Separuh Hati Dibalik Doa
Haru ID masih sangat terasa di samping mimbar yang masih tersisa saksi narasi kebaikan kuhampiri sosok yang mulai tenggelam oleh riuh khalayak. Memakai Baju kokoh lengkap dengan sorban menandakan bahwa dia bukanlah orang biasa.
“ sudah sana, nanti dia keburu pergi.” seru Ega.
“ Iyyatuh cepetan gihh, kamu mah intronya lama.” tambah Wanda mulai risih melihatku mondar-mandir tidak jelas.
Sumpah entah sihir apa yang menghampiriku saat itu. “ hai…Assalamualaikum. Boleh minta foto?”. kataku kikuk mulutku melengkung membentuk senyuman. “waalaikumussalam. Iyah boleh” jawabnya pasti sudut mulutya mulai terangkat.
Aku berdiri pas disampingnya hampir tidak ada jarak diantara kami, kedua lengan kami bersentuhan aku merasakan itu walau tidak secara langsung karena masih ada kain yang menjadi penghalang.
“ Cekrekkk!!!”
Rasanya kecepatan jantungku berubah 99% dari biasanya aku harus menyeimbangkan antara logika dan perasaan ini agar tidak terlihat gugup dan bersikap biasa saja.
Aku duduk di kursi bambu yang ada di teras rumah dengan segelas Teh hangat sebagai pelengkap sembari memandang langit yang mulai menampakkan wajahnya, sesekali memandangi benda kecil berbentuk persegi panjang yang ada digenggamanku. Saat itu udara terasa dingin langitpun mendesah.
Air matanya yang berjuta tumpah ruah menghujan bumi seolah ingin menghancurkannya. Panah-panahnya terlempar seketika mengikuti arakan mendung, menusuk dedaunan yang mengangguk. Hembusan anginnya bertiup lembut membawaku hanyut kembali dalam ingatan tentang dia.
Seketika aku merasakan getaran benda kecil itu menyadarkanku dari lamunan. Satu pesan whatssap telah masuk diponselku. Di bagian notifikasi tertera nama, Ega.
“ini foto prawednya aku kirim.”
“ foto prawed,? Ada-ada saja ini anak ” (aku tersenyum simpul membaca pesan singkat itu).
foto itu pas ada di depan retina, rasanya tidak ingin beranjak untuk meneliti setiap sudutnya . Tergambar dengan begitu jelas senyum menghiasi kedua wajah orang yang dalam foto . “saat itu bukan hanya aku yang merasa gugup,mungkin dia juga .” ( gumamku dalam hati )
Aku kembali tenggelam dalam lamunan ini bersama kenangan tepat satu bulan yang lalu. Saat pertama kali mendengar suara dia lewat lantunan ayat sucinya, saat pertama kali melihat dia, saat pertama kali aku chat dia ehh…ini aku chat dia lewat Massenger aku sengaja mencari akunnya yang meski awalnya ragu, tapi ternyata rasa penasaran dalam diri ini mampu menepis segalanya.
Dan akhirnya aku tau, dia orangnya sangat humoris, baik, sayang sama orang tua, rajin menabung, terus pangkal pandai. Eeeiiitttsss…. tidak juga sih, Tapi aku yakin dia baik aku tau itu lewat chatnya juga lewat sorotan matanya teduh yang mampu meredam luka.
Meski dia juga sedikit menjengkelkan, bagaimana tidak sebagia Imam waktu itu dia sama sekali tidak tau timing. saat aku terlambat ke Mesjid dia baca surah yang pendek akhirnya aku ketinggalan, saat aku datang lebih awal dia malah baca surah yang panjang. Hmmm.
“ngeselin banget… ini anak sengaja kali yaa? Mau main-main denganku. OK!”
Sudut mulutku mulai terangkat membentuk senyuman tipis mengingat sumpah serapah kalah itu dan semua hal tentangnya.
Aku memutar bola mata tampak kembali menatap benda kecil berbentuk persegi panjang itu dengan tanpilan layar yang masih sama. Foto ini adalah bukti untuk pertama kali aku menyapanya entah kelanjutan kisah ini akan seperti apa, pertanda baik atau buruk.
Seketika rasa sesak dalam dada ini tiba-tiba menggungcang dengan begitu hebat. Aku bisa apa besok dia akan kembali setelah menyelasikan tugasnya dengan baik.
“Driiinnkkkk....”
“sudah jangan terlalu dipikirkan semuanya sudah lewat dia akan pergi bersama kenanganmu itu, jika dia adalah takdirmu pasti akan kembali. Keep strong Beby : ) !! “
Pesan Ega lewat Chatnya.
Genangan air membentuk Kristal-kristal kecil mulai memenuhi bola mataku jatuh dengan perlahan. Kini aku sadar saat kita mulai terbiasa dengan seseorang karena kehadirannya akan ada saatnya kita juga harus terbiasa dengan kepergiannya. Sekarang mungkin separuh hati ini telah pergi tapi separuhnya lagi akan tetap ada disetiap untaian doa.
“always be strong:).” (send to Ega)
Penulis: Yuliana Dewi Amriana, mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Universitas Negeri Makassar, aktif di Himpunan Jurusan.