Fri, 09 May 2025
Puisi / Kontributor / Jun 06, 2021

Bumi Bernafas di Kampung Iklim

Seruling dan desau angin disertai rinai hujan agak tengah berkolaborasi

Indah... tenang... nyaman,,, tapi

Ko lebih dari sekian jam sekian menit dan sekian detik dari biasanya

Langit tidak lagi merah saga langit agaknya semburah hitam mengelap didampingi bayu yang berkejaran dengan petir, helai daun tumbang batang nya pun tersenggol di pinggiran serta merah hitam tanah memenuhi halaman utama semua media

"Indonesia telah mengambil langkah pertama melalui program desa iklim (Proklim), di mana kami merangsang masyarakat untuk melakukan upaya untuk meningkatkan ketahanan mereka terhadap perubahan iklim," terengah engah dengan aksara kata yang katanya bermakna harapan

Kita bisa sambil menengadah ke langit
Saat ini atapku langit dan lantaiku tanah
Akupun berlayar di lautan pademi dengan perahu batu dengan seksama menelisik belum ada kabar kapan teratasi semuanya
Deru debu berpacu
Dia berbisik dengan kabar kabel-nya

Lebih dari 50 persen penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dengan jumlah total 83.000 desa. Populasi pedesaan ini sekitar 3 kali ukuran seluruh populasi di Spanyol bergerimit lirih menyimak kabar cyber tentang negara entah berada di mana?

Menggelengkan kepala apa iya?

Lihat tipi sejenak kabar cyber berdurasi bandrom rupiah pun menggeliat

Partisipasi kudu ikutan emisi gas dikurangi dukungan dan pemberdayaan masyarakat, kebijakan dan peraturan yang relevan, pendanaan, partisipasi gender, kapasitas publik, dan dukungan dari para pemangku kepentingan eksternal termasuk pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan akademisi, institusi," nafas terengah engah mengulik kisi gendang dan kesadaran meski belum terbangun

Kumpulan dan deretan rumah berjajar jarang
Emisi kembali emisi dan kembali emisi dengan slogan yang menyala nyala
Abrasi terpapar mangrove seharusnya tidak menggelepar
Terdiam dalam gumpalan nafas yang menohok hidung  juga kerongkongan

Aku tidak sedang merenung tentang makan kopi dan atau tempat tongkrongan
Fenomena bumi 'bernapas' membuatku terhenyak kakiku bergelayut manja di kursi hijau berbantal ransel yang butut
aku tidak takut tapi tetap pantang surut

Indonesia dalam fenomena bagaimana dengan alam di luar sana sementara perahu hidup masih terombang ambing di laut pademi yang tak kunjung ada habisnya entah sampai kapan dan apa lagi

Berjalan-jalan di Apple River, Cumberland County, Provinsi Nova Scotia, Kanada. Saat itu cuaca sedang berangin di musim gugur. Entah atau embuh di Indonesia ini musim apa hujan disertai badai dan gempa dan puting beliung coba ku menerawang jauh tidak sedang dengan tebaran tarot tarotku lagi dan lagi untuk kesekian kali

Ada cuman dua hujan dan kemarau agaknya sesekali disinyalir terdapatnya cuaca ekstrem hingga bumi bernafas

Memperhatikan tanah bergerak kembang-kempis dalam ritme teratur. Lalu mengeluarkan ponsel dan cespleng ke klik dot go dot warnet dengan bandrol lima ribuan hingga terserah untuk sekedar klik bergosip dengan jagat maya tentang bumi bernafas

Setelah diunggah, kembali terhenyak langsung mengundang perdebatan di dunia maya. Berbagai macam spekulasi bermunculan untuk menjelaskan fenomena tersebut.

Sebagian netizen ngomel tentang pademi ditambah dengan nafas-nya bumi ribet
itu adalah tanda akan muncul lubang tanah,
tapi menurut yang lain hal itu berarti ada aliran air di dalam tanah.

Sementara yang lainnya berpendapat akar tumbuhan yang menyebar luas tak terlalu mencengkram tanah. Sehingga ketika bagian atas pohon dihembus angin, gelombang goyangannya sampai ke akar dan menciptakan efek seperti 'bernapas'.

aku sampai di tempat yang berpohon,

Dia tengah bernafas agaknya seperti yang kulihat dalam hitungan perahuku yang masih di lautan pademi keringat dingin mengalir

Memperhatikan tanah bergerak. Perlahan nyaris tak terdengar apa hatiku yang mendengarkan??

Embuh embuh embuh percaya pohon-pohon yang lebih besar bertahan dari terjangan angin dan pohon-pohon kecil di sekitarnya saling menguatkan.

Meskipun banyak perdebatan, sejauh ini belum ada penjelasan yang lebih spesifik untuk menguak fenomena Bumi 'bernapas' tersebut.

Anda penasaran ingin melihat fenomena Bumi 'bernapas
Di TV harap waspada gempa diperkirakan sebelumnya?
Di koran bumi tengah bernafas mungkin menurut yang Mbaurekso sesuai dengan tradisi mari ikhtiar

Aku Meidy di batu menyerupai perahu kecil masih di laut pademi entah sampai kapan sesuai dan menyesuaikan diri dengan pemerintahan yang berdaulat

Bumi bernafas...? Dia tengah menghembuskan nafasnya agak kencang agaknya

Emisi...karbon...rumah kaca...kampung iklim dengan jajaran rumah yang jarang penghuninya modar entah kemana bosan berkolaborasi dengan bumi yang selalu bernafas tak henti

Bibirku menceracau kepalaku dasar teralokasi dengan diksi
Kampung iklim yang bagaimana
Seruling, air hujan tinggal tetes demi tetes jatuh ke bumi bayu juga terdiam nyaris tak bergerak
Batu sang perahu terduduk ku masih sama berlaku di lautan pademi yang entah sampai kapan berlalu
Kampung iklim? isinya rumah kah? emisi? bayu? tirta? sak panunggalane?

 

Penulis: Meidy Ayutitis.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.