Dhirya Rasa
"Dhirya Rasa"
Di lorong waktu aku berjalan
Dengan hati yang penuh pergulatan
Setiap langkah, setiap detik
Adalah perjuangan yang tak terhitung
Jatuh bangun jadi teman sejati
Namun tak pernah menyerah pada hati
Walau dunia kadang menantang
Aku tetap berdiri, terus melangkah panjang
Dalam diam, aku merangkai harapan
Mengumpulkan puing-puing keberanian
Setiap luka jadi bekas pelajaran
Menciptakan kekuatan baru dalam perjalanan
Perjuangan ini bukan untuk dilihat
Tapi untuk menemukan diri yang utuh
Aku berlari meski letih menyergap
Karena aku tahu, di ujung sana ada cahaya yang menunggu
Kita mungkin tidak tahu akhir dari cerita
Namun setiap langkah adalah kisah yang berarti
Dan dalam setiap perjuangan diri
Ada kekuatan yang tak pernah berhenti
*
"Cahaya yang Tak Memilih Warna"
Di ruang kecil itu
Matahari menetes dari jendela
Menyapa tiap wajah tanpa memilih warna
kursi-kursi tersusun seperti harapan dan papan tulis menunggu cerita baru
Di sana, langkah-langkah beragam irama menyatu menjadi lagu yang sama
Belajar tumbuh dan saling mengerti
Ada yang lebih baik untuk melesat ada yang perlu waktu lebih lama
Namun semua menuju arah yang sama
Cahaya
Guru tersenyum seperti bumi yang sabar
Menyiram setiap benih dengan kasih
Tak peduli tanahnya kering atau basah
Sebab ia tahu
Setiap anak adalah semesta dengan musimnya sendiri untuk mekar
Dan ketika lonceng berdentang terlihat pelangi melengkung di ruang kelas itu
Bukan hanya tujuh warna
Tapi sejuta keberagaman
Disatukan oleh satu kata
Inklusi
*
"Bingkai Ilmu yang Merawati Perbedaan"
Sekolah ini bukan dinding pembatas
Melainkan pelukan yang tak terbatas
Di sininya, perbedaan bukan jarak
Melainkan jembatan yang tumbuh dari hati tempat setiap langkah menjejak
Ada tawa yang datang dari kursi roda
Ada doa dari tangan yang gemetar bahagia
Ada cahaya dari mata yang tak mampu melihat sempurna
Seperti mentari menuntun pagi
Guru berjalan perlahan
Ia tak bertanya siapa paling tepat
Tapi siapa yang berani mencoba
Setiap anak adalah puisi dengan rima dan makna yang tak sama
Ada yang menulisnya dengan suara
Ada yang membacanya dengan rasa
Semuanya indah, semuanya sempurna tanpa cela
Inklusi bukan belas inklusi adalah pengakuan
Bahwa setiap jiwa berhak duduk di bangku yang sama
Belajar tentang dunia
Sebab dunia belajar darinya
Maka biarlah sekolah ini menjadi taman tanpa pagar
Tempat setiap bunga tumbuh mekar
Dengan cara mereka sendiri
Namun disiram oleh cinta yang sama
*
Bintang-Bintang Belia
Mereka datang dengan cara yang berbeda
Ada yang melangkah, ada yang merangkak
Ada yang menatap langit lebih lama
Mencari arti dari cahaya yang mereka rasa
Guru menjadi jembatan
Menghubungkan dunia yang kadang tak saling mengerti
Ia tahu, setiap anak adalah langit
Punya bintang sendiri untuk bersinar
Tak perlu diseragamkan
Karena pelangi pun indah justru karena beda warnanya
Sekolah ini bukan lomba tapi taman
Tempat setiap jiwa tumbuh seturut musimnya
Dan ketika lonceng berbunyi
Aku tahu satu hal pasti
Pendidikan sejati bukan tentang siapa paling pintar
Tapi siapa yang tak lelah mencintai
Penulis: Filzah Nabilatul Zahra, Mahasiswa UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo.