Wed, 30 Oct 2024
Esai / Nurhaliza / Feb 04, 2021

Tamu Alam Menggetarkan Tanah Malaqbiq

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyambut tamu alam diawal tahun 2021 yang mendiaimi berbagai wilayah, Bencana Gempa, tanah longsor bertengger di Sulawesi Barat, Banjir bandan bertengger di Kalimantan Selatan dan masih banyak daerah lainnya. Malansir dari  Pikiran rakyatcom (11/01/2021) bahwa BNPB mencatat ada 154 bencana alam yang terjadi di Indonesia selama Januari 2021.

Sepertinya bangsa ini sangat lihai menyambut tamu sehingga sangat banyak tamu alam yang berdatangan dan bertahan cukup lama, contohnya tamu spesial yang hampir menjadi penghuni pribumi yaitu Pandemi Covid 19 yang tak kunjung redah dan kembali pulang. Sehingga tidak heran jika penghuni bumi berada dalam lingkaran dilema antara taat dengan protokol kesehatan tetap jaga jarak dan tidak keluar rumah, disisi lain getaran gempa memaksa untuk keluar rumah. Entah ini teguran dari Tuhan atau memang proses pemulihan bumi wallahu alambissawaf.

Sekonyong-konyong getaran hati begitu kencangnya diiringi dengan butiran derai air mata yang membasahi pipi seolah sebagai wujud dari getaran gempa yang meluluhlantahkan sebagian tanah malaqbiq di sulawesi Barat. Untaian kata seakan tidak bisa dirangkai lagi selain hanya ekspresi yang ditampakkan oleh bahasa tubuh yang dihantui dengan ketakutan, panik, sedih, cemas dan sebagainya.

Gempa yang pertama  terjadi pada hari Kamis 14 januari 2021 tepat pukul 14.35 Wita dengan kekuatan 5,9 mongitudo namun belum terbilang ganas dan parah sehingga kecemasan masyarakat masih bisa dikendalikan, disusul dengan gempa kedua dini hari jumat 15 januari  pukul 02.28 wita dengan kekuatan 6.2 mongitudo seakan menyulap tanah malaqbiq dengan getaran yang sangat dahsyat dengan melululantahkan bangunan-bangunan identitas tanah malaqbiq.

Rupanya tanah malaqbiq begitu disenangi Tamu alam sehingga bertengger diawal tahun, getaran pertama seolah kode sekaligus izin alam yang disampaikan pada tanah malaqbiq bahwa rombongan tamu alam akan singgah dan mendiami tanah malaqbiq beberapa waktu yang tidak ditentukan. Sebagaimana hasil monitoring BMKG terhadap aktivitas gempa Majene dan Mamuju hingga hari ke-enam.

Selasa,19 januari 2021 pukul 5.00 wita menunjukkan 32 kali gempa susulan”kicau Daryono,dikutip dari Pikiran rakyatcom (19/01/2021). Hal tersebut sebagai bukti bahwa tamu alam kemungkinan akan terus bertambah dengan waktu yang tidak ditentukan, sehingga Gubernur Sulawesi Barat telah menetapkan status tanggap darurat bencana gempa bumi selama 14 hari terhitung dari 15 hingga 28 januari mendatang (kompas.com 21/01/2021).

Bertenggernya tamu alam tersebut tentu menimbulkan dampak negatif dan posistif dimana akibat terjadinya gempa dan tanah longsor tersebut mengakibatkan banyaknya korban serta menimbulkan banyaknya kerusakan yang terjadi, melansir dari Kompas.com (21/01/2021) yang menyatakan bahwa terdapat korban meninggal sebanyak 91 jiwa meninggal., 3 orang hilang, 253 orang luka berat, 679 orang luka ringandan 240 orang luka sedang,” ucap Kepala Pusat data informasi dan komunikasi kebencanaan BNPB Radytia jati.

