Fri, 18 Oct 2024
Puisi / Fadilah Safar / Jul 20, 2024

Bocah Pelakon

Bocah Pelakon

 

Anak kecil bermain peran

Dilihatnya gaun yang menawan

Dikenakan meski tak nyaman

 

Pentas dimulai, sandiwara sempurna

Panggung megah, kemerlap lampu

Sorak penonton, tepuk tangan, puji-pujian

 

Semua terhibur, semua bahagia

Pentas kini telah usai, Anak kecil pulang ke rumah

 

Gaun berganti kaos oblong dingin

Rias wajah terhapus air mata

Sandiwara dikalahkan naskah kehidupan

 

Rumah adalah muara sandiwara

Dindingnya seumpama tirai pertanda pentas telah usai

Terkecuali, jika turut menjelma layaknya panggung pentas

Maka hatimu adalah rumahmu yang sebenar-benarnya rumah

Pulanglah!!!

 

*

Hujan Kemarin

 

Hujan kemarin, aku tidak cemburu kepada awan

Awan puas melepas beban lewat hujan

Dan aku puas melepas beban lewat do’a


Hujan kemarin, bagiku cukup rindu saja

Harapan telah kusampaikan pada Pemilik hujan dan rasa

Bagiku itu sudah cukup


Hujan kemarin adalah pengirim do’a yang sunyi

Meski bergemuruh, tetap saja ada rongga sepi

Gemuruh menyusupkan nada pada rongga

Sebuah nada, berisi do’a yang malu-malu

 

*

Saudara Tiri Dari Ibu Pertiwi

 

Cuit – Cuit Sang penyembah duit

Cuap – Cuap Sang penunggu suap

Begini saudara...

Jangan ragu saudara...

Ini amanah saudara...

Saya janji saudara...

 

Saudara percaya? mimpi saudara besar sekali

Untuk mereka yang tak ingin terbangun

Untuk mereka sang pencipta mimpi yang dusta

Saudara percaya? mimpi saudara mengharap cahaya

Untuk mereka yang membawa sinyal - sinyal dusta

Untuk mereka sang penolak cahaya

 

Mereka orang – orang pintar saudara..

Mereka pintar memasang dasi

Mereka juga ada yang bodoh wahai saudara...

Namun saudara justru memasangkan dasi mereka

Mereka bilang, kita bersaudara wahai saudara..

Mereka bilang, persaudaraan itu penting wahai saudara

 

Benarkah mereka saudara dari saudara?

Benarkah saudara punya saudara yang busuk?

Saudara ingin bersaudara dengan tikus selokan?

Mereka teramat kotor wahai saudara

Berlari – lari dalam gelapnya pipa selokan

Mengalir bersama air seni dan ampas - ampas halus

 

Mereka itu saudara yang mana Wahai Saudara?

Dengan keringat saudara bekerja, lantas mereka menjadi kaya

Namun dengan nikmatnya mereka makan, lantaskah saudara menjadi kenyang?

Lalu saudara ini sebenarnya siapa?

Laksana uang sebagai alat pemuas kebutuhan

Laksana pesugihan tanpa tumbal sebagai media memperkaya diri

 

Saudara, ini pesanku sebagai saudara

Jika saudara ingin mencari keadilan, mari kita hentikan persaudaraan

Dengan mereka, saudara tiri dari ibu pertiwi

Dengan mereka,  setan – setan yang menjajah dalam persaudaraan.

 
 
Penulis: Fadilah Safar, konselor Sibawaku.id, Anggota Yayasan Asa Timur Indonesia.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.