Biografi Pertemuan
Biografi Pertemuan
Pagi itu langit benar-benar marah.
Hujan lepas lalu membelah tanah.
Aku berteduh saat terdengar suara gemuruh.
Di bawah warung kopi yang cukup riuh.
Dari jauh aku melihatmu.
Meleset cepat dan menatap ke arahku.
Aku tau kau pun ingin berlindung.
Dari amukan mendung-mendung.
Di dekatmu, aku seolah terasingkan.
Jauh ketengah hutan sendirian.
Kau ingin ku kupanggil.
Tapi kata-kataku tiba-tiba menggigil.
Ingin kupecahkan batuk.
Tapi nafasku seakan remuk.
Ah….kubiarkan kau mencumbui angin semilir.
Sementara aku hanya bisa berciuman dengan takdir.
Kubayangkan, kelak tuhan menghendaki engkau dan aku bertemu.
Meski aku tahu, pengap akan menghantui nafasku.
Dan berharap kau tetap membawa wajah ranum.
Yang dirahmati mawar sekuntum.
*
Kemanusiaan
Pada detik
Aku rapatkan doa di dalam diam
Harap melangit pada yang esa
Tentang kehidupan dan kemanusiaan
Kehidupan dan kemanusiaan
Jalan panjang dan terjal
Hanya pada harap
Kemanusiaan dititipkan
Semburat kehidupan yang panjang
Menyampaikan kabar yang getir
Sungguh.
Namun musim dingin tak selamanya
Musim panas tak selamanya
Segala yang pekat akan pudar
Segala yang pudar akan kumuh
Penulis: Nur Imamah, Mahasiswa aktif STKIP PGRI Sumenep.