Penggunaan Jilbab Syar'i dan Tantangannya Dalam Kehidupan Sosial
Seiring berjalannya waktu, perkembangan fashion dikalangan kaum perempuan menjadi salah satu pembahasan menarik yang selalu diperbincangkan baik di sosial media maupun di lingkungan masyarakat. Fashion bagi perempuan muslim, tentu erat kaitannya dengan jilbab, mengingat jilbab saat sekarang ini menjadi hal yang sangat digandrungi oleh perempuan muslim.
Sebagaimana yang diketahui bahwa menggunakan jilbab merupakan kewajiban bagi setiap perempuan muslim. Jilbab digunakan sebagai simbol keshalehan seorang perempuan, meskipun tidak semua yang menggunakan jilbab syar’i bisa dikatakan sholehah, namun memakai jilbab syar’i dijadikan sebagai salah satu ciri perempuan sholehah dalam Islam.
Jika kita menilik sejarah penggunaan jilbab syar’i di Indonesia maka akan diketahui bahwa penggunaan jilbab syar’i mulai marak digunakan sekitaran 2-3 tahun yang lalu. Hal ini tentunya tidak lepas dari strategi penjualan di pasaran. Banyaknya penjual jilbab syar’i di pasar, mall dan pusat-pusat penjualan lainnya menjadi bukti meningkatnya peminat jilbab syar’i saat sekarang ini.
Namun, seiring berjalannya waktu penggunaan jilbab syar’i seolah hanya dijadikan sebagai penunjang fashion dan mengesampingkan fungsi daripada jilbab itu sendiri. Padahal dalam agama jilbab berfungsi sebagai pelindung bagi perempuan, sebagaimana dalam QS. Al-Ahzab ayat 59.
Merasa gerah, panas, rempong saat beraktifitas menjadi hal lumrah yang selalu dirasakan perempuan yang kesehariannya menggunaan jilbab syar’i. Tidak sampai disitu saja, perempuan yang memakai jilbab syar’i juga selalu diidentikkan sebagai orang yang faham tentang ilmu agama, kemungkinan untuk melakukan perbuatan dosa/kesalahan lebih kecil dibandingkan perempuan yang tidak berjilbab, sehingga setiap perkataan dan perbuatannya harus mencerminkan sifat yang baik sebagaimana atribute keagamaan yang digunakannya.
Sterotype seperti inilah yang menjadi PR besar bagi perempuan pengguna jilba syar’i, karena pada kenyataannya tidak semua perempuan yang menggunakan jilbab syar’i memiliki pehaman yang dalam akan ilmu agama. Jilbab syar’i bukan pula menjadi tolak ukur sifat seseorang dan yang paling penting bahwa tidak semua orang yang memakai jilbab syar’i memiliki niat yang sama akan penggunaan jilbab tersebut, sehingga untuk ukuran penilaian pun seseorang tidak berhak menyamaratakannya hanya karena melihat dari penampilan.
Namun memang diharapkan bahwa digunakannya jilbab syar’i bisa menjadi alasan untuk kita lebih mengontrol sikap dan perbuatan, mengingat adanya atribut keagamaan yang melekat pada diri.
Dalam beberapa kasus, seringkali kita menemukan perempuan disatu tempat ia menggunakan jilbab syar’i namun ditempat lain ia menggunakan pakaian yang ketat bahkan kerap kali membuka jilbabnya dan menggunakan pakaian yang terkesan seksi (di luar rumah).
Belum lagi ketika ada yang menggunakan jilbab syar’i akan tetapi ia hanya menggunakan baju u can see di dalamnya dengan alasan bahwa lengannya tidak terlihat karena telah tetutupi oleh jilbab yang panjang. Secara tidak langsung hal ini tentu akan merusak citra baik tentang pengguna jilbab syar’i, sehingga terkadang orang-orang memberikan label yang buruk terhadap pengguna jilbab syar’i secara keseluruhan.
Untuk sebahagian perempuan, menggunakan jilbab syar’i dimaknai sebagai sebuah kesederahnaan dalam berpakaian, pelindung dari mata lelaki dan jalan untuk lebih dekat dengan sang pencipta, namun sebahagian perempuan lainnya menjadikan pengguanaan jilbab syar’i sebagai sebuah trend ataupun gaya hidup dan sebagai identitas diri ditengah-tengah masyarakat.
Oleh karena adanya perbedaan alasan tersebut, masih pantaskah kita memberikan pelabelan yang negative kepada seluruh perempuan yang menggunakan jilbab syar’i?
Penulis: Nurleli, mahasiswa Studi Agama Agama UIN Alauddin Makassar.