Puisi-Puisi Mustika
Percikan Harapan
Pernah kubermenung di kesunyian malam
Bercengkrama dengan celoteh kalbu yang yang berdebam
Tanpa selarik kata pun dalam gumam
Dan tiba-tiba segaris rasa berubah kelam
Hingga tiada kusadar mata pun tak ingin memejam
Dulu,kukira ia hanya sebagai angan
Sepotong harap yang mungkin berakhir dengan kesia-siaan
Namun nyatanya tiadalah demikian
Tanpa dinyana ia kini tertulis menjadi sebuah harapan
Apa yang awalnya tiada kupercaya
Sanggup merekah dalam sebuah masa
Ketika doa-doa yang tiada henti kueja
Terdengar oleh-Nya Sang Maha Segalanya
Mengabulkan pinta
Menghadiahkan apresiasi dan juga rasa bangga
Atas kesungguhan dan tekad dalam berusaha
Menggapai asa dalam jiwa
*
Tuan Bilang Kami
Tuan bilang kami menderita kelainan
Tuan bilang kami anak-anak yang terlantar
Tuan bilang kami anak-anak yang di buang
Kelainan yang tuan maksud adalah kelaparan
Kami butuh makan bukan ocehan
Apalagi bualan yang katanya bantuan akan datang
Tapi tak kunjung sampai walaupun keluarga kami banyak yang berpulang
Tuan bilang kami terlantar
Dengan dasi mengkilap tuan datangkan kabar
Tentang rumah dan juga tentang pengobatan
Tapi nyatanya kami masih terkapar tanpa makanan
Memang kami anak pinggiran
Tinggal di kolong jembatan dengan besi sebagai tiang
Yang mengharuskan kami lari saat banjir menerjang
Juga kedinginan saat malam datang
Setidaknya kami masih punya Tuhan
Ketika tulang rusuk semakin menonjol ke depan
Saat usus kami terpelintir pelan
Maka Tuhan yang akan turun tangan
Menjaga dengan menarik kami pulang
*
Tanahku Sidenreng Rappang
Tanahku Sidenreng Rappang
Mengasuh persawahan berhektar-hektar
Lahan garapan penyambung hidup tuk para petani
Tanahku Sidenreng Rappang
Engkau bergelar kota beras
Kerancakan pertiwimu bertani berlampar di tanah Bugis
Ketenaran pertanianmu menjadi pemikat hati para pelancong
Wahai para petani!
Engkau bergulat dengan panas sengangar memacul sawah
Berpeluh darah menekel tanah basah tuk bertani
Demi pelerai demam ataupun batih
Hijau padi menguning keemasan berjoget menyenyumi panen
Lihatlah! Gabah berkarung-karung bersorak
Memoles syukur dalam tenunan mantra
Tuk hasil panen berlimpah-limpah
Penulis: Mustika, Mahasiswa Manajemen Perbankan di Institut Bisnis dan Keuangan Nitro Makassar.