Langit Pun Bersedih
Langit pun Bersedih
Hari demi hari telah terlewati
kini yang ke 29 hari
telah berada di penghujung
semakin menghampiri akhir
semakin menghampiri hari kemenangan
rasanya hati semakin pilu dan haru
bahkan, langitpun bersedih
mengiringi kepergianmu
rasanya, ku tak ingin ditinggalkan olehmu
Rintikan hujan yang terdengar
membawa jiwa ini menjelajahi alam bawah sadar
sejenak, nyamannya dentunan hujan dan lantunan ayat ayatNya
merefleksikan segala hal yang telah dilakukan selama 29 hari
rasanya penghayatan dalam doa dan sujudku belum sempurna Tuhan
puasaku, sabarku, kasihku padaMu pun belum sempurna
aku sang pendosa yang masih dan perlu banyak belajar tentangMu
Tetesan air mata terjatuh
Tuhan, kini kami telah berada di penghujung
jangankan umatMu yg kecil ini, langit pun hampir setiap hari bersedih
rasanya, ia pun dapat memahami.bnyak hal mengejutkan yang telah terjadi selama ini
Tuhan, aku tak pernah menduga bahwa sholat wajib, tarwih, bahkan sholah id akan dilaksanakan di rumah
aku tidak pernah menduga bahwa tahun ini, puasa kali ini, benar benar berbeda dengan puasa sebelumnya yang telah kulalui
bagaimana tidak, bahkan penduduk langit pun mengiringi kepergianmu dengan bersedih setiap waktu
sejenak kupandangi rintikan hujan
ku tatap langit nan indah
meskipun langit tampak gelap
namun di ujung nan jauh di atas langit
masih tampak secercah cahaya
pertanda bahwa harapan itu masih ada
sebab,
setelah hujan turun
perjcayalah bahwa mentari kan nampak dengan kehangatannya
atau bahkan pelangi pun kan nampak dengan keindahannya
percayalah,
bahwa doa adalah senjata ampuh yang mampu membuat langit kembali tersenyum
Penulis: Ririn Nurfadillah, alumni Psikologi Universitas Negeri Makassar, memiliki motto Focus on What You Have You'll Feel Fulfilled