Puisi: Media Dakwah Penuh Cinta
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang menyuguhkan keindahan bahasa melalui diksi dan sajak serta majas yang membuat siapa saja yang membaca akan terpikat untuk kembali membacanya. Pemilihan kata yang indah pada puisi, membuat puisi menjadi karya apik yang tak hanya digemari oleh kaum muda, melainkan mampu digemari oleh semua kalangan.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penyair-penyair legendaris Indonesia seperti WS Rendra, Chairil Anwar, Iwan Simatupang, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, Acep Zamzam Noor, Mustofa Bisri (Gus Mus) dan masih banyak lagi tentunya.
Penyair muda yang memiliki karya yang luar biasa indah juga tak kalah banyak tentunya, Usman Arrumy salah satunya, yang juga merukapan seorang mahasiswa Universitas Al-Azhar yang telah menerbitkan buku kumpulan puisinya yang berjudul Mantra Asmara, kumpulan puisi (2014, Hasfa) dan Kasmaran (2017, Diva Press) dan kini buku terbarunya berjudul Anjangsana dan Asmaraloka juga sesegera mungkin dapat dibaca oleh para pecinta karya Usman Arrumy.
Puisi karya Usman Arrumy banyak mengangkat tentang tema cinta. Kesungguhan dalam mencintai kekasih. Tapi jika dicermati lebih dalam menggunakan penghayatan, puisi Usman lebih terkesan cinta antara hamba kepada Tuhan. Puisi semacam ini juga secara tidak langsung memberikan dakwah tentang mahabbah kepada Tuhan.
Berikut adalah salah satu puisi Usman yang saya kutip secara utuh yang berjudul “Ada Banyak Cara” dalam buku berjudul Kasmaran yang akan akan menjadi pembahasan kita dalam tulisan ini.
Ada banyak cara untuk mengenal Tuhan
Salah satunya dengan menyaksikan matamu
Ada banyak cara untuk menjumpai Tuhan
Salah satunya dengan menghayati senyummu
Ada banyak cara untuk mendengar Tuhan
Salah satunya dengan menyimak suaramu
Ada banyak cara untuk merasakan Tuhan
Salah satunya dengan merindukanmu
Ada banyak cara untuk hidup di dalam Tuhan
Salah satunya dengan penuh mencintaimu
Puisi yang indah dan syarat akan makna. Puisi yang perlu dibaca berulangkali dan perenungan untuk menemukan maknanya. Bahwa seperti yang tertulis di dalam puisi “ada banyak cara” yang diulang-ulang di setiap awal bait memberi penekanan kepada “cara”. Dengan membaca puisi ini, secara tidak langsung akan merasuk ke dalam diri kita pesan-pesan cinta untuk mencintai Tuhan dengan perantara “mu” yang tak dituliskan dengan huruf besar yang berarti itu bukan Tuhan.
Puisi dengan bahasa yang indah namun memiliki makna yang dalam ini bisa dibilinag sebagai bentuk dakwah dengan penuh cinta. Dakwah dengan tanpa terkesan menggurui. Seseorang akan membaca puisi dengan penuh kekaguman karena pemilihan kata yang tepat dan makna yang dalam, namun juga secara tanpa disadari pembaca akan berpikir tentang mencintai Tuhan.
Bahwa mencintai Tuhan juga bisa dilakukan dengan cara mencintai makhluk-Nya, dengan penuh mencintai “mu” dan mejadikan Tuhan sebagai alasan dalam mencintai.
Pendakwah, penulis yang juga penyair yang dalam puisi-puisinya terselip dakwah adalah Emha Ainun Najib atau yang kerap disapa dengan Cak Nun. Puisi-puisi Cak Nun mengandung makna yang begitu dalam. Salah satu buku puisi Cak Nun adalah buku yang berjudul 99 untuk Tuhanku (2015, Bentang).
Buku yang berisi kumpulan puisi yang terkait dengan kecintaan kepada Tuhan ini, layak disebut sebagai bentuk dakwah yang penuh dengan cinta. Dakwah yang mendamaikan hati. Berikut salah satu puisinya.
Tuhanku
kapan aku bisa tenggelam
penuh dalam sinar-Mun hingga
segala soal-soal dan wajah dunia, tak menyebabkan
apa-apa, dan tak ada lain kecuali aku
sendirilah, yang menggerakkan
segala laku
atas nama-Mu
Puisi di atas menyampaikan pesan cinta kepada Tuhan dan juga menyelipkan pesan-pesan untuk zuhud. Zuhud sering dipahami sebagai meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi. Tapi meninggalkan hal duniawi bukan berarti harus menjadi orang miskin yang tak punya apa-apa yang hanya fokus pada beribadah.
Menjadi orang kaya juga bisa dikatakan zuhud jika berlimpahnya harta tak membuat hati terpaut karena berkeyakinan bahwa segala hal adalah karena, oleh, dan untuk Tuhan.
Dari puisi karya Cak Nun di atas mampu kita petik pesan-pesan cinta kepada Tuhan dan kezuhudan yang amat baik untuk diamalkan seorang muslim. Itu artinya dakwah dari Cak Nun telah sampai kepada kita pembaca. Yang tentunya dakwah model seperti ini mampu membuat kita tervirusi dengan kecintaan kepada Tuhan dan kezuhudan akan dunia.
Usman Arrumy dan Cak Nun adalah salah dua dari banyak penyair Indonesia yang mampu menyampaikan dakwah cinta dalam puisi-puisinya. Saya rasa dakwah perlu juga disampaikan dalam bentuk puisi seperti ini. Karena dakwah melalui puisi adalah dakwah yang indah, damai, mengalir, mudah diterima dan penuh cinta.
Saya rasa kita butuh banyak penyair dengan pesan-pesan cinta kepada Tuhan seperti ini agar dakwah keislaman memiliki lebih banyak warna dan tidak terbatas kepada ceramah dan diskusi keagamaan melainkan dengan karya sastra salah satunya dengan puisi.
Penulis: Atiq Ni’matus Sa’adah, mahasiswi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri dengan program studi Psikologi Islam. Suka menulis puisi dan juga mengunggahnya di blogspot. Kalian bisa membaca puisi-puisinya di https://atiqmamay.blogspot.com/.