Thu, 12 Dec 2024
Puisi / Kontributor / Jan 12, 2020

Banjir

Katamu hujan deras
Membuat kota ini kebanjiran.

Kata politisi banjir pun akan kita lawan, lantang disurakannya.
Seketika membuat hati tenang, meski air mengenang, mereka berlomba berenang agar bisa menang dihati rakyat.

Ditangan pujangga banjir tak ubahnya sebuah lolucon, menjelma menjadi genangan rindu. Tempat Menghanyutkan masa lalu yang kelam, lalu merenung kemana rindu ini akan bermuara?

Dikalangan agamawan banjir menjelma teguran langsung sang pencipta, atas hidup yang diliputi awan gelap kelabu, pada rintiknya manusia bangga bermain-main dengan dosa.

Dipersimpangan media sosial, kaum terpelajar menyurakan janji-janji kampanye yang tak kunjung terealisasi. Buktinya, banjir masih terus melanda kota ini, yang tak segan menghanyutkan nyawa siapa saja, bahkan presiden sekalipun.

Katamu hujan deras, kita kebanjiran.
TIDAK. Sebab saya lebih memimlih melihat banjir dalam persfektif pujangga.

 

Penulis: Muh. Akbar, aktif sebagai penggerak literasi di Jendela Pustaka.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.