Puisi-Puisi Atiq Ni'matus
Awan Mendung
Cuaca sedang panas-panasnya
Terasa sangat terik menyengat tubuh ini
Serasa seluruh cairan dalam tubuhku telah habis menguap
Diserap oleh teriknya sinar matahari
Ditengah teriknya sinar matahari,
entah ada apa tiba-tiba cuaca meredup
Awan mendung mulai berbaris merapat
Merapikan barisannya yang seakan menyiapkan hujan
Hingga ronanya benar-benar gelap
Bahkan tak sanggup lagi mentari menembusnya
Sudah begitu tebal mendung tertata di sana
Kemungkinan terbesarnya akan turun hujan
Senanglah daku jika itu yang akan terjadi
Tapi tak kunjung turun air hujan yang kunanti itu
Aku mohon turunkan hujan untuk menuntaskan kegersangan ini
Awan mengapa kau beri aku harapan dengan menghadirkan mendung?
Mengapa tak segera kau turunkan saja hujan itu?
Tolong, jangan beri aku mendung jika tak ingin menurunkan hujan
Karena sungguh mendung yang seperti ini mengingatkanku akan janjinya
*
Bawa Aku Pergi
Kata bersahut-sahutan
Saling merasa unggul
Saling merasa benar
Juga saling merasa akrab
Aku hanya diam
Tak sedikitpun berucap
Aku tak bisa seperti itu
Aku tahu, ini bukan tempatku
Cukup menjadi pemirsa saja
Aku sudah telanjur basah
Dan untuk pergi, mungkin itu akan aneh
Tapi bertahan, membuat perasaanku semakin tak keruan
Aku ingin cabut
Ingin meninggalkan semua sandiwara ini
Sandiwara yang dilahirkan di dalam sandiwara
Yang terus dimainkan tanpa ada pesan yang disampaikan
Aku merasa sangat asing di sini
Meski aku sudah lama di sini
Tapi tetap saja, ini tak sesuai denganku
Bukan sarangku
Siapapun, bawa aku pergi dari tempat kacau ini
Ajak aku ke pulau yang belum terjamah oleh manusia
Yang pepohonannya belum mengenal manusia
Yang bahkan udaranya belum terhirup sama sekali oleh manusia
Jadikan aku penghuni pertama di sana
Yang akan menghabiskan waktunya dengan ketenangan yang luar biasa
Yang tak akan ada percakapan palsu di sana
Yang ada hanya diri yang memadu kasih dengan hati dengan mesranya
Penulis: Atiq Ni'matus, penyuka penikmat dan penulis puisi yang berkuliah di Psikologi Islam Institut Agama Islam Kediri.