Runtuhnya Kantor Gunernur Provinsi Sulawesi barat yang tidak lain merupakan bangunan nomor 1 juga menjadi saksi dan korban getaran tamu alam, berbagai persepsi bermunculan dari berbagai kalangan terkait runtuhnya beberapa bangunan besar dan megah, Namun ada rasa sedih bercampur kecewa yang dirasakan penulis dimana jika ada persepsi yang mengaitkan runtuhnya bangunan tersebut dengan politik.

Penulis merasa bahwa bukan waktu yang tepat jika ditengah kondisi pemulihan bencana yang terjadi  masih diboncengi dengan politik dan disibukkan dengan cocologi atau mengaitkan yang tidak-tidak. Padahal hal yang paling urgen dan butuh perhatian secepatnya ialah bagaimana solusi dibalik banyaknya korban gempa yang tersebar diberbagai titik posko pengungsian.

Tidak bisa dipungkiri bahwa relawan kemanusiaan dari berbagai istansi,lembaga dan komunitas bersatu dalam membantu pemulihan korban bencana gempa yang terjadi, hal tersebut menjadi dampak positif dimana tingginya kesadaran serta kepedulian orang banyak diwujudkan dalam melakukan berbagai macam cara untuk membantu para korban bencana, beraneka ragam cara yang dilakukan dalam mengumpulkan donasi.

Ada yang melakukan aksi door to door, serta memenuhi sepanjang perjalanan dengan membentangkan pray for Sulbar. Hal tersebut tentu menjadi nilai plus tersendiri karena kepedulian dan solidaritas semakin tinggi.

Selain itu bertenggernya tamu alam rupanya menjadi pengobat serta pelepas rindu oleh para elemen pendidikan dimana terdapat beberapa sekolah menjadi pusat pengunsian oleh para korban gempa sehingga mau tidak mau seluruh eleman sekolah ikut berperan andil sekaligus menjadi relawan dalam membantu para korban gempa.

Bagaimana tidak dari beberapa bulan terakhir setelah adanya Pandemi Covid19 menciptakan jarak dalam dunia pendidikan tentunya dengan melakukan daring sehingga ada kerinduan tersendiri yang tersimpan oleh para tenaga pendidik dan peserta didik. Salah satu contohnya di Posko pegungsian yang berada di SMAN 1 Tinambung mempunyai cerita tersendiri dimana seluruh eleman sekolah terlimbat langsung didalamnya khusunya para alumni berbagai profesi yang juga berdatangan membantu parakorban gempa.

Jejeran tenda para pengungsi seolah menggambarkan kerinduan akan indahnya bumi perkemahan. Sungguh Sang Khalik maha pengatur segalanya.

Para Donatur dan orang-orang dermawan terus menyusuri posko-posko induk di sepanjang jalan ikut membantu dan melengkapi kebutuhan para korban bencana gempa  yang tentu memenuhi kebutuhan sehari-hari para pengungsi korban gempa, posko-posko induk di beberapa titik seolah dibanjiri dengan donasi yaang silih berganti berdatsangan.

Namun yang perlu diperhatikan secara bersama ialah para penyingsi gempa dari rumah kerumah yang tersebar didaerah terpencil yang sangat membutuhkan sentuhan dan bantuan serta uluran tangan para donatur. Solusi demi solusi terus mengalir yang disodorkan kepada pemegang kebijakan semata-mata demi kemaslahatan.

Tentu dari bencana yang terjadi menyapaikan pesan tersendiri kepada seluruh penduduk bumi dimana kita harus mengevaluasi diri pribadi masing-masing, ego, serakah,dan sebagainya menjadi poin penting yang harus dihilangkan dalam diri. Saatnya pencarian eksistensi sesungguhnya kita terapkan hanya kepadaNYA.

Saling menyalahkan bukan solusi namun saling merangkul dalam satu barisan yang menjadi pilihan satu-satunya, senantiasa membangkitkan semangat dalam pemulihan sediakala. Harta, serta kemewahan dunia semata-mata hanya titipan dariNya, yang semata sekonyong-konyong bisa  direnggut olehNya. sedekah serta tabungan akhirat menjadi poin yang harus dipelihara.

 

Penulis: Nurhaliza, mahasiswa PPKn Universitas Negeri Makassar.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.