Mon, 22 Dec 2025
Puisi / Filzah Nabilatul Zahra / Dec 17, 2025

Dhirya Rasa

"Dhirya Rasa"

 

Di lorong waktu aku berjalan

Dengan hati yang penuh pergulatan

Setiap langkah, setiap detik

Adalah perjuangan yang tak terhitung

 

Jatuh bangun jadi teman sejati

Namun tak pernah menyerah pada hati

Walau dunia kadang menantang

Aku tetap berdiri, terus melangkah panjang

 

Dalam diam, aku merangkai harapan

Mengumpulkan puing-puing keberanian

Setiap luka jadi bekas pelajaran

Menciptakan kekuatan baru dalam perjalanan

 

Perjuangan ini bukan untuk dilihat

Tapi untuk menemukan diri yang utuh

Aku berlari meski letih menyergap

Karena aku tahu, di ujung sana ada cahaya yang menunggu

 

Kita mungkin tidak tahu akhir dari cerita

Namun setiap langkah adalah kisah yang berarti

Dan dalam setiap perjuangan diri

Ada kekuatan yang tak pernah berhenti



*


"Cahaya yang Tak Memilih Warna"

 

Di ruang kecil itu

Matahari menetes dari jendela

Menyapa tiap wajah tanpa memilih warna

kursi-kursi tersusun seperti harapan dan papan tulis menunggu cerita baru

 

Di sana, langkah-langkah beragam irama menyatu menjadi lagu yang sama 

Belajar tumbuh dan saling mengerti

Ada yang lebih baik untuk melesat ada yang perlu waktu lebih lama

Namun semua menuju arah yang sama 

Cahaya

 

Guru tersenyum seperti bumi yang sabar

Menyiram setiap benih dengan kasih

Tak peduli tanahnya kering atau basah

Sebab ia tahu 

Setiap anak adalah semesta dengan musimnya sendiri untuk mekar

 

Dan ketika lonceng berdentang terlihat pelangi melengkung di ruang kelas itu

Bukan hanya tujuh warna

Tapi sejuta keberagaman

Disatukan oleh satu kata 

Inklusi



*


"Bingkai Ilmu yang Merawati Perbedaan"

 

Sekolah ini bukan dinding pembatas

Melainkan pelukan yang tak terbatas

Di sininya, perbedaan bukan jarak

Melainkan jembatan yang tumbuh dari hati tempat setiap langkah menjejak

 

Ada tawa yang datang dari kursi roda

Ada doa dari tangan yang gemetar bahagia

Ada cahaya dari mata yang tak mampu melihat sempurna 

 

Seperti mentari menuntun pagi

Guru berjalan perlahan

Ia tak bertanya siapa paling tepat

Tapi siapa yang berani mencoba

 

Setiap anak adalah puisi dengan rima dan makna yang tak sama

Ada yang menulisnya dengan suara

Ada yang membacanya dengan rasa

Semuanya indah, semuanya sempurna tanpa cela

 

Inklusi bukan belas inklusi adalah pengakuan 

Bahwa setiap jiwa berhak duduk di bangku yang sama

Belajar tentang dunia

Sebab dunia belajar darinya

 

Maka biarlah sekolah ini menjadi taman tanpa pagar

Tempat setiap bunga tumbuh mekar

Dengan cara mereka sendiri

Namun disiram oleh cinta yang sama



*

 

Bintang-Bintang Belia

 

Mereka datang dengan cara yang berbeda

Ada yang melangkah, ada yang merangkak

Ada yang menatap langit lebih lama

Mencari arti dari cahaya yang mereka rasa

 

Guru menjadi jembatan

Menghubungkan dunia yang kadang tak saling mengerti

Ia tahu, setiap anak adalah langit

Punya bintang sendiri untuk bersinar

 

Tak perlu diseragamkan

Karena pelangi pun indah justru karena beda warnanya

Sekolah ini bukan lomba tapi taman

Tempat setiap jiwa tumbuh seturut musimnya

 

Dan ketika lonceng berbunyi

Aku tahu satu hal pasti

Pendidikan sejati bukan tentang siapa paling pintar

Tapi siapa yang tak lelah mencintai

 
 
 
Penulis: Filzah Nabilatul ZahraMahasiswa UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.