Isyarat Angin Kepada Awan
Isyarat Angin Kepada Awan
Semuanya pasti tahu
Angin bergerak
Menyejukkan badan
Udara yang bergerak itu
Menghempaskan debu jalanan
Membawa sari pada putik bunga
Menggoyangkan pepohonan
Sehingga ia terlihat melambai-lambai
Seolah-olah memberi salam kepada kita
Riuh deru angin
Bukan berarti tak memiliki arti
Sebagaimana ingatan yang menjadi kenangan
Angin tak bisu seperti kita kira
Angin juga bisa berbicara
Dengan caranya ia berisyarat kepada awan
Uap air diudara seketika luruh
Tergantung seperti apa angin berbicara
Ketika angin berisyarat bahagia
Tanaman Jagung bersorak gembira
Lewat angin sepoi yang menghembusnya
Ketika angin bercerita marah pada awan
Hujan badai tercipta
Menghanyutkan benda dan memporak-porandakan
Tak peduli jiwa harta ataupun benda
Ketika angin angin berisyarat lirih
Maka awan pun terdiam
Mengikuti kemana angin berkelana
*
Pekikan Ikan
Kolam merupakan rumah
Air adalah anugerah
Buih-buih air
Air tenang lagi mengalir
Teratai indah bermekaran
Bak awan hijau di atas langit
Seekor ikan menjerit
Pekikan kekeringan
Telah mengubah kolam
Menjadi tanah kelam
Yang dipenuhi retakan
Serta ratapan kematian
Ikan-ikan menggelepar
Mati dalam keadaan lapar
Mengapa kekeringan ini terjadi ?
Apakah karena ganasnya panas mentari?
Mungkin benar adanya
Semua perumpamaan ini
Bukti dunia penuh tipu daya
Membuat pribadi lalai
Sehingga lupa menyiapkan diri
Tentang musim yang silih berganti
Menyeleksi siapa yang hidup dan mati
Dalam siklus sejenak ini
Baiknya manfaatkan sebaik mungkin
Kesempatan membawa perubahan
Beradaptasi dengan kemajuan
*
Kucing Merindukan Bulan
Ekornya bergoyang
Sembari mengikuti sorot matanya
Melihat sekeliling
Di gelapnya malam
Si kucing pergi ke menara
Untuk merajut asmara
Bulan sangatlah indah
Memberi harapan pada malam yang kelam
Menjadi lentera pada kegelapan yang kejam
Begitu pikirnya sang kucing
Bulan adalah anugerah
Yang diturunkan Tuhan ke dunia
Untuk menemani mereka yang kesepian
Termasuk sang kucing yang kelaparan
Si kucing merintih
Berharap ia dapat bertemu lagi
Sebab ini hari terakhir
Meski dunia belum berakhir
*
Hujan Tengah Hari
Air itu jatuh
Menangis bukanlah gayanya
Mungkin itu caranya ia menyentuh
Menyentuh hati tandus di atas tanah
Mendamaikan perseteruan mentari dan awan
Mungkinkah tanah tandus itu memiliki kehidupan?
Kehidupan bukan hanya kesenangan
Bukan pula tentang kesedihan
Melainkan caranya berdamai dengan situasi
Berusaha dan mengikhlaskan yang terjadi
Bukan hanya berpasrah diri
Melainkan memperbaiki
Apa yang bisa diperbaiki
Penulis: Faris Firdaus Alkautsar, orang yang senang belajar, bebas dikritisi. Punya motto hidup “walau berjalan di atas bumi, ingatlah bahwa kita hidup dibawah langit”.