Puisi-Puisi Fath Fatimah
Sakit
Apakabar sagitarius?
Lihat tanda tanya itu, penuh harap agar kau tidak hilang dari bumi.
Angin malam berusaha menembus jaket army.
Tak kalah dengan hujan yang nampaknya telah menerobos atap rumah bak kandang.
Kurasakan musuh tengah malam ini sudah menyentuh epidermisku.
Otakku beku disulap nasib parah yang melanda.
Kupandang tahun tahun kemarin, Kita masih tertawa dibawah rotasi bintang,
Kurasakan hari ini, kita sudah dilempar waktu,
Aku menjadi binatang jalang yang jadi siluman.
dan kau jadi putri tidur yang terkapar tak berdaya di rumah sakit..
apakabar sagitarius?
Kulihat selang selang medis melilit tubuhmu. di balik kaca aku masih dipaku rasa menyesal.
Rasanya ingin kuselit nadiku dengan besi panas, atau menelan flaka hingga busa dalam lambungku mendidih.
Sangat amatir hidup ini jika mesti menyapamu malam hari, sungguh perih tuhan mengiris hatiku jika kau dipeluknya dikembali.
Sakit rasanya berpentas di planet ke-4 Ini
Menghabiskan hari seraya menonton ibunda berperang hebat dalam tidurnya
drama pilu yang sukses membuat wajahku bengkak setiap harinya, ditemani jelaga malam bak mesin terus memeras fikiranku, inginku tertawa jahat pada dunia bahwa tuhan telah salah mengukir garis di tanganku.
Apakabar sagitarius?
Lagi lagi coba lihat tanda tanya itu.
Sebentar lagi rumah kita akan ditiup angin. bunda,
Sementara biaya untuk peperanganmu menghadapi kanker tak tersisa lagi,
Keadaan memaksaku melawan kota yang keras
Terik matahari, polusi, dan keringat bahkan darah menjadi makanan setiap hariku,
Bunda,disini sangat sakit untuk terpaksa diperdaya oleh mereka yang kejam.
Namun kau lebih merasa sakit disana, maka biarkan aku membunuh diri saat ini bunda.
Kau harus lihat rotasi bintang bunda, kau harus tau bahwa dunia sangatlah luas untuk kau berjelajah kembali.
Kuatkan dirimu dalam lelap panjang, batinku selalu mendengarkanmu.
Kau tidak boleh menumpahkan yang ditampung kantung matamu, jangan..
Kau layak sembuh.
Angin, jangan kau sampaikan kabar duka saat perjalananku mencari uang masih seperempat
Burung burung merpati yang tak pernah ingkar janji, yakinlah
Aku akan pulang bersama ibuku untuk melihat bintang di malam hari.
*
Aku
Ribut ribut gemuruh suara kota seberang selatan
Ada aku yang terbaring lesuh diatas dedaunan kering
Sayup sayup angin menyapu pori pori wajah, sembari memain mainkan rambut panjangku
Tak lupa ada teman setia kawanan burung gereja berkicau jadi dongeng pengantar tidur
Aku tenggelam masuk dimensi hitam,
Bagai menjelajah dunia ghaib yang kelam
Ada suara yang membisik telinga,,
Berkata,,kau binatang jalang yang jadi siluman
Sungguh hina jiwa ini berpentas di planet ke 4
Ia tidak tau mau bertindak apa dan bagaimana
Ia jenuh terus disalahkan semesta
Hingga melilih lari dan berebah di hutan
Perlahan ku buka mata,tangan ini sudah tergenggam
Bahu dari sosok asing jadi bantal penopang
Jiwa kini berada di pesisir seraya memandang senja yang singgah
Aku hanya perlu tau perannya seorang penikmat sungguhan
*
Korban
malam malam panjang yang dingin
ditengah keramaian kota metropolitan bernyanyi
rasanya terhampas jauh dari kata layak
inginnya berlari tanpa kaki menghindari takdir takdir yang membunuh
kutancap gigi 100 dan melajukan mobil sedan buntut menuju surga dunia
tak kufikir pengemudi lain yang tenang menikmati
otakku mendidih dikuasai nafsu, setan sangat mujarab membuatku bersenang senang dengan dosa
iblis iblis serta jin laknat tak lupa diundang sembari berpesta bersamaku
aku tidak peduli jagat raya berfikir apa
masalah mengejarku dan perlahan menguburku hidup hidup
zona nyaman dan lingkaran setan jadi rumah termewah
mungkin aku akan memulai konser meriah untuk dunia yang sangat berjasa membakar saraf sarafku
malam malam yang tenggelam dalam rembulan
dalam kastil es ku membeku karena diam tak berkutik
mungkin sejenak aku bisa menikmati dunia luarku, karena ingin sembuh dari ayah yang lari dari rumah
mungkin aku perlu sebotol vodka untuk menenangkan ingatanku saat melihat ibu gantung diri
semuanya akan nyata semuanya akan mengalir pada niat niat halus
dalam lingkaran setan,,, aku mendapatkan peran penikmat
darah segarku yang mengalir karena ulah kaca yang menggores lengan seakan akan membuatku terbang
minuman keras yang kugenggam menambah suasana seakan akan membawaku semakin jauh dari bumi
aku tenang,,, aku tenang,,,berkat mabuk semalam
semuanya sangat indah,,,,
berselimut jaket darah
korban orang tua
malam malam yang jadi kenangan hingga resmi jadi sejarah
mungkin besok besok aku akan berkunjung lagi kerumah mewahku, aku akan berkeluarga disana……
aku sudah tak bisa memohon,, entah waktu ataukah ruang yang mampu mengajakku kembali
mengubah lingkaran yang terkurung menjadi garis lurus yang selalu terarah
aku hanya ingin bahagia
mungkin jika aku bisa kembali mundur menikmati kasih sayang ayah yang tidak memilih lari hingga aku tidak juga rasakan siksa kelaparan,,
serta hangatnya pelukan ibu yang tak mesti bunuh diri hingga aku juga tak perlu mengusap darah kental kewajahku
jika semua itu hanyalah mimpi tidurku dalam perjalanan pulang maka aku tak akan memilih menyiksa diri seperti ini
Sebuah karya miliknya,
Terinspirasi dari goresan sederhana
Lewat sebuah kisah nyatanya…
Penulis: Fath Fatimah, pelajar di MAN Insan Cendekia Gowa. Menyukai puisi, buku dan langit mendung.