Menanam Untuk Kesehatan Mental
Potret kondisi lingkungan hari ini seperti sampah, polusi, dan urbanisasi yang tidak dapat dielakkan jika tidak dapat diatasi dengan baik maka akan berpengaruh buruk terhadap kondisi perkotaan. Akses terhadap lingkungan yang bersih seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi berkurang sehingga rasa keterhubungan terhadap alam akan menurun serta berdampak pada berbagai hal. Iskandar dalam bukunya Psikologi Lingkungan tahun 2013 menjelaskan bahwa kondisi permasalahan kota yang kian meningkat lantas dapat berdampak pada kesehatan mental.
Masalah Kesehatan Mental
World Health Organization (WHO) dalam laporannya tahun 2017 mengungkap bahwa terdapat 450 juta orang yang memiliki kondisi mental yang tidak sehat. Depresi dan kecemasan menjadi dua faktor pendorong utama kondisi ini.
Indonesia sendiri melalui Kementerian Kesehatan RI Laporan Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa prevalensi penduduk yang mengalami depresi diatas umur 15 tahun sebesar 6,1 %. Laporan yang dirilis tahun 2018 itu juga menunjukkan bahwa prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional sebesar 9,8 %.
Akibat kondisi kesehatan mental dapat berdampak besar pada berbagai bidang kehidupan. WHO dalam laman resminya menjelaskan bahwa kesehatan mental dapat berdampak pada pekerjaan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan untuk berpartisipasi terhadap masyarakat. Artikel yang dirilis tahun 2021 itu lebih lanjut menjelaskan bahwa depresi dan kecemasan dapat merugikan ekonomi global sebesar 1 triliun dollar setiap tahunnya.
Akibat lain yang ditimbulkan dari kesehatan mental yang buruk seperti kecemasan dalam jangka panjang dapat berpengaruh buruk pada kondisi individu. Samsara dalam bukunya Mengenal Kesehatan Jiwa tahun 2020 menjelaskan bahwa susah tidur, daya tahan tubuh menurun, sehingga rentan terhadap penyakit, perubahan dalam hasrat seksual, dan sulit untuk fokus adalah bagian dari dampak yang ditimbulkan kesehatan mental yang buruk.
Setiap tanggal 5 Juni diperingati sebagai hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tahun ini perayaan tersebut mengambil tema Restorasi Ekosistem yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kita agar dapat mengambil tindakan nyata demi lingkungan, menanam pohon salah satunya.
Menanam Pohon
Menanam pohon terbukti dapat mengurangi gejala stres dan depresi. Penelitian dari Lee bersama koleganya berjudul Effect of Forest Therapy on Depressive Symptoms Among Adults tahun 2017 menunjukkan bahwa jalan diantara hutan atau pepohonan (terapi hutan) dapat menurunkan tingkat depresi pada orang dewasa. Maka dari itu pohon atau tanaman hijau dalam jumlah yang maksimal harus ditanam sehingga dapat meningkatkan rasa keterhubungan dengan alam sembari membantu meningkatkan kesehatan mental.
Penelitian lain dari Berg dan Gusters (2011) menunjukkan bahwa dengan menanam dapat membantu menurunkan tingkat stres. Lebih lanjut penelitian yang berjudul Gardening Promotes Neuroendocrine and Affective Restoration From Stress menjelaskan bahwa kegiatan membaca turut dapat menurunkan tingkat stres namun menanam lebih signifikan terhadap penurunan tingkat stres.
Menanam pohon selain dapat meningkatkan kesehatan mental juga turut dapat membantu menyelesaikan permasalahan lingkungan. Bertepatan dengan euforia Hari Lingkungan Hidup Sedunia penulis mengajak kita semua untuk menanam pohon sebanyak mungkin, bahkan di pekarangan rumah sekalipun. Khususnya pemerintah yang memiliki tanggung jawab dan sumber daya untuk melakukan Restorasi Ekosistem sehingga dapat memberikan fasilitas yang memadai kepada masyarakat dan rasa keterhubungan dengan alam.
Penulis: Muh. Anshary Arma Arsyad, berkecamata tebal, penyuka sejarah, dan pencemas akan masa depan. Bercita-cita menjadi kaya raya, Saat ini sedang berkuliah di Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar. Kesibukan sehari-hari adalah berjuang melawan kemalasan, @ansharyarsyad adalah akun pelariannya, silakan menghubungi untuk lebih lanjut, siapa tau jodoh!