk mengubah perilaku tidak pro-terhadap lingkungan kampus maka perlu adanya regulasi, dan regulasi yang dibuat sangat diharapkan agar dapat mengubah perilaku dan pandangan mahasiswa terhadap sekitarnya, karena lingkungandan tubuh adalah satu kesatuan dan merupakan identitas kita dalam konstruksi sosial.
Jika lingkungan kita sehat maka tubuh kita akan sehat pula, begitu pula jika lingkungan kita sakit maka sakit pula diri kita, minimal mental kita yang sakit, karena secara sadar kita membiarkan hal-hal di sekitar kita tidak menjadi konsumsi ideal buat tubuh kita.
Begitupula mahasiswa dengan akal dan rasio-nya yang mengijabkan sisi ke-idealisme yang kerap dominan dengan perubahan, mengkritik penguasa atas kedzalimannya namun mereka tidak mengkritik kezaliman atas apa yang diperbuat di sekitarnya, membuang sampah hal yang mudah tapi kadang di mudah-mudahkan untuk tidak membuang sampah, mematikan air hal yang cukup mudah.
Namun menggerakkan kaki untuk memikirkan nasib generasi kita selanjutnya sesulit menyediakan air untuk kebutuhan satu kampung, mematikan listrik setelah menggunakannya mungkin cukup mudah, namun menyediakan cadangan sumber daya bahan bakar fosil untuk kelanjutan kehidupan selanjutnya sangatlah sulit menurut saya.
Singkatnya bahwa setiap perilaku perilaku kecil di lingkup sekitar kampus perlu diperhatikan karena hal itu akan memberikan dampak dampak yang meluas jika tidak kita sadari sedari dini. Kita tidak perlu membersihkan seisi kampus cukup buang sampahmu dan tempatkan ia sesuai dengan tempatnya, hal seperti itu sangat sederhana namun kamu sudah melakukan perubahan kecil terhadap lingkunganmu yang nantinya akan berdampak pada diri kita sendiri.
Pendekatan ekosistem harus paralel dengan pendekatan humanis. Bahwa jika menginginkan kenyamanan maka buatlah lingkungan nyaman dengan dirimu, jika kamu membutuhkan lingkungan maka buatlah dirimu membutuhkan lingkungan. Jadikanlah lingkungan sekitar terkhusus kampus menjadi konsumsi yang ideal terhadap tubuh, akal, dan rasio dalam dirimu.
Pendekatan humanis juga akan mendorong civitas akademika dalam kebijakan penanganan pengaruh negatif terhadap lingkungan kampus, seperti mengajak teman teman sekitar atau teman terdekat untuk ikut merasakan apa yang dirasakan lingkungan, maksudnya kita sebagai orang yang sadar akan lingkungan sekitar kampus dapat memulai dengan diri terlebih dahulu menunjukkan dengan tindakan dan mulai mengajak dan memperingatkan pentingnya lingkungan terhadap proses kehidupan khususnya di lingkup kampus.
Memulai dengan hal kecil seperti peduli lingkungan kampus merupakan miniatur perubahan kepedulian terhadap negeri ini. Karena melestarikan lingkungan adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi. Salam Lestari!!!
Penulis: Muh. Nur Haq I.S.Mannessa, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar.