Lamat-Lamat Sudah Terasa
Lamat-Lamat Sudah Terasa
Mengidung di belantara malam kepadaNya
Lewat lekuk tubuhNya aku gila!
TubuhNya? Aku gila!
Berpesan riak ombak ke semenanjung
Menderuh angin ke bibir pantai
Dan di langit tubuhnya belum jua ku temui
TubuhNya ? Aku gila !
Lamat-lamat sudah terasa, (yang) abadi sudah adil. Mari dengar kidung dariNya, dari pesan hujan terlukis kelam, dari puisi aku gila, aku bilang ; jangan tinggalkan nyawa sebelum ku tahu aku gila ! karena aku menjelma manusia ?
*
Rinduku, Kotoranku
Laksmi, sisa teguk terakhir adalah jamuan untuk menuntaskan resah dalam diri
Dan setelah ku dapat bertamu malam ini
Irislah aku dengan risalah risau pada bunga tidurmu
Sekali lagi, di teguk terakhir tercucur rindu masuk ke tenggorokan lalu keluar lewat dubur.
Itu Wow
*
Tragedi Kopi dan Gula
Di antara kopi dan susu ini tersampaikan nilai kangen
Pernahkah pahitnya tersadar, kalau wujudnya begitu tidak sedap
Mungkin gula merasakan hal demikian
Lalu, kemana pahit dan manis bertemu?
Entah?
Inilah antara, tentu berjarak, dan tersampaikan melalui hukuman, bahwa aku sedang dirajam kangen dan sepi
Penulis: Kumal Kutip, dapat ditemui di Instagram @kumal_kutip