Sun, 08 Sep 2024
Puisi / Kontributor / Jan 04, 2021

Puisi-Puisi Sul Ikhsan

Mengeja Mata Ibu

Bu,
Pada suatu sore
Aku diam-diam mengeja matamu
Di mana air sedang mengalir di sekitar sana

Aku melihat ada sungai beserta ikan-ikan yang warna-warni dan rerimbunan pohon yang berjejer di sebelahnya

Sewaktu malam, tepat saat matamu sedang lelap-memejam
Aku mengendap-endap ke kamarmu
Mencoba mencuri sepasang matamu dari tempatnya

Aku ingin berenang, memancing ikan, dan bernaung di rerimbunan pohon sembari makan singkong
Sebab hari ini, Bu
Tak ada sungai seindah itu
Ikan-ikan tersapu limbah dan warnanya menjadi kehitam-hitaman
Juga rerimbunan pohon telah berganti gedung-gedung yang tingginya melebihi rumah kita

*

Setelah Kepergian Ibu

Di dunia yang makin hari makin omong kosong ini, Bu
Kau tahu tidak bahwa harga obat nyamuk naik lima ratus perak
Berikut juga beras, telur, cabai, bawang, kunyit, lengkuas, garam, merica, dan minyak sayur
Saban hari, harga mereka saling berkejar-kejaran serupa perlombaan lari Agustusan

Tetapi, kau tahu tidak? Adikku, Bu. Anak bungsumu yang kau lahirkan sesaat internet masuk kampung kita

Ia meminta menikah dengan pesta yang serupa dengan orang-orang yang ia tonton di televisi. Padahal, kalau kau tahu, sejak kepergian engkau, kita menggantungkan kenyang pada beras bulanan pemberian pemerintah yang baik itu.

Lalu saban pekan, kau kau tahu, Bu. Ia selalu minta gonta-ganti telepon, baju, tas, kutang, sepatu, bedak, pewarna bibir, dan macam rupa pembersih wajah yang harganya lebih mahal dari satu liter beras dan seperempat kilo telur.

Kalau ada waktu, barang sepuluh menit saja, pulanglah sebentar untuk mengunjungi kami, Bu. Kami rupanya butuh nasihatmu, Bu.

Oh, iya, Bu. Agaknya aku akan lama menikah
Pertama, Adikku sudah kebelet lebih dulu. Aku khawatir ia bunting di jalan.
Kedua, aku cuma punya tabungan sejuta dua ratus lima puluh tiga ribu rupiah.
Pulang saja dulu ya, Bu.
Aku akan ceritakan semuanya bagaimana morat-maritnya hidup kami setelah kepergianmu, Bu.

 

Penulis: Sul Ikhsan, mahasiswa Fisika yang doyan sastra. Founder di Beranda.org. Sedang betah di Komunitas Menulis Pontang-Tirtayasa (#Komentar). Pernah bercita-cita jadi power rangers merah. Bisa dihubungi melalui instagram @sulikhsan

Pronesiata

Kami percaya jika semua tulisan layak untuk dibagikan. Tak perlu harus sempurna! Media ini ruang bagi semua yang memiliki karya tulisan.

© pronesiata.id. All Rights Reserved.