Puisi-Puisi Eka Revadiaz
Tenggelam
Aku tenggelam,
Tenggelam dalam lautan penyesalan,
Penyesalan yang tidak ada dasarnya,
Dan tak memiliki akhir yang jelas.
Kamu tau?
Sepeninggalan kamu,
Aku terus berfikir,
Apakah dunia adil kepadaku?
Apakah dunia ini mengasihaniku?
Aku tersesat,
Aku tenggelam,
Siapapun, tolong aku...
Aku ingin terbebas dari semua ini,
Terbebas dari kenyataan yang pahit ini.
*
Pulang
Kemarin,
Lembayung senja begitu indah hari ini.
Dengan birunya yang menyejukkan,
Diriku terhanyut dalam ilusi dan fantasi.
Tanpa kompromi, ia membunuhku.
Hari ini,
Lembayung senja kali ini terlihat sedu,
Kali ini diriku tak dibawanya kedalam ilusi,
Namun ia membawaku ke dalam birahi,
Dalam birahi, akupun dibunuhnya, lagi.
Besoknya,
Lembayung senja tidak menampakkan dirinya,
Dia bertengkar dengan hebat dengan kekasihnya.
Kali ini dia menangis dalam suram,
Kesana kemari mencari sandaran hati.
Lembayung senja mencariku,
Namun aku tak akan terperangkap lagi kedalam tipu muslihatnya.
Aku meninggalkannya bersama rembulan.
Biarkan saja ia tenggelam bersamanya.
Sudah waktunya aku pulang.
*
Surat untuk Senja
Senja,
Sebenarnya aku tak tahu harus menuliskan apa,
Perihal perpisahan kita saat itu.
Kau berjanji tak meninggalkan aku,
Ternyata janjimu hanyalah sebuah dusta.
Senja,
Sampai kapan dirimu tetap seperti ini,
Datang lalu pergi, terus seperti itu.
Setampan itukah candra di matamu?
Apakah suryaku tak cukup memuaskan dirimu?
Senja,
Begitu tega dirimu meninggalkanku.
Aku terdiam dalam gelap, dingin dalam suasana, mati dalam kebosanan.
Tidakkah kau memikirkan diriku?
Seonggok cahaya yang menyinarimu, kini telah mati.
Penulis: Eka Revadiaz, salah satu manusia yang singgah di muka bumi. Sedang menempuh kuliah di jurusan Pendidikan Vokasional Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Suka menonton film, mendengarkan musik, mencatat hal-hal kecil yang dialami, dan menulis.