Thu, 12 Dec 2024
Esai / Makmur / Nov 16, 2021

Memaknai Peristiwa, Memaknai Kehidupan

Tulisan ini memuat unsur filosofis yang menuntut pembaca untuk membuka cakrawala berfikir dan tulisan ini siap untuk di debat secara kritis. Sila dibaca.

Beberapa waktu yang lalu publik dihebohkan dengan berita meninggalnya artis Vanessa Angel bersama suaminya akibat kecelakaan mobil. Kecelakaan itu terjadi di tol Jonggol KM 673.

Kecelakaan itu lantas menghebohkan, bukan hanya karEna yang mengalaminya adalah seorang publik figur , tetapi juga karena unggahan terakhir Vanessa Angel di insta storynya. Dalam insta storynya itu, Vanessa Angel menulis: "Ada yang bisa tebak aku mau kemana".

Instastory ini kemudian dimaknai dan dikaitkan dengan berbagai makna oleh banyak orang tentang kecelakaan yang menimpa Vanessa Angel.

Banyak yang beranggapan (tafsiran pada umumnya) bahwa ini adalah kode terakhir dari Vanessa Angel sebelum meninggal. Ada juga yang mengatakan bahwa ini adalah firasat maut yang menghampiri setiap orang yang mendekati ajalnya.

Namun segala tafsiran tersebut tetap saja sebatas tafsiran. Sebab segala sesuatu dalam hidup ini memang berlangsung sangat acak dan misterius. Dan kita, manusia, selalu butuh penjelasan, selalu punya berkehendak untuk menafsirnya.

Kebutuhan akan penjelasan ini diuraikan panjang lebar oleh Nietzsche dalam filsafatnya dengan istilah "kehendak untuk berkuasa". Menurut Nietzsche, manusia itu selalu butuh "pegangan" untuk hidup; butuh sebuah penjelasan, butuh konsep seperti tuhan, agama, cinta dan sebagainya untuk merengkuh realitas seutuhnya.

Kebutuhan akan penjelasan inilah yang kemudian membuat manusia menciptakan agama, tuhan, negara, cinta, dan sebagainya.

Namun, kata Nietzsche, manusia lalu menjadi lupa bahwa dialah yang menciptakan "pegangan" atau segala "konsep" tersebut. Manusia justru jadi budak dari "konsep" itu, menjadi sesuatu yang pasif terhadapnya.

Inilah yang menurut Nietzsche kekeliruan utama manusia. Dia memberhalakan ciptaan nya sendiri. Dia menyembah sesuatu yang sebetulnya ada dalam kendalinya. Olehnya itu Nietzsche ingin menyadarkan dan membebaskan manusia dengan menyerukan bahwa: "Tuhan telah Mati!"

Kita harus membunuh tuhan-tuhan yang kita ciptakan sendiri, tuhan-tuhan yang memperbudak kita, tuhan-tuhan yang melemahkan kualitas kemanusiaan kita. Kita harus mencipta hidup kita sendiri, kita harus jadi "Ubermens" atau "Manusia Super".

Kemudian balik lagi soal kematian Vanessa Angel. Bagaimanakah kita sebaiknya memaknai kematiannya dengan segala tanda-tanda yang ia berikan sebelum mati? jawabannya tidak ada, dalam kerangka pemikiran nihilisme Nietzsche.

Karena kematian adalah konsekuensi dari kehidupan. Soal kapan dan dimana itu terjadi, itu adalah misteri, yang tak satupun dari kita bisa menebaknya atau menjelaskannya dengan tepat.

Segala tanda-tanda yang ada itu hanyalah kebetulan semata dari proses acak kehidupan. Dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan kematian seseorang.

Buktinya, masih banyak kok orang yang buat instastory dalam perjalanan atau dalam aktivitas apapun, yang sama seperti kata-kata Vanessa Angel dan dia tidak mati. Atau kalaupun Vanessa Angel menuliskan hal lain semisal "Berlibur bareng suami", mungkin publik tetap akan menghubung-hubungannya dengan kematiannya.

Pokoknya manusia akan selalu mencari makna, akan selalu menjelaskan semua peristiwa dengan menghubung-hubungannya satu sama lain agar sesuai itu tampak bermakna dan sesuai dengan keinginannya.

Dalam ilmu neuroscience pun telah terbukti hal demikian. Bahwa emosi manusia cenderung membajak rasionalitasnya. Atau bisa dikatakan segala rasionalisasi makna yang kita ungkapkan adalah manifestasi dari keyakinan dan keinginan kita.

Manusia, kata Nietzsche, akan selalu mencari "pegangan", mencari makna. jika demikian, pertanyaannya, apakah manusia tidak bisa hidup tanpa makna? Tidak mungkinkah kita hidup hanya sebagai pengamat saja, yang tak mempunya nilai pada apa yang terjadi? mungkinkah?

 
Penulis: Makmur, mahasiswa Sosilogi Universitas Negeri Makassar.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.