Cahaya Redup
Cahaya Redup
Jika pagi tak lagi berbicara
Siang pun enggan tuk menyapa
Malam tak lagi mengantarkan cahaya bulannya
Lantas, siapa yang akan bercahaya?
Ia adalah seseorang yang engkau tak ketahui
Namun selalu ada dalam sanubarimu
Ia tak terlihat namun tersentuh
Tersentuh dengan rangkaian kata indah mu
Ia tak penting bagi orang
Karena , Yang terpenting adalah engkau
Engkau yang ta berat tangan untuk menolong
Engkau yang selalu ada dalam setiap hitungan detik
Sungguh, Sungguh susah payah diriku menemukan dirimu
Aku menemukan lagi cahaya yang sudah sejak lama tak bersinar
kini, cahaya tersebut menerangi setiap langkah batin hatiku
Pentingkah diriku untukmu?
lantas mengapa aku selalu ada didekat jantung seluk-beluk hidupmu
Penting tak penting namun engkau lah prioritas ku.
Biarkan cahaya kini terang menerangi hidupmu,
jangan ada lagi kegelapan, karena gelap tak bermakna
Sedang cahaya indah dipandang dan sangat bermakna
*
Wanita
Birunya langit yang sedang menangis
Putihnya awan yang tengah bergejolak
Dibawah terik matahari Ia menangis
Dengan kesakitan berupaya sekuat mungkin
Untuk menghindar dari semua kegelisahan
Bukan sekedar menghindar tpi menyelesaikan
Dia kuat dan dia sangat tangguh
Dengan eloknya dia berjalan
Berjalan menelusuri semua kegelisahan hati
Kegelisahan tiada henti menenggelamkan semua tawa
Ia terpuruk namun tak terlihat
Ia gemerlap diatas penderitaan
Tangisan dan tawa semua hanyut menjadi satu
Satu uraian yang sangat berarti
Biarlah, biarkanlah
ia berjalan menelusuri teriknya matahari,
dengan membawa sejuta beban
Namun yang engkau harus tahu
ia mempunyai bahu yang kokoh
Siapa lagi kalau bukan seorang ibu
Yah seperti itu aku memanggilnya
Tak ada yang dapat menggantikan wanita itu
Penulis: Azyzah, fresh graduate yang tinggal di Makassar.