Sat, 20 Apr 2024
Esai / Nov 07, 2021

Social Movement: Gerakan Politik Mahasiswa

Mahasiswa adalah seorang terpelajar yang diharapkan mampu melahirkan sebuah perubahan, yang tentunya perubahan ke arah positif. Perubahan dimulai dari sebuah kesadaran akan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Sehingga untuk sampai kepada gerakan perubahan, mahasiswa harus sadar dulu terhadap permasalahan yang dihadapi.

Nadim Makarim (Menteri Kemendikbud) pernah mengatakan “Orang yang sukses adalah orang yang mampu memecahkan sebuah permasalahan”. Sehingga mahasiswa diharapkan untuk sadar akan permasalahan di sekitarnya kemudian dimanifestasikan dalam sebuah gerakan perubahan.

Sejak kemerdekaan hingga sekarang tidak terhitung aksi-aksi pergerakan mahasiswa yang dilakukan untuk tujuan politik, sosial, budaya, dan ekonomi. Tujuan dari gerakan aksi tersebut tentu adalah sebuah perubahan. Sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia, pergerakan mahasiswa yang dianggap paling besar dan berhasil mencapai tujuan aksi adalah demonstrasi reformasi 1998.

Mulanya aksi ini diawali dari krisis ekonomi tahun 1997 di beberapa kota besar dan memuncak pada saat Maret 1998 ketika Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden. (Firdausi, 2019).

Penghujung tahun 2019 juga terjadi aksi mahasiswa di berbagai kota di Indonesia. Aksi dimulai dari Yogyakarta oleh ratusan aktivis mahasiswa dengan nama aksi “Gejayan memanggil”. Aksi gejayan memanggil ini menginisiasi sejumlah aksi di berbagai daerah beberapa hari berikutnya.

Tuntutan mahasiswa berkutat seputar rancangan perundang-undangan, aturan tata laksana kelembagaan, militerisme di Papua, lingkungan, hingga HAM dan perlindungan aktivis. Beberapa aksi berjalan damai dan beberapa juga ada yang berakhir ricuh dan bentrok dengan aparat. (Yustisia dkk, 2020).

Aksi politik mahasiswa seperti demonstrasi, protes, long march, orasi, pembakaran ban, teatrikal di jalanan, dan aksi-aksi lainnya dikategorikan sebagai aksi kolektif. Aksi kolektif adalah aksi yang dilakukan oleh anggota kelompok sebagai bentuk perwakilan dari kelompok. (Wright, Taylor, & Moghaddam, 1990).

Meskipun aksi kolektif dilakukan atas nama kelompok, namun aksi kolektif berhubungan dengan keputusan individu untuk terlibat atau tidak dalam aksi. (Stekelenburg & Klandermas, 2009).

Aksi kolektif dan aksi individu jelas terdapat perbedaan. Aksi individu adalah aksi yang dirancang secara individual untuk mencapai kepentingan personal. Sedangkan aksi kolektif adalah aksi yang menunjukkan perilaku antar kelompok yang spesifik yang bertujuan mengubah posisi kelompok.

Namun, aksi yang dilakukan oleh individu dapat dikategorikan sebagai aksi kolektif sepanjang yang dilakukan adalah bagian dari aksi kelompok, membawa tujuan kelompok, diikuti dengan pengkategorian diri, dan berorientasi pada kelompok. Namun, banyak juga individu yang ikut serta dalam sebuah aksi secara kelompok tapi tidak merepresentasikan aksi secara kelompok karena membawa kepentingan masing-masing. (Wright dalam Anastasia dkk, 2020).

Aksi kolektif merupakan dasar dari gerakan sosial yang bertujuan untuk mencapai perubahan sosial. (Oliver, 2013). Aksi kolektif adalah segala bentuk aksi yang terencana dan sistematik yang dilakukan oleh kelompok atau individu sebagai anggota kelompok yang bertujuan untuk mencapai tujuan kelompok.

Bagaimana gerakan politik mahasiswa saat ini? Gerakan politik mahasiswa saat ini dari pandangan penulis belum sampai pada gerakan aksi kolektif yang mengarah pada perubahan sosial. Hal ini dapat dilihat dari aksi mahasiswa akhir-akhir ini yang belum mencapai tujuan aksi secara bersama.

Anastasi dkk (2020) menyatakan bahwa gerakan perubahan sosial memiliki tiga elemen penting yaitu collective challenges, common purpose and solidarity, dan tidak terjadi secara tiba-tiba (perencanaan strategis dan sistematis). Gerakan politik mahasiswa saat ini, masih beragam tujuan yang akan dicapai (tidak memiliki tujuan yang sama) walaupun memiliki tujuan yang sama namun masih kurang dalam hal solidarity, belum lagi untuk sampai pada perencanaan strategis dan sistematis.

Solusi yang mungkin bisa ditawarkan adalah:

(1)   Menata kembali tujuan

Gerakan politik mahasiswa yang akan dilakukan perlu ditata kembali untuk mencapai tujuan bersama. Adler (salah satu tokoh psikologi) mengatakan bahwa tindakan dan perilaku seseorang berdasar atas tujuan yang ingin dicapai. Sehingga penting untuk menentukan tujuan bersama untuk mencapai perubahan sosial.

(2)   Perencanaan strategis dan sistematis

Gerakan perubahan sosial tidak dilakukan secara tiba-tiba, perlu perencanaan dan langkah-langkah yang sistematis.

(3)   Menggalang gerakan dengan kolektif dan kolaboratif

Di zaman sekarang bukan lagi era bekerja secara sendiri, namun jarus diiringi dengan tindakan kolektif dan kolaboratif. Sama halnya dengan gerakan politik mahasiswa harus dilakukan secara kolektif dan kolaboratif agar tujuan akan lebih mudah tercapai.

(4)   Gerakan kolektif melalui media daring

Banyak bukti temuan ilmiah terdahulu yang menegaskan bagaimana peran media sosial   untuk menggerakkan orang-orang pada aksi kolektif. di Indonesia sendiri pada akhir tahun 2016 ada gerakan politik “ganti presiden” bersumber dari tagar populer di media sosial kemudian turun menjadi aksi jalanan.

Gerakan politik mahasiswa harus mampu mengarah atau mencapai sebuah perubahan sosial tentunya ke arah positif. sehingga diharapkan gerakan-gerakan mahasiswa yang kolektif dan kolaboratif  untuk mencapai perubahan sosial.

 
Penulis: Awan Ilmiah, Ketua HMI Komisariat Psikologi UNM.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.