Thu, 12 Dec 2024
Esai / Kontributor / Jan 03, 2021

Rupiah Tak Berdaya di Tengah Corona

Mencermati kondisi akhir–akhir ini seakan menjadi kabar buruk bagi masyarakat sebagaimana yang diketahui Indonesia berada dalam kondisi yang terpuruk saat ini sejak berita dua warga Indonesia positif terinfeksi virus corona mencuat ke publik. Sejumlah permasalahan terus bermunculan melihat perkembangan hari ini nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah–tengah maraknya virus corona di Indonesia.

Mengutip data Morning Star pada Kamis, 26 Maret 2020 nilai tukar rupiah hari ini pukul 07.54 WIB bergerak tertekan di Rp 16.078,50 terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan pada 23 Maret 2020, PT Bank Negara Indonesia menetapkan kurs jual dolar AS sebesar Rp 17.204 pada pukul 10.50 WIB..

Hal ini kembali mengingatkan memori sejarah suram Indonesia lantaran nilai rupiah saat ini nyaris menyamai level terendahnya sejak krisis moneter 1998 dimana nilai tukar rupiah 22 tahun silam itu terpuruk hingga ke Rp 16.950.

Di situasi seperti saat ini memang sangat menyesakkan ketika negara harus berjibaku memerangi pandemi virus corona. Kebutuhan–kebutuhan yang sangat diperlukan oleh masyarakat misalnya saja alat kesehatan dan obat-obatan yang semakin meningkat dan harus tersedia. Tak sedikit berasal dari barang impor belum lagi bahan–bahan lainnya situasi ekonomi ini kemudian membuat posisi kita semakin terjepit.

Mencermati kembali perkembangan nilai tukar rupiah saat ini memperlihatkan bahwa kondisi yang semakin miris dan terus merosot. Rupiah kini lemah tak berdaya hingga posisinya tinggal selangkah lagi untuk mencetak rekor terburuk sepanjang masa rupiah kini menjadi mata uang terlemah walau sempat menyandang mata uang paling perkasa di kawasan Asia.

Kembali mengutip data Financial Times pada Senin 23 Maret 2020 nilai tukar rupiah hari ini pukul 09.17 WIB bergerak tertekan di Rp 16.460,00 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 560,00 poin (3,52 persen) sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) berada di posisi Rp 16.273 pada 20 Maret 2020 lalu.

Melemahnya nilai tukar rupiah bisa berdampak terhadap naiknya harga dipasaran lantaran kebutuhan impor di Indonesia sendiri masih sangat terbilang besar terlebih mereka yang banyak mengandalkan bahan baku dari luar negeri. Sementara itu salah satu faktor melemahnya nilai tukar rupiah merupakan imbas dari virus corona yang merebak dengan cepat dan merambah ke banyak negara situasi yang terus memburuk. Hingga kini tidak dapat memprediksi kapan virus itu berakhir.

Kekhawatiran investor pun semakin memberikan sinyal kuat setelah Word Health Organitation (WHO) menyatakan virus corona sebagai pandemik global sehingga banyaknya investor global yang melepas asetnya dalam kondisi ketidakpastian ini. 

Tentunya hal ini merupakan tanggungjawab besar pemerintah dalam menstabilkan kembali rupiah.  Meski di saat–saat seperti ini fokus pemerintah saat ini tertuju pada upaya penangan virus corona yang kian marak terjadi saat ini di Indonesia dan terus mengalami peningkatan di sejumlah daerah. Nilai tukar rupiah mesti kembali mampu keluar dari pusaran keterpurukan kalau tidak ingin merasakan kembali rupiah di tahun 1998 silam.

Lantas bagaimana upaya–upaya pemerintah sampai hari ini dalam menyikapi kondisi buruk ini akankah negara ini bertahan dengan kondisi seperti ini atau kian bertambah parah lagi. Hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah terkait starategi kedepannya dalam menjawab tantangan di tengah pandemik global virus corona ini

 

Penulis: Andi Abil Hasan Rivai

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.