Puisi Untuk Bumi
Dalam banyak sajak
Bumi diagungkan
Dirangkai dalam bentuk puja puji
Menjadi satu puisi indah
Dikatakan bahwa bumi adalah potongan surga
Pegunungan yang gagah
Dengan jejeran pohon seperti benteng alam
Lautan yang jelita
Dengan semilir angin yang senada dengan ombak
Bersatu padu layaknya harmoni orkestra
Di bumi,
Bersatu padu rupa-rupa mahluk hidup dan tak hidup
Idealnya saling bersinergi membagi cinta kasih
Merawat satu sama lain tanpa pamrih
Dalam dongeng pengantar tidur
Bahkan santer dikisahkan
Bahwa dewa dewi di sorga senang mengunjungi bumi
Memadu kasih di alam yang berada dalam naungan bumi
Dengan khidmat tanpa nestapa
Tapi, semua cerita indah itu sekedar ceritera
Yang dibumbuhi kalimat pemanis
Dengan sedikit tambahan dusta
Diramu menjadi obat penenang
Semua itu karena ada satu mahluk
Yang dikaruniai pengetahuan berupa nalar dan akal
Lantas merasa memiliki dominasi atas bumi
Kau tahu mahluk sombong itu disebut apa?
M A N U S I A !!!
Berdasarkan sejarah yang dituliskan oleh sesamanya
Banyak manusia merasa memiliki bumi seutuhnya
Rasa kepemilikan mutlak tersebut lalu diikuti dengan hasrat
Hasrat merusak bumi tanpa merasa ada tanggungjawab ‘tuk merawat dan melindunginya
Macam-macam bentuk perusakan dilakukan manusia
Penebangan pohon, pengerukan pasir laut,
Penangkapan dan pembunuhan hewan liar,
Pembangunan gedung, pemesatan teknologi guna mempermudah urusan manusia
Yang semuanya dilakukan dengan sedikit atau bahkan tanpa perhatian
Atas keseimbangan bumi
Dalam sajak puisi ini,
Rapalan harap dilangitkan
Agar bumi senantiasa memaafkan
Dan manusia berhenti sekedar memanfaatkan
Beserta puisi ini,
Terikut aamiin paling serius
Agar dongeng perihal bumi sebagai potongan sorga
Yang memabukkan dewa dewi saat bercinta di bumi
Dapat terwujud
Bumi yang bebas tanpa ada dominasi satu mahluk
Bumi yang terus tumbuh karena cinta kasih mahluk yang mendiaminya
Bumi yang pemaaf tanpa kata maaf
Penulis: Herli, sedang belajar di WALHI Sulawesi Selatan.