Perihal Pembuktian Rasa
Perihal Pembuktian Rasa
Kutulis nama puan di atas sejuta harapan
Merapalkan sebuah keabadian
Pundakku selalu bersedia untuk kau sandarkan
Jemariku masih nyaman untuk selalu kau genggam
Kakiku masih kuat diajak melangkah sejauh manapun
Kisah kita tak seperti Romeo dan Juliet
Harapku, kisah kita abadi bagai Habibie dan Ainun
Ada banyak tanya yang selalu saja mengitari isi kepala
Memenuhi sudut-sudut ruang dikala gelap datang
Apakah kita adalah jawaban dari doa-doa itu?
Apakah rasa ini amerta bersamamu?
Apakah kau adalah takdir bukan sekadar hadir?
Apakah kita adalah benar-benar komitmen atau hanya sebuah momen?
Semoga kalimat perpisahan tak pernah diucap
Sebab, tidak ada iklas yang sempurna perihal kepergian
Mari menjadi sepasang untuk segala pembuktian rasa.
*
Surat Kecil Untukmu
Masa kecilku tak seberuntung anak perempuan dengan riangnya
Memori masa kecilku tak seindah anak perempuan lainnya
Ada banyak luka yang menggerogoti hingga sesak dibuatnya
Ada banyak ingatan yang mengitari isi kepala hingga airmata jatuh membasahi pipinya
Sudah pertengahan dua puluh Luka itu bukan lagi musuh
Mencoba terus bangkit dikala jatuh
Meski hari-hari dipenuhi keluh
Hingga berulang kali runtuh
Hadirmu pada waktu yang tepat
Meski ragu masih saja melekat
Rasa takut yang sering menjerat
Percayaku terus saja meningkat
Bahwa hadirmu tak akan khianat
Aku memiliki dua kaki yang bisa diajak sejauh manapun
Aku memiliki dua tangan yang bisa digenggam selama apapun
Aku memiliki dua telinga yang bisa mendengar semua ceritamu
Aku memiliki dua mata yang tak pernah lelah untuk menatapmu
Aku memiliki satu mulut yang akan selalu mengucap rindu untukmu
Aku memiliki kamu yang akan menjadi rumah tempat untuk pulang.
Jika jawaban dari doa-doa yang dirapalkan adalah kamu
Kuucap syukur kepada Maha membolak-balikkan hati untuk sebuah temu
Penulis: Riski Alisa Putri, Belajar di Kampung Seni Akuntansi HIMA AK FE UNM. Dapat dijumpai melalui Instagram @ichaalisaaaaaa