Thu, 19 Sep 2024
Esai / Kontributor / Apr 07, 2021

Masjid 99 Kubah, Nasibmu Kini

Gubernur Sulawesi selatan beberapa waktu mengklaim, Makassar sebagai poros tengah Indonesia. Atas dasar itu pula sebuah delta di pantai losari dinamai Center Point of Indonesia atau biasa di kenal dengan sebutan CPI. Kota Makassarku kini sangat disorot karena hadirnya CPI, maka tak heran tempat itu setiap harinya ramai dikunjungi masyarakat, baik lokal maupun dari luar kota Makassar.

Pembangunan pada hakikatnya merupakan usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih baik lagi, sejahtera, tentram serta lebih menjamin kelangsungan hidup dimasa depan. Dengan tercapainya harapan tersebut memungkinkan terwujudnya kata “adil” dan “makmur”. Proses atau usaha pembangunan memililiki arti humanisasi atau memanusiakan manusia (Sanit,1987) di dalam pembangunan pula ada upaya-upaya untuk meningkatkan sesuatu yang sudah ada.

Beberapa waktu yang lalu tanpa kurencanakan ku kunjungi pantai losari namun disana kulihat telah dilakukan proses pembangunan yang begitu megah. Tempat yang sangat di agung-agungkan tempat yang menjadi banyak aktifitas yang dilakukan dan sontak menjadi ikon kota Makassar ini. Namun kecanggihan dan kemegahan bangunan kebanggaan itu justru membangun kekecewaan dalam diri saya.

Tempat itu megah banyak disukai orang-orang. Namun saya lebih memperhatikan masjid yang dibangun ditengah-tengah lautan itu tentu dalam usaha- usaha memberikan wajah estetik dan eksotis pada masjid sebagai ruang perjumpaan spritual antar hamba dan tuhannya.

Nyatanya mesjid yang lebih dulu hadir namun tak kunjung diselesaikan sampai sekarang. Masjid yang dulunya banyak dikunjungi hanya untuk merespon rasa penasaran setiap pengagumnya tentunya ditambah dengan keindahan senja di sore hari.

Ironinya Masjid 99 Kubah itu masih saja merintih, ia kesakitan atapnya yang bocor mengakibatkan plafon di masjid itu menjadi rusak. Cacat beton dan masih saja tidak digunakan sesuai fungsinya. Kini citra sebagai masjid perlahan-lahan hilang kataku dalam memandang masjid itu, sambil membuang nafas yang panjang.

Apakah mesjid ini hanya menjadi topeng dari segala bangunan megah dan menjadi peredam dari segala kesakitan yang hadir dibalik bangunan itu?

Padahal dalam proses pembangunan tempat itu, telah banyak masyarakat yang dikorbankan. Mulai dari banyak nelayan hilang pekerjaannya hingga penduduk setempat yang hilang tempat tinggal dan kebudayaannya, Air tak jernih lagi, kebusukan air iru dirasakan oleh pengunjung, seakan kebusukan yang air itu mengisyaratkan kebusukan niat yg buruk dari penguasa (elit dan investor) yang telah banyak merampas kenyamanan dan ketentraman segenap manusia yang hidup disana.

Pada hari itu saya hanya bisa berteriak dalam hati, hanya mampu meminta maaf atas segala kesenangan-kesenangan sebagian orang diatas rintihan derita yang di rasakan oleh banyak orang.

Masjid merupakan sebuah bangunan yang menjadi kebanggaan dan ruang perjuampaan spiritual umat islam. Namun penyelesaian pembangunan Masjid 99 Kubah sampai saat ini belum dipastikan kelanjutannya (kompasTV).

Ketika melihat bangunan yang lain atau tempat tongkrongan yang lain yang sudah bisa di gunakan dan sudah berhasil dilirik orang-orang sehingga PANTAI LOSARI sebagai ikon kota Makassar yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan sejarah kota Makassar tidak lagi dilirik dan menjadi tujuan utama para wisatawan dan masyarakat lokal.

Kini pantai losari dengan khas pisang epenya yang berjejer membungkus keindahan itu perlahan-lahan hilang dan tenggelam dalam kemajuan zaman. Ditelan oleh aktivitas pembangungan yang telah mengorbarkan hak-hak masyarakat pesisir dan sampai sekarang pembangunan Masjid 99 Kubah tidak jelas kapan selesainya.

 

Penulis: Nur Widya Akhsari T, mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Makassar.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.