Desemberku Yang Menghitam
Negeriku Sekarang
Negeriku tercinta
Yang penuh gedung tinggi menjulang kelihatan megah
Tapi masih banyak rakyat mengemis sesuap nasi
Negeriku tercinta
Elok dirimu Dimata mancanegara
Tapi dibumi Pertiwi sendiri, sayang masih banyak perang antar sesama penghuni
Dinegeriku
Sudah tak ada lagi privasi
Selangkangan pun di urusi si manusia suci
Pelecehan seksual dibiarkan merajalela seakan hal biasa
Berita hoax dimana-mana , tak ada pembuktian
Janji hanya tinggal janji
Ditelan air ludah sendiri
*
Desemberku Yang Menghitam
Berharap Cahaya tapi hanya kegelapan yang muncul
Layaknya langit yang mendung saat hujan ingin turun
Menangis terseduh
Tapi diabaikan, ditendang pada kenyataan yang ada
Meminta pertolongan tapi tak diindahkan
Negeriku
Katanya dirimu demokrasi
Namun mengapa kami dibungkam saat mengeluarkan aspirasi
Katanya dirimu subur
Namun mengapa masih banyak rakyat yang kelaparan
Para petinggi yang terhormat
Baju rapi dan dasi yang terpasang, namun hati mereka busuk
Buta dan tuli
Tidak melihat kesengsaraan kami rakyat kecil
Mengeluarkan kebijakan yang hanya ingin membunuh kami
*
Kepalsuan
Kupandang langit malam
Dihiasi kerlap kerlip bintang
Malam yang indah walaupun berbalut sepi
Hembusan anginnya menerpa kulit menjadi pelukan yang hangat menemani di kesunyian ini
Dan secangkir kopi tanpa gula begitu nikmat diseduh.
Kuterbayang diriku dalam keramaian
Badut disana sini berkeliaran
Yang dulu menyenangkan hati telah menunjukkan taringnya
Melontarkan hinaan sebagai lelucon
Sungguh lucu
Tertawa tapi hati menangis
Menangis tapi hati tertawa
Selamat datang di dunia yang penuh kepalsuan ini
Kupasang topeng ku kembali
Menampakkan senyum tapi hati yang teriris
Penulis: Nur Azizah Sulhak Liwang, mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Makassar.