Mahasiswa dan Keresahan Dari Rumah
Kaum intelektual yang kini sedang berada di kediaman masing-masing, baru saja memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2020. Tentu saja ini merupakan suatu hal perayaan hari pendidikan yang baru. Tidak ada lagi upacara peringatan hari pendidikan yang di adakan oleh semua institusi pada sektor pendidikan. Tidak ada lagi aksi turun ke jalan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk meneriakkan hal-hal yang masih tumpang tindih dalam sektor pendidikan baik regional maupun nasional.
Bagi saya pribadi, untuk pertama kalinya sejak berstatus mahasiswa, pada momen peringatan Hardiknas tahun ini tidak melakukan aksi turun ke jalan dan hanya bisa memperingatinya melalui media sosial dengan penyebaran pamflet dan membuat video ucapan Hardiknas dengan teman-teman satu jurusan. Tentu saja kita semua tau apa penyebabnya, semua itu karena pandemi covid 19 yang penyebarannya sangat cepat tapi tidak terlihat membuat kita harus berada di rumah.
Merujuk pada surat edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan COVID-19 pada satuan pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 yang mengharuskan mahasiswa melakukan kegiatan pembelajaran online dirumah. Awal dikeluarkannya kebijakan ini oleh pemerintah membuat semua pelajar dari semua jenjang tentu saja menyambutya dengan sangat meriah.
Terutama untuk mahasiswa yang sedang dalam perantauan, kini bisa kembali ke kampung halaman bertemu dengan keluarga setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya berada di daerah tempat mereka mengenyam bangku kuliah. Meski banyak diantara kawan-kawan kita juga yang tidak sempat kembali karena terjebak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di daerah yang termasuk zona merah.
Sudah masuk kurang lebih 3 bulan lamanya Indonesia menjadi negara yang ikut terjangkit covid 19. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan institusi pendidikan tentang perpanjangan penyelenggaraan pembelajaran dari rumah dengan model e-learning terus dikeluarkan sebagai kebijakan yang harus diambil.
Lambat laun mahasiswa kini sudah banyak yang merasakan kebosanan karena setiap hari-harinya kini berada di rumah. Banyak story whatsapp maupun instastory yang sering lewat ketika kita membuka media sosial tersebut yang menyuarakan ini. “gabut ahh”, sampai-sampai banyak yang bernostalgia dengan mengunggah kembali foto-foto momen kebersamaan mereka dengan teman-temannya ketika berada di kampus.
Pertanyaannya, apa saja kini yang dilakukan oleh mahasiswa yang selama ini menjadi aktivis dalam lembaga kemahasiswaan. Bagaimana kehidupan mereka kini, masihkah mereka sibuk mengurus program kerja organisasisnya, masihkah aktivis mahasiswa ini memikirkan kepentingan rakyat sebut saja tentang pembahasan undang-undang cipta lapangan kerja yang justru di beberapa pasal malah bisa mencekik kaum buruh dan menguntungkan investor.
Akankah mahasiswa aktivis ikut merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat yang terdampak pandemi covid 19 dan merasa bergerak hati untuk ikut membantu masyarakat meringankan beban mereka? Apakah mereka ikut resah dengan kondisi saat ini? Jawabannya apa kira-kira!
Saya ingin kita kembali kepada tugas dan fungsi mahasiswa, dalam latihan kepemimpinan mahasiswa materi ini merupakan materi pengantar wajib yang harus didapatkan oleh mahasiswa baru ketika masih semester awal. Poin penting seperti agent of change, social of control, dan moral force rasanya sudah sangat tidak asing bagi semua kaula muda yang kini berstatus mahasiswa.
Untuk melakukan 3 poin diatas, bukanlah suatu keharusan kita bisa mewujudkannya dalam hal-hal yag besar seperti meruntuhkan kepemimpinan yang otoriter sebagaimana para aktivis pendahulu kita di tahun 1998. Kejadian itu memang luar biasa dan itu merupakan salah satu tugas dan fungsi mahasiswa pada jaman mereka.
Kini ditengah pandemi COVID-19 apa yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa? Apakah yang bisa dilakukan hanya membuat instastroy kita bosan di rumah? Menurut saya tidak. Banyak hal yang bisa kita lakukan, dengan gadget yang setiap hari sangat dekat dengan kita, pesan-pesan positif bisa kita sampaikan melalui media itu. Ikut menyebarkan berita, atau informasi yang bermanfaat dan jelas sumbernya juga bisa ikut membantu.
Saya katakan implementasi tugas dan fungsi mahasiswa sebenarnya tidak rumit. Kita harus menyesuaikannya dengan perkemangan zaman dan kondisi global saat ini. Dengan ikut menyebarkan informasi yang bermanfaat kita sudah ikut membantu orang lain mendapatkan informasi itu juga. Itu hal-hal umum yang bisa dilakukan oleh mahasiswa manapun.
Bagi mahasiswa yang jago dalam hal editing gambar dalam bentuk poster atau pamflet juga bisa ikut berkontribusi kepada masyarakat dengan membuat desain cara mencuci tangan yang benar atau pesan untuk tetap tinggal dirumah atau juga informasi tentang bahaya COVID-19 yang justru bagi masyarakat yang belum mengetahui bisa mengetahuinya.
Bagi mahasiswa yang bisa editing video dapat mengajak teman mahasiswa lainnya untuk bersama-sama membuat video edukasi tentang COVID-19 lalu menyebarkannya ke media sosial agar masyarakat luas dapat melihatnya hingga mereka menjadi teredukasi karena adanya karya tersebut. Untuk sebagian mahasiswa yang sangat disayang oleh orang tuanya dan dilarang untuk beraktifitas diluar rumah juga dapat melakukan kontribusi positifnya dengan melakukan hal-hal yang saya sampaikan tadi.
Tambahan plusnya adalah ikut berdonasi kepada lembaga negeri maupun swasta atau perorangan yang membuka open donasi untuk nantinya mereka salurkan kepada yang membutuhkan.
Gerakan relawan juga kini banyak dibuka dan ini bisa jadi jalan bagi para mahasiswa yang bosan dirumah karena tidak ada kegiatan setelah kuliah online untuk ikut berkontribusi secara langsung kepada masyarakat. Pemerintah maupun perorangan banyak yang membuka open recruitment untuk menerima para tenaga sukarela yang ingin berkorban waktu, tenaga.
Bahkan materinya agar kesehatan masyarakat dapat terjaga dan masyarakat yang merasakan dampaknya dapat di minimalisir dengan memberikan bantuan, membuka open donasi lalu menyalurkannya ke masyarakat yang membutuhkan. Contohnya para pekerja harian seperti tukang ojek online, tukang bentor, tukang becak, supir angkot, dan lain-lainnya.
Untuk para aktivis lembaga kemahasiswaan, saat ini saya sangat percaya bahwa disamping melakukan program kerja organisasi yang bisa dilakukan secara online seperti kajian dan diskusi. Mereka juga turut andil dalam melakukan berbagai aktivitas yang dapat membantu masyrakat di tengah pandemi COVID-19 ini dengan menyalurkan bantuan-bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kiranya itulah keresahan-keresahan dari rumah yang saya rasakan selaku mahasiswa dan berharap selaku mahasiswa kita dapat melakukan kontribusi yang real kepada masyarakat ditengah pandemi covid 19 dengan mengenyampingkan eksistensi pribadi dan bisa memulainya dari hal yang kecil serta mahasiswa yang tidak hanya resah tetapi juga ikut andil dalam perang melawan COVID-19.
Penulis: Jabal Nur, mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Makassar, aktif di Gerakan Peduli Dampak COVID-19 Kabupaten Bantaeng.