Thu, 12 Dec 2024
Esai / Kontributor / Jan 04, 2021

Sudahkah Kita Bahagia Hari Ini?

Tahukah bahwa hari bahagia sedunia (International Day of Happiness) jatuh tepat hari ini. Pertama kali diperingati pada tanggal 20 Maret 2013.

Hal ini sesuai dengan ketetapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 28 Juni 2012. Perayaan hari bahagia sedunia digelar sebagai upaya PBB mendorong paradigma masyarakat dunia yang selama ini menilai bahwa ekonomi hanya dari segi kekayaan. Padahal ada aspek yang perlu diperhatikan yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan.

Bahagia merupakan kata yang memiliki beribu makna, tergantung siapa yang ingin memberikan makna pada kata bahagia. Martin E. P. Seligman pelopor psikologi positif sekaligus penulis buku Authentic Happiness menjelaskan bahwa kebahagiaan yang sejati adalah perasaan baik yang lahir dari kebaikan yang dilakukan oleh seseorang.

Studi yang dilakukan oleh peneliti di University of North Carolina selama 30 tahun kepada 30.000 orang menemukan bahwa orang yang bahagia memang memiliki harapan hidup lebih panjang. Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa 14 persen orang yang suka murung cenderung lebih cepat meninggal dunia.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Martin E. P. Seligman bahwa kebahagiaan dapat membuat seseorang menjadi panjang umur, kesehatan meningkat, kreatif, murah hati, mudah memperoleh pasangan hidup dan menikah, serta lebih banyak mengingat peritiwa menyenangkan.

Bagaimana tingkat kebahagiaan Indonesia?

World Happiness Report (WHR) merupakan laporan yang dirilis oleh Sustainable Development Solutions Network untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada bulan maret tahun 2019 WHR merilis data mengenai tingkat kebahagiaan dari 157 negara di dunia, Finlandia berada pada posisi pertama sebagai negara yang paling bahagia dan Sudan Selatan berada pada posisi terakhir yaitu urutan 156.

Indonesia sendiri berada pada posisi 93 di bawah Singapora, Thailand, Filipina dan Malaysia. WHR merilis poin kebagiaan berdasarkan beberapa faktor, diantaranya dukungan sosial, harapan hidup kebebasan untuk membuat pilihan hidup, kedermawanan serta tingkat korupsi.

Data lain mengenai tingkat kebahagiaan Indonesia dirilis pada tahun 2017 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan Indonesia memiliki indeks kebahagiaan sebesar 70,69 dari rentang 0-100. Data ini didasarkan pada pengukuran dimensi kepuasan hidup, perasaan dan makna hidup.

Dari data yang dipaparkan terdapat 24 dari total 34 provinsi yang memiliki nilai indeks kebahagiaan di atas angka nasional dan 10 provinsi yang berada di bawah angka nasional. Provinsi paling bahagia dan paling tidak bahagia menurut data BPS adalah Maluku Utara dan Papua.

Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar jika dibanding dengan data WHR tahun 2017 dari urutan 81 kini duduk di urutan 96. Hal ini dikarenakan Indonesia hanya mengalami perubahan skor kebahagiaan sebesar 0.240. Sedangkan berdasarkan data BPS, indeks dimensi perasaan hanya memiliki nilai 68,59 dengan menggunakan skala 1-100. Oleh karena kebahagiaan masyarakat di Indonesia perlu ditingkatkan.

Apa yang bisa kita lakukan?

Penelitian yang dilakukan oleh Zahra Afshari Moaser pada tahun 2016 dengan judul Effectiveness of positive thinking skills Training on Hamedan Students Anxiety and Happiness menemukan bahwa pelatihan keterampilan berpikir positif efektif untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kebahagiaan pada mahasiswa. Dalam pelatihan tersebut berisi program pelatihan yang mencakup tiga area umum yaitu berpikir positif kepada diri sendiri, berpikir positif kepada orang lain, dan berpikir positif kepada dunia.

Selain pelatihan keterampilan berpikir positif, hal sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebahagiaan adalah dengan berinteraksi dengan teman dekat.

Gillian M. Sandstrom melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan judul Social Interactions and Well-Being: The Surprising Power of Weak Ties. Dalam penelitian tersebut, Gillian M. Sandstrom ingin melihat pengaruh ikatan pertemanan terhadap kebahagiaan seseorang. Hasilnya didapatkan bahwa tingkat kebahagiaan seseorang berbeda ketika berinteraksi dengan teman yang memiliki ikatan lemah dengan teman yang memiliki ikatan yang kuat.

Teman dengan ikatan yang kuat memberikan efek yang lebih besar dalam membentuk kebahagiaan seseorang. Namun, seseorang juga tetap akan bahagia ketika memperbanyak interaksi dengan teman yang memiliki hubungan yang lemah.

Jadi, jangan lupa bahagia. Kita mulai dari membahagiakan diri sendiri saja dulu. Karena kebahagiaan adalah untuk kita semua.

Selamat hari bahagia sedunia.  

 

Penulis: Isnawati, mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Makassar, Menteri Pendidikan dan Pelatihan BEM Kema F.Psi UNM 2019-2020.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.