Mon, 22 Dec 2025
Puisi / Rahmadhatul Nur 'Azizah / Dec 17, 2025

Sebuah Tangisan tanpa Suara

Sebuah Tangisan tanpa Suara 

 

Di ruang tampak seorang tengah duduk membisu

Raga tampak teduh, namun jiwanya begitu rapuh.
Suara keras dan sentuhan yang datang tanpa ragu
Mengguncang batinnya membuat ia selalu terkejut.

Air matanya jatuh tanpa sepatah kata
Menahan beban tatapan yang penuh prasangka
Tak seorang pun melihat perjuangan serta cita-citanya
Yang terlihat hanya cela dan anggapan semata

Ia punya hati selembut kabut pagi
Tatapannya menyimpan berjuta makna tersembunyi
Hatinya terus berbicara lirih setiap hari
Namun dunia seakan tak pernah peduli

Andai tangan ini mampu meraih kedamaian
Agar hati tak terus merasa terasing dan teraniaya
Ia hanya ingin ruang yang menerima tanpa penolakan
Tempat bernapas tanpa cemas dan derita

Wahai dunia, bukalah mata dan rasa
Lihatlah cahaya yang memancar di balik luka
Berilah ia kesempatan untuk mekar tanpa ragu tanpa jeda
Sebab setiap jiwa berhak hidup bahagia dan setara

 

*

 

Ruang yang Sama

 

Senja menyapa setiap langkah yang terluka
Manusia datang membawa rasa yang tak sama
Namun setiap hati ingin diterima apa adanya
Karena semua berhak merasakan cinta yang setara

Perbedaan bukan sekat yang menghadang
Tetapi jejak yang mencipta keunikan
Ia memberi warna pada perjalanan kehidupan
Menyatukan hati dalam hangatnya kemanusiaan

Semesta merangkul ragam jiwa yang tiba
Angin berbisik lembut agar kita saling menyapa
Meski tiap insan memikul luka dan cerita
Semua tetap layak berdiri dalam ruang yang sama

 

*

 

Duka Dibalik Keterbatasan

 

Di tengah riuh dunia yang begitu ramai
Seorang anak memendam luka di balik sunyi
Air matanya jatuh membasahi pipi
Menyimpan duka yang bersemayam tak henti

Keterbatasan membuat suaranya terbungkam pilu
Sulit berbagi rasa, ceritanya tak pernah berlabuh
Ia terisak sendiri dalam hati yang membisu
Jiwanya merindu tempat aman untuk berteduh

Raganya lemah menghadapi hari yang sepi
Setiap helaan napas terasa amat berat di hati
Ia merangkai harapan yang menipis setiap pagi
Dengan senyum yang dipaksakan tetap berseri

Wahai insan dunia, ulurkanlah tangan kalian
Sambut jiwanya dengan hangatnya sapaan
Bukan iba yang ia cari, tetapi penerimaan
Agar ia bangkit meraih masa depan



*


Jejak Kecil di ruang yang sunyi

 

Di balik senyumnya tersimpan pedih yang mendalam
Mata yang berkilau menyimpan cerita kelam
Raga yang berbeda bertarung di dunia yang kejam
Berusaha tegak di antara pandangan yang tajam

Bukan langkah biasa melainkan semangat yang membara
Gerak yang terbatas tak pernah memadamkan cita-cita
Dengan hati penuh kasih yang tak kenal menyerah
Ia menapaki takdirnya yang tak selalu sempurna

Takdir mungkin tak memilihnya, namun jalan tetap terbuka
Cacian dunia kerap menusuk hingga ke relung sukma
Luka yang rapuh tersimpan dalam ingatan jiwa
Namun ia tetap tegar di bawah mentari yang cerah menyapa

Dalam keramaian jiwa kecil itu kerap merasa tersisih,
Tawa teman-teman kadang melukai lebih dari yang terlihat
Ia pendam duka, air mata diam mengalir di pipi yang letih
Mendamba pelukan hangat dan persahabatan yang tulus melekat

Wahai pejuang kecil, engkau menjelma sumber inspirasi
Menepis stigma kelam dengan kekuatan diri
Harapan memancar dari mata bening yang berseri
Mengajarkan kami arti indahnya hati yang suci

 

 

Penulis: Rahmadhatul Nur 'Azizah, mahasiswa UIN Kiai Ageng Muhammad Besari, Ponorogo.

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.