Sun, 08 Sep 2024
Puisi / Nurasisah / Jan 03, 2021

Puisi-Puisi Nurasisah

Dialog

Kepada perempuan tua, anak lelaki bertanya
Dimanakah tempat paling liar di muka bumi?
Disini, ditempat aku membesarkanmu
Dimanakah tempat paling merdu di muka bumi?
Di lembah hijau dan gemuruh air , tempat kau di lahirkan

Kemana perginya lembah hijau dan gemuruh air itu?
Mereka sudah habis, ditelan mentah-mentah orang-orang dibalik tembok tinggi
Tempatku bertumbuh terlalu gersang dan mengiang, ini salah siapa?
Itu dosaku, dan semua ibu pendosa

Dari perempuan tua untuk seorang anak lelaki
Mereka melemparkan duka di tanah kelahiranmu
Dari lembah hijau berubah medan perang
Dari merdu nya gemuruh air berubah desing peluru
Bau tanah sehabis hujan Diganti bau darah di tanah tandus

Dari anak lelaki kepada perempuan tua
Mereka merampas jatah makanku, menelanjangi kulit legam juga tulang ku. Itu dosa mereka
Meleburku kepada lara yang membuatku tumbuh berdarah-darah. itu dosa mereka

Aku tidak dilahirkan dalam angin riuh yang berisik
Setiap ibu adalah pendosa, berbohong bahwa mereka akan makan hari ini
Anak lelaki menunggu hingga di punggungnya tumbuh dua tulang menjelma sayap
Sesuap nasi itu tidak pernah sampai..

*

Seorang Bapak di Muka Teras

Sore itu bersahaja, wajahnya yang muram
dia meminta ditemani menenun waktu menjelang malam
Tidak bergeming, rautnya yang berbicara
Keluh kesah sembunyi dimana?

Sore itu, doa ku tidak banyak dia yang lebih meng aamiin kan
Memang ini kekosongan yang ciamik
tidak banyak sendu tapi banyak rindu
entah dia berumur panjang atau tidak

Selalu aku beri tatanan liar di kepala
kenapa bapak itu? kenapa bukan chairil anwar atau pablo picasso saja? Nalarku akan lebih menggebu
ah aku lupa, yang satu sudah mati muda dan yang satunya mati di usia senja

Tapi aku selalu salah, bapak itu hanya ada satu
Bapak yang Marahnya menjelma larik juga sajak
Marahnya yang menjelma diksi jadi puisi
Bapak itu baik, hanya ada satu.

ini memang diriku, sepertinya aku perlu bercermin 
pada genangan air bersimpuh bayangan, ku ludahi bayang-bayang itu dan meneriakinya
Dasar anak sialan.

 

Penulis: Nurasisah, mahasiswa Teknik Universitas Negeri Makassar

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.