Obat Halu Untuk Negeri
Detak jantung menyusuri negeri yang sedang terlelap
Semangat membara menggebu-gebu untuk bangkit dari negeri yang terdiam, negeri yang bungkam atas penyakit yang diderita.
Seringkali berharap setiap usaha yang dilakukan dapat membangkitkan negeri ini, namun nihil Karena negeri ini terbungkus obat halu yang membuatnya buta.
Muncul segudang pertanyaan dari benak seorang gadis dari sudut negeri. Mau dibawah kemana negeri ini, yang hanya membisu mengikuti para elit berjas putih?
Cita-cita kian harapan yang melejit ke angkasa untuk negeri yang kini terlelap, dengan lugu masih mengharapkan secerca cahaya. Namun tetap dalam kegelapan yang sama.
Melihat singa berdasi sepanjang waktu merongrong negeri ini. Membuat miris bahkan tak tahan aliran air mata yang kini tak memiliki musim untuk membasahi pipi.
Menyusuri jalan membuatku tersadar akan ketimpangan yang ada, ditambah lagi dengan Jeritan saudariku diluar sana yang hanya menjadi nyanyian usang bagi mereka diatas kursi.
Bahkan keadilan pun saat ini sudah tidak punya suara. Akibat obat bius yang menjelma sebagai pelindung kala itu. Nasihat pun tak lagi sakral dihadapan mereka.
Sampai kapan kita terdiam? Melihat singa mencabik-cabik raga negeri ini?
Sampai kapan kita terlena. . . wahai negeri yang terlelap.
Penulis: Andi Fitri, mahasiswi jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Alauddin Makassar.